Perasaan Hancur! Gagal Jadi KSAD, Jenderal Pemikir Ini Harus Tinggalkan Militer di Puncak Karier
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jabatan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) sudah di depan mata. Andai presiden setuju, Letjen TNI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bakal memegang tongkat komando tertinggi matra Darat menggantikan Jenderal TNI Subagyo HS. Tapi, takdir berkata lain.
Presiden KH Abdurrahman Wahid menolak mentah-mentah usulan Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto. Gus Dur bahkan secara mengejutkan telah menyiapkan calon untuk memegang posisi sangat strategis itu, yakni Letjen TNI Tyasno Sudarto.
Gagal menjadi KSAD tentu saja menjadi pukulan berat bagi SBY. Lulusan terbaik Akademi Militer 1973 ini bertahun-tahun merenda karier nyaris tanpa cacat dengan harapan dapat mencapai posisi tertinggi TNI. Terlebih, kala itu dia banyak mencurahkan pikiran dan tenaga untuk AD.
Tapi bukan itu saja cobaan datang. Ketika impian menjadi KSAD musnah, berita tak kalah mengagetkan datang menghantam. Begitu mengejutkannya kabar ini sampai membuat Jenderal Pemikir (The Thinking General) –julukan SBY—dan keluarganya syok.
“Tersiar kabar suamiku (SBY) akan dipercaya sebagai menteri pertambangan dan energi di dalam kabinet Gus Dur. Jelas aku kaget. Apalagi suamiku,” kata istri SBY, mendiang Ani Yudhoyono, dalam buku ‘Ani Yudhoyono: Kepak Sayap Putri Prajurit’, dikutip Kamis (6/4/2023).
Kabar ini tak pelak membuat SBY gundah-gulana. Hari-hari diwarnai kegelisahan. Ani mengingat betul raut wajah suaminya benar-benar menunjukkan keemurungan yang solid. SBY seperti hendak diempaskan ke tempat yang tidak dikehendakinya.
Putri mantan komandan RPKAD Sarwo Edhi Wibowo ini mengibaratkan momen ini bak mendung kelabu. Sejak terpetik kabar tersebut, apa pun yang dilakukan menjadi tidak enak. Tidur pun berasa tak nyenyak. Kedua anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono, turut menangis.
Rasa nelangsa itu begitu hebat. Bukan apa-apa, puluhan tahun membarengi SBY meniti kehidupan dan karier, alam bawah sadarnya selama ini bergerak ke arah sama, yaitu bagaimana agar SBY dapat meraih cita-cita menjadi KSAD. Saat harapan itu membayang di depan mata, tiba-tiba dipapras begitu saja.
Hampir tiap malam sang suami mencurahkan kekalutan hatinya. SBY, sang peraih Adhi Makayasa-Tri Sakti Wiratama, itu seolah tak percaya bagaimana mungkiri dirinya akan ditarik ke kabinet. Jika itu terjadi, artinya dia harus meninggalkan karier militer lebih cepat dari seharusnya.
“Bukan lantaran ia merasa antisipasi pada tugas sebagai menteri. Ia hanya merasa langkahnya di atas jembatan Angkatan Darat diputus begitu saja. Ibarat pendaki gunung, SBY telah bersusah-payah meniti jalur pendakian yang sulit dan hampir mencapai puncak, lalu tiba-tiba ia digiring untuk berkecimpung di laut,” tutur Ani.
SBY dalam buku ‘SBY Selalu Ada Pilihan’ mengungkapkan kesedihan dan kekecewaannya tak terpilih sebagai KSAD pada 1999 itu meski telah diusulkan langsung oleh Panglima ABRI. Bagi prajurit lulusan Akmil, menjadi pemimpin Angkatan Darat merupakan dambaan besar.
