Prioritas Kodam III Siliwangi Hadapi Tiga Tantangan di 2023
Senin, 23 Januari 2023 - 17:14 WIB
Masyarakat yang sudah mematenkan kekayaan intelektualnya akan memiliki rasa percaya diri kuat dan secara hukum dilindungi. Riuh rendah politik, pertarungan wacana, sebaran hoaks akan bisa diminimalisasi jika masyarakat sudah memiliki rasa percaya diri pada kekuatannya sendiri. Ini berkorelasi dengan tindakan “Aksi Nyata”. Publik akan bisa menegaskan kekuatannya dengan berkata, “Anda boleh bicara apa saja, tapi apa kiprah nyata yang sudah dilakukan?”
Kita melihat bahwa publik punya kemampuan dan banyak inovasi sudah dibuat, mulai dari siasat mengatasi kesulitan energi, pangan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya. Semua potensi itu kita angkat dan fasilitasi.
Kedua, optimalisasi program ketahanan pangan. Ini berlanjut dari program kekayaan intelektual. Sektor pangan akan jadi sangat penting karena ini kebutuhan dasar, sementara resesi global sudah menghadang.
Lahan-lahan terlantar, kritis, atau bermasalah secara sosial dan bahkan hukum, kita coba jembatani. Ajaklah masyarakat untuk percaya diri, kembangkan inovasi, tapi tetap ramah lingkungan. Kretivitas pada level UMKM difasilitasi dan di dorong secara maksimal. Perkuat yang lemah, dan fasilitasi.
Mereka mampu, tapi mereka membutuhkan kehadiran negara di aktivitasnya. TNI yang memandang rakyat adalah basis, harus masuk ke ranah itu. Program “Maung Benahi Lahan” adalah salah satu wujud nyata, kebun jagung adalah konkretnya, dan teknologi terapan sebagai fasilitasnya.
Ketiga, mewujudkan ketahanan energi berbasis masalah. Apa suplai terbesar Jawa Barat yang selama ini tak terkelola dengan baik? Itulah sampah. Laporan opendata dari Pemrov Jawa Barat menyebutkan indeks kulitas air hanya di posisi 43,09. Penyumbang terbesar adalah sampah, dan sumbangan sampah terbesar adalah sampah makanan. Ini problem yang wajar pada daerah dengan populasi besar.
Cara terbaik untuk mengatasi masalah ini adalah pembenahan di hilir dan penyadaran ke hulu. Ke hilir solusinya adalah teknologi terapan, memaksimalkan potensi sampah menjadi bahan berguna, salah satunya jadi energi. Di hulu sadarkan dan ingatkan serta fasilitasi masyarakat agar disiplin dalam pengelolaan.
Jejaring Kodam Siliwangi, tentunya mampu melakukan ini. Teknologi sudah ada, tinggal kita luaskan dan maksimalkan, bentuk komunitas, jaga dan kawal, serta dampingi. Berhasilkah? Harus optimis.
Keempat, profesionalitas prajurit adalah mutlak. Prajurit adalah garda pertahanan terdepan. Mereka tidak hanya bicara soal tempur ala militer, tapi juga “bertempur” dengan masalah di masyarakat. Prajurit profesional adalah prajurit yang memiliki moral, semangat pengabdian dan disiplin tinggi, bertanggung jawab serta menjunjung tinggi kehormatan militer.
Kualitas personal dan kesatuan akan selalu ditingkatkan, diperkuat sesuai kondisi kekinian. Pola konvensional yang berpadu dengan tantangan era digital. Oleh karena itu, modernisasi segala aspek baik sarana prasarana, termasuk modernisasi pola berpikir akan ditanamkan.
Kita melihat bahwa publik punya kemampuan dan banyak inovasi sudah dibuat, mulai dari siasat mengatasi kesulitan energi, pangan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya. Semua potensi itu kita angkat dan fasilitasi.
Kedua, optimalisasi program ketahanan pangan. Ini berlanjut dari program kekayaan intelektual. Sektor pangan akan jadi sangat penting karena ini kebutuhan dasar, sementara resesi global sudah menghadang.
Lahan-lahan terlantar, kritis, atau bermasalah secara sosial dan bahkan hukum, kita coba jembatani. Ajaklah masyarakat untuk percaya diri, kembangkan inovasi, tapi tetap ramah lingkungan. Kretivitas pada level UMKM difasilitasi dan di dorong secara maksimal. Perkuat yang lemah, dan fasilitasi.
Mereka mampu, tapi mereka membutuhkan kehadiran negara di aktivitasnya. TNI yang memandang rakyat adalah basis, harus masuk ke ranah itu. Program “Maung Benahi Lahan” adalah salah satu wujud nyata, kebun jagung adalah konkretnya, dan teknologi terapan sebagai fasilitasnya.
Ketiga, mewujudkan ketahanan energi berbasis masalah. Apa suplai terbesar Jawa Barat yang selama ini tak terkelola dengan baik? Itulah sampah. Laporan opendata dari Pemrov Jawa Barat menyebutkan indeks kulitas air hanya di posisi 43,09. Penyumbang terbesar adalah sampah, dan sumbangan sampah terbesar adalah sampah makanan. Ini problem yang wajar pada daerah dengan populasi besar.
Cara terbaik untuk mengatasi masalah ini adalah pembenahan di hilir dan penyadaran ke hulu. Ke hilir solusinya adalah teknologi terapan, memaksimalkan potensi sampah menjadi bahan berguna, salah satunya jadi energi. Di hulu sadarkan dan ingatkan serta fasilitasi masyarakat agar disiplin dalam pengelolaan.
Jejaring Kodam Siliwangi, tentunya mampu melakukan ini. Teknologi sudah ada, tinggal kita luaskan dan maksimalkan, bentuk komunitas, jaga dan kawal, serta dampingi. Berhasilkah? Harus optimis.
Keempat, profesionalitas prajurit adalah mutlak. Prajurit adalah garda pertahanan terdepan. Mereka tidak hanya bicara soal tempur ala militer, tapi juga “bertempur” dengan masalah di masyarakat. Prajurit profesional adalah prajurit yang memiliki moral, semangat pengabdian dan disiplin tinggi, bertanggung jawab serta menjunjung tinggi kehormatan militer.
Kualitas personal dan kesatuan akan selalu ditingkatkan, diperkuat sesuai kondisi kekinian. Pola konvensional yang berpadu dengan tantangan era digital. Oleh karena itu, modernisasi segala aspek baik sarana prasarana, termasuk modernisasi pola berpikir akan ditanamkan.
tulis komentar anda