Asia-Afrika Perkuat Kerja Sama Bisnis

Rabu, 22 April 2015 - 11:36 WIB
Asia-Afrika Perkuat Kerja Sama Bisnis
Asia-Afrika Perkuat Kerja Sama Bisnis
A A A
JAKARTA - Sebanyak 34 negara di kawasan Asia-Afrika sepakat membentuk Dewan Bisnis Asia-Afrika (Asian-Africa Business Council/ AABC). Dewan yang beranggotakan para pengusaha secara formal dibentuk untuk memperkuat perekonomian dan kerja sama bisnis di kawasan ini.

Kesepakatan pembentukan AABC tercapai pada Asian-Africa Business Summit (AABS) 2015 yang merupakan rangkaian penyelenggaraan peringatan ke-60 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) 2015 di Jakarta Convention Center, kemarin.

Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto menjelaskan, pembentukan AABC merupakan bagian dari semangat penyelenggaraan AABS 2015 dengan tema ”Realization of Asian-African Partnership for Progress and Prosperity”, serta ”The New Asian-African Strategic Partnership” yang diadopsi sebagai salah satu hasil penyelenggaraan KAA 2015.

Menurut dia, AABC mempunyai sejumlah target antara lain memperkuat hubungan kerja sama perdagangan dan perindustrian, menghapus hambatan bisnis karena masih kuatnya birokrasi, meningkatkan konektivitas, melakukan kerja sama pembangunan infrastruktur, mengadakan pelatihan sumber daya manusia, menguatkan usaha kecil-menengah (UKM).

”Kemitraan antarnegara Asia-Afrika memasuki masa yang sangat menarik sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi di kedua benua, sehingga membuka peluang kerja sama ekonomi dan bisnis,” ujar Suryo Bambang. Berdasarkan catatan Kadin, bobot ekonomi kedua benua tersebut meliputi 75,3% penduduk dunia dan 28,5% gross domestic bruto (GDB) dunia.

Menurut Suryo, masih relatif kecilnya kontribusi GDB ini menunjukkan bahwa masih banyak potensipotensi ekonomi yang belum tergali, terutama di sebagian besar negara-negara di Afrika. Vice President The Federation of Pakistan Chambers of Commerce and Industri (FPCCI) Muhammed Waseem Vohra, memandang AABC sebagai langkah besar dalam kerja sama antarnegara Asia-Afrika.

”Ini penting untuk mengembangkan bisnis di kawasan ini, terutama untuk upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat di kedua benua tersebut,” ujarnya. CEO Baraka Contracting and Trading, Arab Republic of Egypt, Mohamed Abdel Rahman Bakara juga menyambut baik terbentuknya AABC, sebagai langkah ke depan negara-negara Asia dan Afrika untuk bisa lebih sejajar dan maju bersama.

Sementara itu, Head of Research Institute LP3E, Kadin Indonesia Didik J Rachbini menuturkan, kesepakatan pembentukan AABC sudah pernah terjadi 10 tahun lalu atau pada 2005, namun ketika itu komitmen peserta KAA masih normatif. ”Sekarang waktunya seluruh negara-negara Asia-Afrika merealisasikannya dengan semangat untuk lebih maju dari sisi ekonomi,” katanya.

Didik yang merupakan salah satu pendorong terealisasinya AABC ini menuturkan, dalam waktu enam bulan ke depan, AABC secara resmi akan ditetapkan sebagai wadah resmi yang menaungi para pengusaha di kawasan Asia-Afrika. Menurut dia, keanggotaan AABC tidak terikat dan dimungkinkan untuk terus bertambah dari saat ini 34 negara.

Adapun Sekretariat Dewan Bisnis akan ditetapkan di Jakarta, Indonesia, sedangkan Wakil Sekretariat ditetapkan di Afrika Selatan. ”Setelah dilembagakan secara resmi, AABC akan melakukan pertemuan kedua pada 2016 di Mesir,” ujar Didik. AABS dibuka Presiden Joko Widodo. Dalam sambutan Kepala Negara menekankan pentingnya kerja sama antarnegara di kawasan ini dalam semua bidang, terutama ekonomi, sosial, dan politik.

Rencananya, forum bisnisyangdigelarduahari tersebut menghadirkan Presiden China Xi Jinping, Presiden Ethiopia Mulatu Thesome Wirtu, Menlu Afrika Selatan Maite Nkoana-Mashabane yang mewakili Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma. Turutmen jadi pembicara Perdana Menteri Jepang Sinzho Abedan Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif.

Dorong Investasi

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mendorong negaranegara di kawasan Asia dan Afrika memperkuat kerja sama investasi dan memaksimalkan potensiekonominya. Merujukdata Financial Times , total investasi langsung (foreign direct investment/ FDI) antarnegara Asia-Afrika pada periode 2010-2014 hanya mencapai 35% dari total arus investasi global.

”Padahal dengan potensi besar yang dimiliki, seharusnya negara-negara Asia-Afrika dapat saling mengeksplorasi peluang yang ada dan menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan,” katanya. Frankymemaparkan, laporan Financial Times yang menunjukkan tiga dari empat FDI global mengalir ke negara-negara Asia Afrika dalam lima tahun terakhir.

Data WorldInvestment Report 2014 yang diumumkan oleh United Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD) juga menunjukkan arus investasi global tahun 2014 menurun 85 dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikian, negaranegara ekonomi berkembang, termasuk Asia dan Afrika, memperoleh pencapaian FDI lebih dari USD700 miliar, yaitu sekitar 56% dari total arus investasi global.

”Hal ini menunjukkan bahwa posisi negaranegara Asia-Afrika sangat diperhitungkan dalam perekonomian dunia,” kata Franky. Berdasarkan data BKPM, investasi negara-negara Asia- Afrika selama tahun 2010-2014 mencapai USD58,58 miliar yang terdiri atas USD55,56 miliar investasi negara-negara Asia dan USD3,01 miliar investasi negara-negara Afrika.

Sektor utama investasi negara Afrika mencakup industri makanan, perkebunan, pariwisata, konstruksi. Adapun sektor utama investasi negara Asia mencakup transportasi dan telekomunikasi, industri makanan, pertanian dan perkebunan, serta industri logam dasar, barang logam, mesin, dan elektronika.

Ketua Pelaksana AABS 2015 Noke Kiroyan mengungkapkan, perdagangan Indonesia dengan Afrika tersebut lebih kecil dibandingkan dengan perdagangan China-Afrika yang mencapai USD200 miliar dan India- Afrika USD70 miliar. ”Untuk itu, perdagangan investasi perlu diakselerasi agar menjadi pasar yang menjanjikan jika digarap secara optimal,” ujarnya.

Menurut Ketua Kadin Bidang Koordinator Asosiasi ini, saat ini di kawasan Benua Hitam tersebut baru sedikit negara yang cukup potensial untuk dijadikan lahan investasi oleh pengusaha, yaitu Afrika Selatan dan Nigeria. Pendapatan per kapita Afrika Selatan tertinggi yang mencapai USD6.500 dolar per tahun per penduduk, sedangkan Nigeria dengan jumlah penduduk terbesar mencapai USD3.500 per tahun.

”Untuk itu, perlu mendorong bagaimana volume perdagangan Indonesia ke Afrika lebih meningkat. Kadin bisa masuk ke sektor-sektor industri strategis, manufaktur, perkebunan, dan infrastruktur,” ujar Noke.

Muh shamil/ant
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6846 seconds (0.1#10.140)