Wiranto tahu betul SBY memiliki kemampuan untuk menduduki jabatan itu baik dari sisi kematangan, pengalaman jabatan, maupun lamanya pangkat Letjen yang disandang. Pendek kata, lulusan Akademi Militer 1968 ini melihat SBY sebagai sosok paling tepat untuk memegang tongkat komando tertinggi Angkatan Darat.
Sayang, keinginan itu bertepuk sebelah tangan. Gus Dur tak menerima usulan Wiranto. “Saya tidak tahu mengapa saat itu Presiden menolak mentah-mentah saran saya dengan alasan bahwa Letjen Susilo Bambang Yudhoyono terlalu kental dengan urusan-urusan politik,” ujar Wiranto dalam buku ‘Bersaksi di Tengah Badai’.
Terhadap jawaban itu, Wiranto tetap berusaha meyakinkan Gus Dur. Mantan Pangdam Jaya ini menegaskan bahwa urusan politik terkait dengan jabatan yang disandang SBY. Kalau pun SBY bersinggungan dengan politik, itu semata-mata karena tugasnya sebagai Kassospol ABRI.
Tetapi Gus Dur bersikukuh. Wiranto tak serta-merta patah arang. Selama tiga hari mantan ajudan Presiden Soeharto ini berusaha meyakinkan Presiden. Namun Gus Dur tak goyah. Atas penolakan tersebut, Wiranto menyampaikan kepada Wakil Panglima TNI Widodo AS dan SBY.
Wiranto menyebut siap mundur dari posisi Menko Polkam seandainya Gus Dur tetap tak menyetujui. SBY yang mendengar kehendak tersebut meminta Wiranto agar tak berkorban sejauh itu. Setelah tiga hari tanpa hasil, pada pertemuan terakhir Wiranto kembali mengatakan kepada Gus Dur bagaimana orang yang sudah sangat lama menyandang pangkat bintang tiga dan dinilai paling pantas untuk menjabat KSAD tapi ternyata tidak diangkat?
Jika KSAD akhirnya dipilih orang lebih muda, pikir Wiranto, bagaimana dengan SBY sebagai perwira tinggi senior? Terlebih KSAD merupakan jabatan strategis untuk bintang empat. Tapi Gus Dur lagi-lagi menanggapi enteng.
“Ya sudah, kasih saja bintang empat,” kata Gus Dur, ditirukan Wiranto.
“Kalau begitu, ya carikan saja jabatan,” ujar mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu. Lagi-lagi dengan nada enteng. Karuan Wiranto semakin bingung. Di tengah kegentingan itu tebersit posisi yang dinilainya tepat bagi SBY, yakni menteri.
Jenderal asal Yogyakarta itu pun mengusulkan kepada Presiden. Gus Dur langsung setuju. Persoalannya, apakah SBY setuju? Ketika hal ini ditanyakan, Wiranto ingat betul SBY kaget bukan kepalang.
“Letjen Susilo Bambang Yudhoyono terhenyak kaget, belum dapat memberikan jawaban langsung. Ia ingin merundingkannya terlebih dahulu dengan keluarga,” tuturnya.
Garda Maeswa dalam ‘Biografi Politik Susilo Bambang Yudhoyono’ menyebutkan ketika akhirnya menerima tawaran sebagai Menteri Pertambangan dan Energi, SBY harus mundur dari militer, sebuah karier yang telah dijalani selama lebih dari tiga dekade.
Adapun mantan juru bicara Presiden SBY, Dino Patti Djalal, menggambarkan, keluar dari militer merupakan perasaan paling berat SBY. “Batin saya berat sekali,” ucap SBY ditulis Dino dalam buku ‘Harus Bisa: Seni Memimpin Ala SBY’.
Lihat Juga: Daftar Komandan Paspampres Sukses Raih Jenderal Bintang 4, Tiga di Antaranya Perisai Hidup Jokowi
Presiden KH Abdurrahman Wahid menolak mentah-mentah usulan Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto. Gus Dur bahkan secara mengejutkan telah menyiapkan calon untuk memegang posisi sangat strategis itu, yakni Letjen TNI Tyasno Sudarto.
