Kenangan-Kenangan yang Terpelihara

Senin, 27 Februari 2023 - 07:52 WIB
Tidak dimungkiri, manusia memang unik. Ada yang suka bermain-main dengan kenangan, ada yang sengaja menguburnya, meskipun tahu itu tindakan yang percuma. Sebab, sejatinya kenangan bukan untuk dilupakan. Kenangan, ya, untuk dikenang. Lebih bagus lagi jika bisa dirayakan dalam senyap.



Yang Tersimpan Rapi di Dalam

Pikiran kita akan selalu diramaikan dengan ingatan-ingatan. Apakah sudah mematikan kompor sebelum pergi? Apakah kemarin si sulung sudah menyampaikan titipan untuk Ibu Guru? Apakah tagihan air di bulan Maret 2019 sama dengan Maret 2020? Apakah dahulu Ibu pernah mengajak naik kereta ke Surabaya? Kenapa Ayah sengaja memarahi kita di depan teman-teman?

Semua tentang masa lalu membawa kita ke masa kini dan membayangkan (atau mulai mengatur) masa depan. Siklus manusia selalu begitu. Lantas, apa yang terjadi apabila ingatan-ingatan itu tidak ada atau terselip entah di mana?

Well, sesuatu mungkin tetap berjalan sebagaimana mestinya, seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Atau, kita berusaha terus menggali. Sebab, apa yang terjadi di masa kini adalah konsekuensi keputusan di masa lalu.

Dalam Thousand Cranes, Yasunari Kawabata mengajak kita menengok ritual minum teh yang digelar Kurimoto Chikako untuk mengenang Tuan Mitani, ayah Kikuji. Karena ritual itu ternyata melibatkan orang lain, gesekan tidak bisa dihindari. Ada orang lain yang merasa berhak mengenang Tuan Mitani dan datang ke acara itu tanpa tahu bahwa dirinya tidak diundang sama sekali. Prasangka-prasangka bermunculan.

Dalam cerpen Mobil Pengantin kita akan melihat bahwa kenangan masa kecil Dion ternyata berbuntut panjang, membuat dua keluarga malah bermusuhan. Begitu pula dalam cerpen Kisah Seekor Rubah, cerita yang diwariskan dari generasi ke generasi menghasilkan pola pikir tertentu.

Tidak salah, memang, semisal kita ingin menengok masa lalu, tetapi jangan sampai tenggelam terlalu jauh. Masa lalu kadang hadir kembali sebagai pengingat. Tidak salah pula jika kita ingin kerap berkunjung ke masa itu. Mungkin, satu atau dua hal dapat kembali menyulut semangat hidup kita. Apa pun itu, sebaiknya selebrasi atas memori dilakukan seorang diri. Kita tidak bisa menduga akibatnya jika mengajak orang lain turut serta.

Kenangan, bagi sebagian orang bukanlah kawan yang baik. Sementara bagi Mufa Rizal, cerpenis muda asal Mojokerto, kenangan (baik milik sendiri maupun orang lain) adalah bahan bakar yang baik untuk berkarya. Ia sanggup menghadirkan segala rasa ke hadapan kita melalui tujuh belas judul dalam buku ini.

Ah, bukankah semua seniman seperti itu―memiliki kemampuan luar biasa dalam melenakan pembaca ke dalam alam imajinasi? Maka, boleh dikatakan ‘demi karya’, kenangan-kenangan itu akan tetap terpelihara dengan baik. Sekian.

Judul buku : Seekor Ikan Mencintai Kucing

Penulis : Mufa Rizal

Penerbit : Rua Aksara

Cetak : Pertama, Januari 2023

Tebal : vi + 140 halaman
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More