Waspadai Pelemahan Ekspor Lanjutan
Senin, 27 Maret 2023 - 10:21 WIB
Proyeksi suramnya perekonomian global tahun ini mulai terlihat dari kinerja ekspor Indonesia pada Februari 2023. Dampak krisis akibat perang Rusia vs Ukraina pun kian terasa di sejumlah belahan dunia. Beberapa negara termasuk Amerika Serikat (AS) dan Eropa harus berjuang ekstra keras agar ekonomi mereka bisa kembali ke level sebelum krisis.
Di dalam negeri, dampak pelemahan ekonomi global salah satunya terbukti melalui kinerja ekspor yang melemah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Februari 2023 mencapai USD21,40 miliar, turun 4,15% dibanding ekspor Januari 2023.
Menurut BPS, penurunan nilai ekspor dipengaruhi kinerja ekspor minyak dan gas (migas) yang melemah secara month-to-month (mtm) sebesar 20,26% dibandingkan Januari 2023. Penurunan ini disebabkan oleh nilai hasil minyak yang turun 43,87%, nilai gas turun 14,78%.
Penurunan serupa juga terjadi di sektor ekpor nonmigas yang pada Februari 2023 tercatat turun sebesar 3,00% dibandingkan Januari 2023. Penurunan ekspor nonmigas ini disebabkan oleh anjloknya kinerja sektor komoditas bahan bakar mineral, komoditas logam mulia dan perhiasan permata yang mencapai 30,07%. Kemudian bijih logam, perak dan abu juga turun 29,86%. Adapun ekspor alas kaki turun 13,78% dan komoditas mesin dan peralatan mekanis turun 11,93%.
Berdasarkan sektornya, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Februari 2023 turun 0,26% dibanding periode yang sama 2022. Begitu pula ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 1,95%. Beruntung, ekspor hasil tambang dan tumbuh positif dengan kenaikan 58,76%.
Melemahnya ekspor ini tentu harus menjadi perhatian para pemangku kepentingan. Pasalnya ekspor merupakan salah satu kontributor pertumbuhan ekonomi di samping sektor konsumsi dan investasi.
Penting juga dilakukan pemerintah adalah mencari pasar-pasar baru apabila memang penurunan ekspor tersebut terjadi di negara-negara tujuan ekspor tradisional seperti China, Jepang, India, Amerika Serikat (AS) maupun Eropa.
Menilik data BPS penurunan ekspor nonmigas terbesar terjadi ke Korea Selatan yang menurun sebesar USD218 juta, China USD210 juta, Jepang USD152 juta, Swiss USD142 juta dan Italia USD122 juta. Adapun peningkatan ekspor pada Februari 2023 terbesar terjadi ke India yakni USD258 juta, Bangladesh USD179,5 juta dan Taiwan USD121,7 juta.
Pada Februari 2023, porsi ekspor nonmigas Indonesia terbesar adalah ke China dengan total senilai USD5,04 miliar atau 24,93% pangsa pasar ekspor. China juga menjadi importir terbesar Indonesia dengan nilai USD4,04 miliar atau 29,89% porsi impor secara keseluruhan. Impor indonesia terbesar lainnya berasal dari Jepang (10,41%), dan Thailand (6,65%).
Di dalam negeri, dampak pelemahan ekonomi global salah satunya terbukti melalui kinerja ekspor yang melemah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Februari 2023 mencapai USD21,40 miliar, turun 4,15% dibanding ekspor Januari 2023.
Menurut BPS, penurunan nilai ekspor dipengaruhi kinerja ekspor minyak dan gas (migas) yang melemah secara month-to-month (mtm) sebesar 20,26% dibandingkan Januari 2023. Penurunan ini disebabkan oleh nilai hasil minyak yang turun 43,87%, nilai gas turun 14,78%.
Penurunan serupa juga terjadi di sektor ekpor nonmigas yang pada Februari 2023 tercatat turun sebesar 3,00% dibandingkan Januari 2023. Penurunan ekspor nonmigas ini disebabkan oleh anjloknya kinerja sektor komoditas bahan bakar mineral, komoditas logam mulia dan perhiasan permata yang mencapai 30,07%. Kemudian bijih logam, perak dan abu juga turun 29,86%. Adapun ekspor alas kaki turun 13,78% dan komoditas mesin dan peralatan mekanis turun 11,93%.
Berdasarkan sektornya, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Februari 2023 turun 0,26% dibanding periode yang sama 2022. Begitu pula ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 1,95%. Beruntung, ekspor hasil tambang dan tumbuh positif dengan kenaikan 58,76%.
Melemahnya ekspor ini tentu harus menjadi perhatian para pemangku kepentingan. Pasalnya ekspor merupakan salah satu kontributor pertumbuhan ekonomi di samping sektor konsumsi dan investasi.
Penting juga dilakukan pemerintah adalah mencari pasar-pasar baru apabila memang penurunan ekspor tersebut terjadi di negara-negara tujuan ekspor tradisional seperti China, Jepang, India, Amerika Serikat (AS) maupun Eropa.
Menilik data BPS penurunan ekspor nonmigas terbesar terjadi ke Korea Selatan yang menurun sebesar USD218 juta, China USD210 juta, Jepang USD152 juta, Swiss USD142 juta dan Italia USD122 juta. Adapun peningkatan ekspor pada Februari 2023 terbesar terjadi ke India yakni USD258 juta, Bangladesh USD179,5 juta dan Taiwan USD121,7 juta.
Pada Februari 2023, porsi ekspor nonmigas Indonesia terbesar adalah ke China dengan total senilai USD5,04 miliar atau 24,93% pangsa pasar ekspor. China juga menjadi importir terbesar Indonesia dengan nilai USD4,04 miliar atau 29,89% porsi impor secara keseluruhan. Impor indonesia terbesar lainnya berasal dari Jepang (10,41%), dan Thailand (6,65%).
tulis komentar anda