Gagal menjadi KSAD tentu saja menjadi pukulan berat bagi SBY. Lulusan terbaik Akademi Militer 1973 ini bertahun-tahun merenda karier nyaris tanpa cacat dengan harapan dapat mencapai posisi tertinggi TNI. Terlebih, kala itu dia banyak mencurahkan pikiran dan tenaga untuk AD.
Tapi bukan itu saja cobaan datang. Ketika impian menjadi KSAD musnah, berita tak kalah mengagetkan datang menghantam. Begitu mengejutkannya kabar ini sampai membuat Jenderal Pemikir (The Thinking General) –julukan SBY—dan keluarganya syok.
“Tersiar kabar suamiku (SBY) akan dipercaya sebagai menteri pertambangan dan energi di dalam kabinet Gus Dur. Jelas aku kaget. Apalagi suamiku,” kata istri SBY, mendiang Ani Yudhoyono, dalam buku ‘Ani Yudhoyono: Kepak Sayap Putri Prajurit’, dikutip Kamis (6/4/2023).
Kabar ini tak pelak membuat SBY gundah-gulana. Hari-hari diwarnai kegelisahan. Ani mengingat betul raut wajah suaminya benar-benar menunjukkan keemurungan yang solid. SBY seperti hendak diempaskan ke tempat yang tidak dikehendakinya.
Putri mantan komandan RPKAD Sarwo Edhi Wibowo ini mengibaratkan momen ini bak mendung kelabu. Sejak terpetik kabar tersebut, apa pun yang dilakukan menjadi tidak enak. Tidur pun berasa tak nyenyak. Kedua anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono, turut menangis.
Rasa nelangsa itu begitu hebat. Bukan apa-apa, puluhan tahun membarengi SBY meniti kehidupan dan karier, alam bawah sadarnya selama ini bergerak ke arah sama, yaitu bagaimana agar SBY dapat meraih cita-cita menjadi KSAD. Saat harapan itu membayang di depan mata, tiba-tiba dipapras begitu saja.
Hampir tiap malam sang suami mencurahkan kekalutan hatinya. SBY, sang peraih Adhi Makayasa-Tri Sakti Wiratama, itu seolah tak percaya bagaimana mungkiri dirinya akan ditarik ke kabinet. Jika itu terjadi, artinya dia harus meninggalkan karier militer lebih cepat dari seharusnya.
“Bukan lantaran ia merasa antisipasi pada tugas sebagai menteri. Ia hanya merasa langkahnya di atas jembatan Angkatan Darat diputus begitu saja. Ibarat pendaki gunung, SBY telah bersusah-payah meniti jalur pendakian yang sulit dan hampir mencapai puncak, lalu tiba-tiba ia digiring untuk berkecimpung di laut,” tutur Ani.
SBY dalam buku ‘SBY Selalu Ada Pilihan’ mengungkapkan kesedihan dan kekecewaannya tak terpilih sebagai KSAD pada 1999 itu meski telah diusulkan langsung oleh Panglima ABRI. Bagi prajurit lulusan Akmil, menjadi pemimpin Angkatan Darat merupakan dambaan besar.
Detik-detik Gagal Jadi KSAD
Jenderal TNI Subagyo HS memasuki masa pensiun ketika era pemerintahan Presiden Gus Dur dimulai. Sejumlah nama jenderal bintang tiga pun mencuat ke publik sebagai kandidat. Kepada Gus Dur, Wiranto menyorongkan nama SBY sebagai calon KSAD.Wiranto tahu betul SBY memiliki kemampuan untuk menduduki jabatan itu baik dari sisi kematangan, pengalaman jabatan, maupun lamanya pangkat Letjen yang disandang. Pendek kata, lulusan Akademi Militer 1968 ini melihat SBY sebagai sosok paling tepat untuk memegang tongkat komando tertinggi Angkatan Darat.
