Rakyat Harus Tetap Optimis!
A
A
A
RIDWAN NANDA MULYANA
Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB),
Universitas Diponegoro
Hingga saat ini energi dan konsentrasi publik di republik ini terus dikuras oleh berbagai pemberitaan tentang sekian masalah bangsa. Dalam berbagai masalah itu, perang opini dan adu pendapat jamak kita jumpai.
Rakyat kebanyakan (mungkin) bingung melihat dan mendengar argumen mereka yang sama-sama bersenjatakan teori ”kebenaran dan keadilan”, termasuk sama-sama mengatasnamakan kepentingan rakyat dan konstitusi. Membaca dan menyimak Indonesia kini berarti membaca dan menyimak sebuah ironi dari kesenjangan dan ketidakadilan.
Dalam realitas sehari-hari, kemiskinan dan penderitaan hidup berdekatan dengan kekayaan dan kemewahan. Rakyat berjuang matianmatian untuk sekadar menyambung kehidupan, sementara elite politik tengah mati-matian memperjuangkan kepentingan, yang entah untuk siapa? Padahal, negara Indonesia ini adalah negara yang mendasarkan kehidupan politiknya pada prinsip dan semangat demokrasi, di mana dasar dalam berpolitik semestinya bersandar pada rumus dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Tapi jangan sampai malah kita kehilangan semangat. Justru pada titik inilah ”kedewasaan dan kekuatan” bangsa ini (kembali) diuji. Di tengah kegaduhan politik yang entah untuk siapa dan sampai kapan ini seharusnya rakyat tidak boleh pesimistis (baca: harus tetap optimistis!) dalam menghadapi masalah sekarang dan menjawab tantangan ke depan.
Dengan rasa dan semangat itu, rakyat tentu akan tetap dan terus bertindak positif, baik dalam menata langkah hidupnya maupun dalam kesadaran untuk mengawal roda pemerintahan. Hal ini penting, karena kesadaran dan pengawalan rakyat terhadap jalannya roda pemerintahan merupakan hal yang mutlak diperlukan di negara demokrasi ini.
Rakyat harus menunjukkan sinyalyang kuat bahwa rakyatada danakanterusmengawasi serta mengawal mereka, para politisi yang diberi amanat, mandat dan daulat oleh rakyat! Rakyat tidak boleh ikut larut dalam kemelut politik yang ada, apalagi sampai ikut dihanyutkan oleh kepentingan (politik) tertentu dan ditenggelamkan oleh rasa ketidakpercayaan pada bangsa dan negara sendiri.
Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB),
Universitas Diponegoro
Hingga saat ini energi dan konsentrasi publik di republik ini terus dikuras oleh berbagai pemberitaan tentang sekian masalah bangsa. Dalam berbagai masalah itu, perang opini dan adu pendapat jamak kita jumpai.
Rakyat kebanyakan (mungkin) bingung melihat dan mendengar argumen mereka yang sama-sama bersenjatakan teori ”kebenaran dan keadilan”, termasuk sama-sama mengatasnamakan kepentingan rakyat dan konstitusi. Membaca dan menyimak Indonesia kini berarti membaca dan menyimak sebuah ironi dari kesenjangan dan ketidakadilan.
Dalam realitas sehari-hari, kemiskinan dan penderitaan hidup berdekatan dengan kekayaan dan kemewahan. Rakyat berjuang matianmatian untuk sekadar menyambung kehidupan, sementara elite politik tengah mati-matian memperjuangkan kepentingan, yang entah untuk siapa? Padahal, negara Indonesia ini adalah negara yang mendasarkan kehidupan politiknya pada prinsip dan semangat demokrasi, di mana dasar dalam berpolitik semestinya bersandar pada rumus dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Tapi jangan sampai malah kita kehilangan semangat. Justru pada titik inilah ”kedewasaan dan kekuatan” bangsa ini (kembali) diuji. Di tengah kegaduhan politik yang entah untuk siapa dan sampai kapan ini seharusnya rakyat tidak boleh pesimistis (baca: harus tetap optimistis!) dalam menghadapi masalah sekarang dan menjawab tantangan ke depan.
Dengan rasa dan semangat itu, rakyat tentu akan tetap dan terus bertindak positif, baik dalam menata langkah hidupnya maupun dalam kesadaran untuk mengawal roda pemerintahan. Hal ini penting, karena kesadaran dan pengawalan rakyat terhadap jalannya roda pemerintahan merupakan hal yang mutlak diperlukan di negara demokrasi ini.
Rakyat harus menunjukkan sinyalyang kuat bahwa rakyatada danakanterusmengawasi serta mengawal mereka, para politisi yang diberi amanat, mandat dan daulat oleh rakyat! Rakyat tidak boleh ikut larut dalam kemelut politik yang ada, apalagi sampai ikut dihanyutkan oleh kepentingan (politik) tertentu dan ditenggelamkan oleh rasa ketidakpercayaan pada bangsa dan negara sendiri.
(bbg)