Berjeda Cerita

Rabu, 01 Maret 2023 - 08:37 WIB
Indi Irawan mengisahkan: “Emak masih dengan lesung di dapur menyiapkan bumbu tumis pakis sambil melirik tanakan nasi di tungku yang berada di hadapannya. Hari ini, aku, ayah, dan Blaki, anjing hitam kami, akan ke kebun menunaikan ibadah yang telah lama dinanti. Berbekal nasi dan sayur pakis kami berangkat. Semak kami babat untuk merintis jalan. Saat itu langit masih kelam dan ayah telah berada di pucuk pohon pete.”

Penceritaan panen pete itu “menaruh” pembaca ke kebun hijau dan menakjubkan. Kita terbiasa bersantap nasi dengan pete bakal mendapat kesan-kesan pengalaman saat ikut “memandang” bapak memanen pete. Tokoh “aku” dan anjing di bawah menjadi penangkap pete. Kejadian itu diharapkan sukacita. Kita tak sedang dimanjakan dengan kelezatan pete tapi hubungan tokoh aku dan anjing. Pada suatu hari, anjing itu dikubur di tanah, tak lagi bersama untuk panen pete. Indi Irawan tak tergesa membuat pembaca dirundung haru.

Dua cerita sederhana itu disusul cerita agak kontemplatif gubahan Uun Nurcahyanti berjudul “Kediaman”. Ia mengurusi waktu dengan kalimat-kalimat dimuat dalam buku cuma dua halaman. Pertimbangan “singkat” dan “padat” menjadikan pembuatan kalimat lumrah puitis. Cerita memerlukan pembacaan lambat. Uun Nurcahyanti menulis: “Januari berdiam di tempatnya, lanjutku, manusialah yang mengangkat dan mengangkut peristiwa.”

Ia memasalahkan manusia dan waktu. Pembahasan atas waktu biasa dengan nama-nama bulan, selain nama-nama hari. Waktu itu berurutan. Uun Nurcahyanti mencoba menjadikan waktu “kepemilikan” tanpa kepastian waktu terus berlalu. Kalimat terakhir: “Pelan, kumasuki Februari yang telah dhuha seraya menggenggam Januari semakin erat.”

Kita mendapat cerita ingin menguatkan penokohan terdapat dalam gubahan Rena Yanita. Ia masih coba-coba dalam bercerita tapi tampak ingin mementingkan penokohan. Kita membaca cerita berjudul “Sisir dan Keintelektualan”. Rena memilih cepat mendefinisikan tokoh tanpa rentetan gejolak dan peristiwa.

Kita dikenalkan dengan tokoh: “Dia bukan lelaki berbuku dan bersepatu. Dia laki-laki yang berpeluh dengan matahari dan hujan. Laki-laki yang hanya punya satu hobi: bekerja. Saat berkenalan denganku, dia bilang, hidupnya jadi bergairah dan berwarna. Cerita yang kusuguhkan menjadi minuman segar. Aku bangga, tak banyak laki-laki yang bisa menghargai wanita banyak kata.” Perkenalan singkat berharap pembaca gampang mengenali lelaki dan perempuan dalam cerita. Kecerewetan tak diperlukan.

Cerita-cerita persembahan lima pengarang tak harus mendapat catatan (kritis) berselera HB Jassin. Pada masa lalu, tokoh itu biasa melakukan pemilihan dan pemberian catatan atas cerita-cerita. Ia berperan sebagai redaktur dan kritikus sastra. Ia pun menjadi dokumentator. Hal terpenting tentu menjadikan buku berjudul Menjelang Kadjang masuk koleksi dokumentasi untuk mengerti sastra bertumbuh di Pare. Kita belum perlu melakukan penilaian ketat atas kehadiran buku sederhana dari pengarang-pengarang sibuk mengurusi bahasa Inggris.

Buku juga belum diharuskan mendapat tatapan akademik berselera Maman S Mahayana. Pada suatu masa, ia pernah sibuk dengan menilai dan menerangkan cerita pendek. Kita justru mengangguk saja atas pembuatan dan pemenuhan janji lima pengarang gara-gara bertemu di Pare. Mereka memilih “bermain-main” dengan cerita tanpa patokan-patokan untuk berhasil dimuat di koran, majalah, atau situs sastra. Cerita-cerita mereka dinikmati saja tanpa janji bakal dijadikan sasaran penilaian oleh mahasiswa menggarap skripsi atau diamati menggunakan selera kritik sastra dianut Maman S Mahayana.

Buku berjudul Menjelang Kadjang hadir tanpa dalih-dalih mengenai nasib halaman-halaman sastra di koran sedang “berdebar” atau pemuatan cerita-cerita di pelbagai situs sastra makin berlimpah. Lima orang menulis cerita-cerita. Buku pun terbit tanpa pengumuman berlebihan minta perhatian. Mereka sadar cerita-cerita itu tak usah berurusan dengan koran atau situs sastra. Cerita-cerita memilih “berjalan” menemui para pembaca-pembaca tak muluk dalam pamrih bersastra. Begitu.

Judul : Menjelang Kadjang dan Cerita Lainnya

Penulis : Fildzah SNF, Indi Irawan, Yulia Tan, Nayla Fitri,

Rena Yanita S, Uun Nurcahyanti

Penerbit : Mlaku, Pare

Cetak : 2022

Tebal : 180 halaman

QRCBN : 6212142324863
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More