Sayang, keinginan itu bertepuk sebelah tangan. Gus Dur tak menerima usulan Wiranto. “Saya tidak tahu mengapa saat itu Presiden menolak mentah-mentah saran saya dengan alasan bahwa Letjen Susilo Bambang Yudhoyono terlalu kental dengan urusan-urusan politik,” ujar Wiranto dalam buku ‘Bersaksi di Tengah Badai’.
Terhadap jawaban itu, Wiranto tetap berusaha meyakinkan Gus Dur. Mantan Pangdam Jaya ini menegaskan bahwa urusan politik terkait dengan jabatan yang disandang SBY. Kalau pun SBY bersinggungan dengan politik, itu semata-mata karena tugasnya sebagai Kassospol ABRI.
Tetapi Gus Dur bersikukuh. Wiranto tak serta-merta patah arang. Selama tiga hari mantan ajudan Presiden Soeharto ini berusaha meyakinkan Presiden. Namun Gus Dur tak goyah. Atas penolakan tersebut, Wiranto menyampaikan kepada Wakil Panglima TNI Widodo AS dan SBY.
Wiranto menyebut siap mundur dari posisi Menko Polkam seandainya Gus Dur tetap tak menyetujui. SBY yang mendengar kehendak tersebut meminta Wiranto agar tak berkorban sejauh itu. Setelah tiga hari tanpa hasil, pada pertemuan terakhir Wiranto kembali mengatakan kepada Gus Dur bagaimana orang yang sudah sangat lama menyandang pangkat bintang tiga dan dinilai paling pantas untuk menjabat KSAD tapi ternyata tidak diangkat?
Jika KSAD akhirnya dipilih orang lebih muda, pikir Wiranto, bagaimana dengan SBY sebagai perwira tinggi senior? Terlebih KSAD merupakan jabatan strategis untuk bintang empat. Tapi Gus Dur lagi-lagi menanggapi enteng.
“Ya sudah, kasih saja bintang empat,” kata Gus Dur, ditirukan Wiranto.
Jadi Menteri Pertambangan dan Energi
Tentu saja Pangab tidak bisa serta-merta melaksanakan. Sebab, pejabat dengan pangkat bintang empat sangat terbatas. Jabatan itu hanya untuk Panglima TNI, tiga kepala staf angkatan dan wakil KSAD. Apa respons Gus Dur?“Kalau begitu, ya carikan saja jabatan,” ujar mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu. Lagi-lagi dengan nada enteng. Karuan Wiranto semakin bingung. Di tengah kegentingan itu tebersit posisi yang dinilainya tepat bagi SBY, yakni menteri.
Jenderal asal Yogyakarta itu pun mengusulkan kepada Presiden. Gus Dur langsung setuju. Persoalannya, apakah SBY setuju? Ketika hal ini ditanyakan, Wiranto ingat betul SBY kaget bukan kepalang.
“Letjen Susilo Bambang Yudhoyono terhenyak kaget, belum dapat memberikan jawaban langsung. Ia ingin merundingkannya terlebih dahulu dengan keluarga,” tuturnya.
Garda Maeswa dalam ‘Biografi Politik Susilo Bambang Yudhoyono’ menyebutkan ketika akhirnya menerima tawaran sebagai Menteri Pertambangan dan Energi, SBY harus mundur dari militer, sebuah karier yang telah dijalani selama lebih dari tiga dekade.
Adapun mantan juru bicara Presiden SBY, Dino Patti Djalal, menggambarkan, keluar dari militer merupakan perasaan paling berat SBY. “Batin saya berat sekali,” ucap SBY ditulis Dino dalam buku ‘Harus Bisa: Seni Memimpin Ala SBY’.
Lihat Juga: Daftar Komandan Paspampres Sukses Raih Jenderal Bintang 4, Tiga di Antaranya Perisai Hidup Jokowi
(thm)