Proyek Listrik Bandara Diduga Sarat Kecurangan

Senin, 11 Mei 2015 - 09:46 WIB
Proyek Listrik Bandara Diduga Sarat Kecurangan
Proyek Listrik Bandara Diduga Sarat Kecurangan
A A A
TANGERANG - Pelaksanaan lelang pekerjaan proyek peningkatan kapasitas dan jaringan listrik (PKJL) Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan pagu anggaran sebesar Rp926 miliar diduga sarat kecurangan.

Menurut koordinator Gerakan Anti-Manipulasi (Geram) BUMN Andianto, tender yang dilakukan Oktober 2014 disinyalir bermasalah karena mengabaikan peraturan prosedur tender terutama kerangka acuan kerja proyek PKJL tahun 2013. ”Bila proyek ini tetap berjalan dikhawatirkan membahayakan kenyamanan dan keselamatan alur lalu lintas penerbangan, terutama di lingkungan Bandara Soekarno- Hatta,” ujarnya kemarin.

Karena itu, dia meminta PT Angkasa Pura (AP) II membatalkan dan mengevaluasi ulang keputusan tender yang dimenangi PT Nindya Karya karena dicurigai banyak kecurangan. Apalagi hasil audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Banten sepertinya tidak diperhatikan, yakni Surat Keputusan Dirut Angkasa Pura II No 15.02/OD/10/2014/016 perihal permohonan reviu proses lelang pekerjaan peningkatan kapasitas dan jaringan listrik Bandara Soekarno-Hatta yang ditujukan kepada kepala perwakilan BPKP Provinsi Banten.

DirekturUtamaPTAP IIBudi Karya Sumadi menjelaskan, dipilihnya pemenang tender tersebut dikarenakan memang menawarkan harga lebih murah daripada peserta lelang yang lain. ”Dia (pemenang tender) lebih murah 10% dari pagu anggaran, barangnya juga sesuai spek. Kalau yang lain lebih mahal, bahkan ada yang lebih besar dari pagu, kalau kita pilih malah merugikan negara,” katanya.

Hanya, proses tender menjadi bermasalah karena dianggap tidak fair. Pihaknya menyerahkan hal tersebut kepada kejaksaan untuk menilainya secara independen. ”Ternyata kejaksaan memberikan rekomendasi bahwa apa yang kita lakukan sudah sesuai prosedur. Rekomendasi itu mengurangi penilaian yang tidak fair tersebut,” ujar Budi.

Pembangunan listrik Bandara Soekarno-Hatta pertama kali dilakukan pada 1984 oleh perusahaan Prancis. Untuk memaksimalkannya, AP II berupaya meningkatkan kapasitas jaringan listriknya.

Otoritas AP II kemudian meng-upgrade jaringan, semua trafo dan kabel listrik diperbaharui untuk mendukung kinerja jaringan agar terintegrasi. Sayangnya, dalam pengerjaan hanya beberapa titik saja yang dilakukan upgrade jaringan.

Denny irawan
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7384 seconds (0.1#10.140)