Konfusianisme dan Praktik Hubungan Internasional
Kamis, 16 Februari 2023 - 20:11 WIB
Akhir kata
Dalam Konfusianisme, hubungan dan peran memiliki inter-subjektivitas, namun hubungan ditetapkan lebih dulu sebelum interaksi, sedangkan peran membutuhkan improvisasi sesuai dengan kondisi selama interaksi. Kedua teori memiliki sudut pandang yang serupa secara etimologi, bahwa, inter-subjektivitas aktor dapat menggantikan otonomi mereka dan analisa kekuasaan dapat diseimbangkan lewat pengenalan terhadap budaya dan identitas. Untuk menghindari pengasingan bersama yang disebabkan oleh perbedaan budaya dan identitas, Konfusianisme membutuhkan aktor-aktor untuk membangun dan menjaga hubungan lewat permainan peran improvisasional, dan peran-peran ini diakui bersama, yang secara kontras berbeda dari hubungan berbasis aturan.
Dalam dasar Konfusianisme, manusia tidak memiliki gambar/rupa atau kemampuan yang sama seperti Tuhan dalam Kekristenan dan oleh karenanya, tidak ada praktik tradisi liberal didalam komunitas. Hubungan peran dipraktikan dengan konsensus bilateral, dan hubungan improvisasisonal sejarah semacam ini, seperti hubungan Sino-Korea, telah menciptakan hubungan bilateral apriori spesifik yang dieksekusi dan reproduksi secara berbeda dari hubungan apriori dari Barat. Hal ini bukan merupakan aksi pengejaran ontologi, jadi para aktor-aktor dapat memiliki tingkat improvisasi yang lebih tinggi daripada mengandalkan hubungan apriori.
Dalam Konfusianisme, hubungan dan peran memiliki inter-subjektivitas, namun hubungan ditetapkan lebih dulu sebelum interaksi, sedangkan peran membutuhkan improvisasi sesuai dengan kondisi selama interaksi. Kedua teori memiliki sudut pandang yang serupa secara etimologi, bahwa, inter-subjektivitas aktor dapat menggantikan otonomi mereka dan analisa kekuasaan dapat diseimbangkan lewat pengenalan terhadap budaya dan identitas. Untuk menghindari pengasingan bersama yang disebabkan oleh perbedaan budaya dan identitas, Konfusianisme membutuhkan aktor-aktor untuk membangun dan menjaga hubungan lewat permainan peran improvisasional, dan peran-peran ini diakui bersama, yang secara kontras berbeda dari hubungan berbasis aturan.
Dalam dasar Konfusianisme, manusia tidak memiliki gambar/rupa atau kemampuan yang sama seperti Tuhan dalam Kekristenan dan oleh karenanya, tidak ada praktik tradisi liberal didalam komunitas. Hubungan peran dipraktikan dengan konsensus bilateral, dan hubungan improvisasisonal sejarah semacam ini, seperti hubungan Sino-Korea, telah menciptakan hubungan bilateral apriori spesifik yang dieksekusi dan reproduksi secara berbeda dari hubungan apriori dari Barat. Hal ini bukan merupakan aksi pengejaran ontologi, jadi para aktor-aktor dapat memiliki tingkat improvisasi yang lebih tinggi daripada mengandalkan hubungan apriori.
(cip)
tulis komentar anda