Kesepakatan Kerja Sama Saudi-Iran dan Jalan Moderatisme
Senin, 20 Maret 2023 - 13:41 WIB
Dengan kesepakatan dan hubungan diplomatik bersama Saudi Arabia dan China, Iran dapat menjadi poros baru untuk mengakhiri perang Ukraina, tanpa harus membuat malu berlebihan pada Rusia, tapi juga bukan untuk mendongakkan kepala Ukraina, Barat, dan NATO. Pada saat yang bersamaan, Saudi dapat mewakili dan menjadiremotekepentingan Amerika dan Barat agar kerugian eskalatif perang Ukraina tidak berkepanjangan bagi AS dan Barat.
Yang menarik, dalam lingkaran perkembangan terbaru ini adalah Israel dan beberapa negara Timur Tengah yang terafiliasi dengan perjanjian damai bersama mereka dalam Abraham Accord (2021). Dalam beberapa tahun terakhir, Israel, dengan dukungan AS, berhasil meyakinkan beberapa negara Timur Tengah untuk membangun hubungan diplomatik dan berbagai kerja sama ekonomi.
Tercatat, Uni Emirat Arab (UEA), Maroko, Bahrain, dan Kuwait telah sedemikian rupa membangun hubungan politik dan ekonomi dengan Israel. Inilah langkah semacam "desa mengepung kota", untuk keyakinan bahwa tujuan utama Israelsesungguhnya adalah kesepakatan dengan Arab Saudi.
Dengan Saudi sebagai episentrum Timur Tengah dan Islam dunia karena keberadaan Haramain (dua kota suci Mekkah dan Madinah), Israel tahu belaka bahwa Arab Saudi punya kekuatan besar dan utama dalam percaturan politik Timur Tengah dan Islam di dunia.
Artinya, kemampuan membangun kerja sama dengan Arab Saudi adalah bentuk langsung dari kemungkinan untuk berhasil dalam membangun persepsi positif di mata negara-negara Islam. Namun demikian, dengan membangun kedekatan dengan Iran dan Rusia, Saudi menandai babak baru warna politik pivotal dan fleksibel.
Memang, masih terlalu dini melihat dan menilai efektivitas perjanjian damai dan kerja sama antara Saudi dan Iran. Namun demikian, keberanian Saudi-Iran dan kecerdikan China dalam membangun kesepakatan kerja sama dan hubungan diplomatik dapat menjadi poros perimbangan baru politik dunia.
Yang menarik, dalam lingkaran perkembangan terbaru ini adalah Israel dan beberapa negara Timur Tengah yang terafiliasi dengan perjanjian damai bersama mereka dalam Abraham Accord (2021). Dalam beberapa tahun terakhir, Israel, dengan dukungan AS, berhasil meyakinkan beberapa negara Timur Tengah untuk membangun hubungan diplomatik dan berbagai kerja sama ekonomi.
Tercatat, Uni Emirat Arab (UEA), Maroko, Bahrain, dan Kuwait telah sedemikian rupa membangun hubungan politik dan ekonomi dengan Israel. Inilah langkah semacam "desa mengepung kota", untuk keyakinan bahwa tujuan utama Israelsesungguhnya adalah kesepakatan dengan Arab Saudi.
Dengan Saudi sebagai episentrum Timur Tengah dan Islam dunia karena keberadaan Haramain (dua kota suci Mekkah dan Madinah), Israel tahu belaka bahwa Arab Saudi punya kekuatan besar dan utama dalam percaturan politik Timur Tengah dan Islam di dunia.
Artinya, kemampuan membangun kerja sama dengan Arab Saudi adalah bentuk langsung dari kemungkinan untuk berhasil dalam membangun persepsi positif di mata negara-negara Islam. Namun demikian, dengan membangun kedekatan dengan Iran dan Rusia, Saudi menandai babak baru warna politik pivotal dan fleksibel.
Memang, masih terlalu dini melihat dan menilai efektivitas perjanjian damai dan kerja sama antara Saudi dan Iran. Namun demikian, keberanian Saudi-Iran dan kecerdikan China dalam membangun kesepakatan kerja sama dan hubungan diplomatik dapat menjadi poros perimbangan baru politik dunia.
(ynt)
tulis komentar anda