Mengamputasi Kaki Sendiri
Jum'at, 31 Maret 2023 - 10:27 WIB
Kita semua seharusnya bisa melihat horizon yang lebih jauh ke depan. Kalau kita bisa melakukan itu, perayaan 100 tahun atau satu abad kemerdekaan Indonesia benar-benar akan menjadi tonggak Indonesia Emas. Apalagi kalau 2035 nanti Indonesia menjadi negara industri. Generasi kelima atau keenam Indonesia akan hidup lebih baik dan makmur dari generasi yang hidup sekarang.
Namun sejak awal Bung Karno tidak hanya ingin merdeka sekadar untuk merdeka. Kemerdekaan itu merupakan pintu gerbang menuju Indonesia yang maju, makmur untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sikap para pendiri bangsa jelas bahwa tujuan kemerdekaan itu adalah untuk menciptakan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan menjadi prioritas utama Pemerintahan Presiden Soekarno. Ratusan ribu putra-putri Indonesia dikirim untuk belajar ke luar negeri.
Bung Karno sadar bahwa masa depan bangsa ini berada di tangan anak-anak muda. Kalau mereka tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas, berilmu pengetahuan luas, serta memiliki karakter yang kuat, maka akan menjadi pilar untuk menciptakan Indonesia yang kuat.
Sebuah kutipan pidato Bung Karno yang sangat terkenal, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Proses menjadi Indonesia itulah yang harus terus kita lakukan. Kita tidak boleh lelah untuk memupuk dan mempersiapkan anak-anak muda Indonesia agar menjadi lebih baik dibandingkan pendahulunya. Dengan lebih banyak anak-anak yang kita persiapkan, peluang untuk mendapatkan sosok-sosok yang akan menjadi penggerak kemajuan bangsa semakin besar.
Setelah pengalaman tampil di ajang Piala Dunia, ada waktu sekitar satu dekade bagi para pemain untuk semakin mematangkan diri dan meraih puncak prestasi mereka. Pemain seperti Diego Armando Maradona membutuhkan waktu tujuh tahun setelah memenangi ajang Piala Dunia U-20 untuk bisa mengangkat Piala Dunia pada 1986. Lionel Messi bahkan butuh waktu sampai 15 tahun untuk sukses mengangkat Piala Dunia 2022.
Sekarang dengan pembatalan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 bisa dibayangkan betapa patah hatinya para pemain muda Indonesia. Mimpi mereka benar-benar buyar karena dua tahun lagi tidak mungkin mereka berkompetisi di ajang itu. Usia mereka akan terus bertambah dan kelompok umurnya akan semakin meningkat.
Mengguncang dunia
Ketika menyatakan kemerdekaan Indonesia, Bung Karno dan Bung Hatta menggelorakan kesetaraan dan semangat kemerdekaan kepada dunia. Sebagai orang yang merasakan penjajahan, Bung Karno sangat membenci penindasan yang dilakukan satu bangsa kepada bangsa yang lain. Oleh karena itu semangat antipenjajahan dituliskan di Pembukaan UUD 1945.Namun sejak awal Bung Karno tidak hanya ingin merdeka sekadar untuk merdeka. Kemerdekaan itu merupakan pintu gerbang menuju Indonesia yang maju, makmur untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sikap para pendiri bangsa jelas bahwa tujuan kemerdekaan itu adalah untuk menciptakan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan menjadi prioritas utama Pemerintahan Presiden Soekarno. Ratusan ribu putra-putri Indonesia dikirim untuk belajar ke luar negeri.
Bung Karno sadar bahwa masa depan bangsa ini berada di tangan anak-anak muda. Kalau mereka tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas, berilmu pengetahuan luas, serta memiliki karakter yang kuat, maka akan menjadi pilar untuk menciptakan Indonesia yang kuat.
Sebuah kutipan pidato Bung Karno yang sangat terkenal, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Proses menjadi Indonesia itulah yang harus terus kita lakukan. Kita tidak boleh lelah untuk memupuk dan mempersiapkan anak-anak muda Indonesia agar menjadi lebih baik dibandingkan pendahulunya. Dengan lebih banyak anak-anak yang kita persiapkan, peluang untuk mendapatkan sosok-sosok yang akan menjadi penggerak kemajuan bangsa semakin besar.
Konteks kebangsaan
Tuan rumah Piala Dunia U-20 seharusnya kita lihat dalam konteks pembentukan Indonesia yang lebih baik. Inilah kesempatan bagi kita menyemai pemain-pemain sepak bola di bawah usia 20 tahun agar bisa berkompetisi pada level paling tinggi di kelompok usia mereka.Setelah pengalaman tampil di ajang Piala Dunia, ada waktu sekitar satu dekade bagi para pemain untuk semakin mematangkan diri dan meraih puncak prestasi mereka. Pemain seperti Diego Armando Maradona membutuhkan waktu tujuh tahun setelah memenangi ajang Piala Dunia U-20 untuk bisa mengangkat Piala Dunia pada 1986. Lionel Messi bahkan butuh waktu sampai 15 tahun untuk sukses mengangkat Piala Dunia 2022.
Sekarang dengan pembatalan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 bisa dibayangkan betapa patah hatinya para pemain muda Indonesia. Mimpi mereka benar-benar buyar karena dua tahun lagi tidak mungkin mereka berkompetisi di ajang itu. Usia mereka akan terus bertambah dan kelompok umurnya akan semakin meningkat.
Lihat Juga :
tulis komentar anda