Perasaan Hancur! Gagal Jadi KSAD, Jenderal Pemikir Ini Harus Tinggalkan Militer di Puncak Karier
Kamis, 06 April 2023 - 06:01 WIB
Rasa nelangsa itu begitu hebat. Bukan apa-apa, puluhan tahun membarengi SBY meniti kehidupan dan karier, alam bawah sadarnya selama ini bergerak ke arah sama, yaitu bagaimana agar SBY dapat meraih cita-cita menjadi KSAD. Saat harapan itu membayang di depan mata, tiba-tiba dipapras begitu saja.
Hampir tiap malam sang suami mencurahkan kekalutan hatinya. SBY, sang peraih Adhi Makayasa-Tri Sakti Wiratama, itu seolah tak percaya bagaimana mungkiri dirinya akan ditarik ke kabinet. Jika itu terjadi, artinya dia harus meninggalkan karier militer lebih cepat dari seharusnya.
“Bukan lantaran ia merasa antisipasi pada tugas sebagai menteri. Ia hanya merasa langkahnya di atas jembatan Angkatan Darat diputus begitu saja. Ibarat pendaki gunung, SBY telah bersusah-payah meniti jalur pendakian yang sulit dan hampir mencapai puncak, lalu tiba-tiba ia digiring untuk berkecimpung di laut,” tutur Ani.
SBY dalam buku ‘SBY Selalu Ada Pilihan’ mengungkapkan kesedihan dan kekecewaannya tak terpilih sebagai KSAD pada 1999 itu meski telah diusulkan langsung oleh Panglima ABRI. Bagi prajurit lulusan Akmil, menjadi pemimpin Angkatan Darat merupakan dambaan besar.
Wiranto tahu betul SBY memiliki kemampuan untuk menduduki jabatan itu baik dari sisi kematangan, pengalaman jabatan, maupun lamanya pangkat Letjen yang disandang. Pendek kata, lulusan Akademi Militer 1968 ini melihat SBY sebagai sosok paling tepat untuk memegang tongkat komando tertinggi Angkatan Darat.
Sayang, keinginan itu bertepuk sebelah tangan. Gus Dur tak menerima usulan Wiranto. “Saya tidak tahu mengapa saat itu Presiden menolak mentah-mentah saran saya dengan alasan bahwa Letjen Susilo Bambang Yudhoyono terlalu kental dengan urusan-urusan politik,” ujar Wiranto dalam buku ‘Bersaksi di Tengah Badai’.
Terhadap jawaban itu, Wiranto tetap berusaha meyakinkan Gus Dur. Mantan Pangdam Jaya ini menegaskan bahwa urusan politik terkait dengan jabatan yang disandang SBY. Kalau pun SBY bersinggungan dengan politik, itu semata-mata karena tugasnya sebagai Kassospol ABRI.
Tetapi Gus Dur bersikukuh. Wiranto tak serta-merta patah arang. Selama tiga hari mantan ajudan Presiden Soeharto ini berusaha meyakinkan Presiden. Namun Gus Dur tak goyah. Atas penolakan tersebut, Wiranto menyampaikan kepada Wakil Panglima TNI Widodo AS dan SBY.
Baca Juga
Hampir tiap malam sang suami mencurahkan kekalutan hatinya. SBY, sang peraih Adhi Makayasa-Tri Sakti Wiratama, itu seolah tak percaya bagaimana mungkiri dirinya akan ditarik ke kabinet. Jika itu terjadi, artinya dia harus meninggalkan karier militer lebih cepat dari seharusnya.
“Bukan lantaran ia merasa antisipasi pada tugas sebagai menteri. Ia hanya merasa langkahnya di atas jembatan Angkatan Darat diputus begitu saja. Ibarat pendaki gunung, SBY telah bersusah-payah meniti jalur pendakian yang sulit dan hampir mencapai puncak, lalu tiba-tiba ia digiring untuk berkecimpung di laut,” tutur Ani.
SBY dalam buku ‘SBY Selalu Ada Pilihan’ mengungkapkan kesedihan dan kekecewaannya tak terpilih sebagai KSAD pada 1999 itu meski telah diusulkan langsung oleh Panglima ABRI. Bagi prajurit lulusan Akmil, menjadi pemimpin Angkatan Darat merupakan dambaan besar.
Detik-detik Gagal Jadi KSAD
Jenderal TNI Subagyo HS memasuki masa pensiun ketika era pemerintahan Presiden Gus Dur dimulai. Sejumlah nama jenderal bintang tiga pun mencuat ke publik sebagai kandidat. Kepada Gus Dur, Wiranto menyorongkan nama SBY sebagai calon KSAD.Wiranto tahu betul SBY memiliki kemampuan untuk menduduki jabatan itu baik dari sisi kematangan, pengalaman jabatan, maupun lamanya pangkat Letjen yang disandang. Pendek kata, lulusan Akademi Militer 1968 ini melihat SBY sebagai sosok paling tepat untuk memegang tongkat komando tertinggi Angkatan Darat.
Sayang, keinginan itu bertepuk sebelah tangan. Gus Dur tak menerima usulan Wiranto. “Saya tidak tahu mengapa saat itu Presiden menolak mentah-mentah saran saya dengan alasan bahwa Letjen Susilo Bambang Yudhoyono terlalu kental dengan urusan-urusan politik,” ujar Wiranto dalam buku ‘Bersaksi di Tengah Badai’.
Terhadap jawaban itu, Wiranto tetap berusaha meyakinkan Gus Dur. Mantan Pangdam Jaya ini menegaskan bahwa urusan politik terkait dengan jabatan yang disandang SBY. Kalau pun SBY bersinggungan dengan politik, itu semata-mata karena tugasnya sebagai Kassospol ABRI.
Tetapi Gus Dur bersikukuh. Wiranto tak serta-merta patah arang. Selama tiga hari mantan ajudan Presiden Soeharto ini berusaha meyakinkan Presiden. Namun Gus Dur tak goyah. Atas penolakan tersebut, Wiranto menyampaikan kepada Wakil Panglima TNI Widodo AS dan SBY.
tulis komentar anda