Mengunci Peran dalam Isu Global
A
A
A
YEANO ANDHIKA
Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam,
Ketua Departemen Keilmuan BEM FEB Unair,
Universitas Airlangga
Dalam pidato pembukaan Konferensi Asia Afrika (KAA), Presiden Joko Widodo mengangkat isu yang berkaitan dengan ketidakadilan dan ketidakseimbangan global.
Substansi pidato yang diapresiasi banyak pihak tersebut sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru. Ketidakberdayaan PBB sebagai pilar utama pengelolaan global (global governance) dalam menyikapi berbagai konflik, sengketa, krisis dan ketegangan di berbagai belahan dunia telah jauh-jauh hari dikemukakan oleh banyak pihak.
Dorongan reformasi dalam tubuh PBB sebagaimana disebutkan Jokowi dalam pidatonya pun telah banyak diserukan. Namun selama ini wacana tersebut masih sebatas wacana dan tentu apa yang disampaikan Jokowi dalam pidatonya diharapkan juga bukan sebatas wacana yang hanya menjadi pemanis dalam pertemuan besar tersebut.
Turut berperan serta secara signifikan dalam menciptakan keadilan dan keseimbangan global bisa menjadi sarana mengembalikan posisi Indonesia sebagai salah satu negara yang disegani dalam komunitas internasional. Bukan suatu hal yang mustahil jika menilik sejarah perjalanan Indonesia di pentas diplomasi internasional.
Dewasa ini peran Indonesia di kancah internasional seolah meredup jika dibandingkan beberapa dasawarsa silam. Tak mengherankan jika hal ini kemudian perlahan membuat komunitas internasional tidak lagi segan bahkan cenderung melecehkan, misalnya dalam kasus yang terjadi beberapa waktu lalu terkait dengan Duta Besar RI di Brasil.
Lantas apa sebenarnya yang salah dengan diplomasi internasional kita? Menurut hemat penulis, meredupnya peran Indonesia di kancah internasional tidak lepas dari abainya Indonesia untuk mengambil peran kunci dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dunia. Mengembalikan kewibawaan Indonesia di hadapan komunitas internasional bisa dilakukan apabila Indonesia mau terlibat aktif dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang menjadi isu global.
Salah satunya adalah penyelesaian sengketa Palestina- Israel. Pembicaraan damai antardua negara yang selama ini diprakarsai Amerika Serikat seolah jalan di tempat. Pemerintahan Jokowi-JK yang menyatakan diri berkomitmen penuh mendukung kemerdekaan Palestina bisa mulai mengambil inisiasi, menawarkan solusi bagi kedua negara untuk hidup berdampingan secara damai dalam kerangka penghormatan terhadap hak masing-masing.
Salah satu hal ini apabila bisa dicapai kemudian diikuti dengan peran aktif menyelesaikan berbagai masalah global yang lain, penulis meyakini Indonesia akan kembali disegani di dunia internasional.
Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam,
Ketua Departemen Keilmuan BEM FEB Unair,
Universitas Airlangga
Dalam pidato pembukaan Konferensi Asia Afrika (KAA), Presiden Joko Widodo mengangkat isu yang berkaitan dengan ketidakadilan dan ketidakseimbangan global.
Substansi pidato yang diapresiasi banyak pihak tersebut sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru. Ketidakberdayaan PBB sebagai pilar utama pengelolaan global (global governance) dalam menyikapi berbagai konflik, sengketa, krisis dan ketegangan di berbagai belahan dunia telah jauh-jauh hari dikemukakan oleh banyak pihak.
Dorongan reformasi dalam tubuh PBB sebagaimana disebutkan Jokowi dalam pidatonya pun telah banyak diserukan. Namun selama ini wacana tersebut masih sebatas wacana dan tentu apa yang disampaikan Jokowi dalam pidatonya diharapkan juga bukan sebatas wacana yang hanya menjadi pemanis dalam pertemuan besar tersebut.
Turut berperan serta secara signifikan dalam menciptakan keadilan dan keseimbangan global bisa menjadi sarana mengembalikan posisi Indonesia sebagai salah satu negara yang disegani dalam komunitas internasional. Bukan suatu hal yang mustahil jika menilik sejarah perjalanan Indonesia di pentas diplomasi internasional.
Dewasa ini peran Indonesia di kancah internasional seolah meredup jika dibandingkan beberapa dasawarsa silam. Tak mengherankan jika hal ini kemudian perlahan membuat komunitas internasional tidak lagi segan bahkan cenderung melecehkan, misalnya dalam kasus yang terjadi beberapa waktu lalu terkait dengan Duta Besar RI di Brasil.
Lantas apa sebenarnya yang salah dengan diplomasi internasional kita? Menurut hemat penulis, meredupnya peran Indonesia di kancah internasional tidak lepas dari abainya Indonesia untuk mengambil peran kunci dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dunia. Mengembalikan kewibawaan Indonesia di hadapan komunitas internasional bisa dilakukan apabila Indonesia mau terlibat aktif dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang menjadi isu global.
Salah satunya adalah penyelesaian sengketa Palestina- Israel. Pembicaraan damai antardua negara yang selama ini diprakarsai Amerika Serikat seolah jalan di tempat. Pemerintahan Jokowi-JK yang menyatakan diri berkomitmen penuh mendukung kemerdekaan Palestina bisa mulai mengambil inisiasi, menawarkan solusi bagi kedua negara untuk hidup berdampingan secara damai dalam kerangka penghormatan terhadap hak masing-masing.
Salah satu hal ini apabila bisa dicapai kemudian diikuti dengan peran aktif menyelesaikan berbagai masalah global yang lain, penulis meyakini Indonesia akan kembali disegani di dunia internasional.
(bbg)