Hindari Petugas, Tawuran Bergeser pada Dini Hari
A
A
A
DEPOK - Pola perkelahian remaja (tawuran) diduga kini sudah bergeser. Untuk menghindari kejaran petugas kepolisian, para remaja kini melakukan tawuran pada dini hari.
Polisi biasanya hanya melakukan razia tawuran pada siang atau sore hari. Pada malam hari hingga dini hari sudah tidak lagi dilakukan pemantauan (pengawasan). Melihat celah itu, para remaja pun memanfaatkan waktu saat tidak ada polisi yang melakukan pemantauan. Seperti yang terjadi di Jalan Keadilan, Bakti Jaya, Sukmajaya, Depok pada Jumat (17/4) sekitar pukul 00.30 WIB.
Tawuran ini menyebabkan Agus Ali alias Burno, 15 tewas dengan luka parah di bagian leher. Tawuran terjadi antara dua kubu yang melibatkan puluhan remaja. Dari informasi yang didapat, tawuran ini sudah terjadi selama tiga hari berturut-turut. Pada malam sebelumnya, remaja dari kedua kubu ini sudah terlibat tawuran sejak Rabu (15/4). Pada dini hari kemarin, korban bersama tujuh rekannya melintas dengan menggunakan empat sepeda motor.
”Sudah tiga hari berturut-turut tawuran. Jadi tawuran semalam sepertinya sudah direncanakan,” kata Rudi, tukang sate yang melihat kejadian, kemarin. Ketika Agus dan temantemannya melintas, dari arah berlawanan terlihat segerombolan remaja bersepeda motor juga. Kedua remaja dari kubu berbeda itu langsung terlibat tawuran. Mereka membawa celurit dan kayu.
Mereka saling serang dengan senjata yang mereka bawa. ”Korban kena sabetan celurit di lehernya,” ungkapnya. Korban pun langsung terkapar dan dibiarkan di pinggir jalan. Teman dan lawan korban pun langsung meninggalkan Agus yang bersimbah darah. Tidak diketahui motif kedua kubu remaja itu terlibat tawuran. Namun diduga, mereka terlibat tawuran karena permasalahan sepele.
”Nggak tahu soal apa. Cuma palingan karena saling ejek,” katanya. Melihat korban terkapar, Rudi dan pedagang lainnya menolong Agus. Kemudian warga melapor ke Polsek Sukmajaya. Akibat kehabisan darah, korban pun meregang nyawa di jalan. Korban mengalami luka bacok di leher dekat kepala. ”Lukanya dalam sehingga sampai meninggal karena kehabisan darah,” ungkapnya.
Korban merupakan kuli panggul di Pasar Agung. Korban adalah pelajar yang putus sekolah. Dia bekerja menjadi kuli panggul untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Korban juga dikenal banyak orang mulai dari anak-anak dan remaja seusianya. Korban memiliki banyak teman karena sering mengajari bermain gitar ke anak-anak kecil. ”Suka bercanda orangnya dan suka main gitar sama teman-temannya di Jalan Keadilan,” tuturnya.
Kasus ini masih ditelusuri kepolisian. Sejumlah saksi sudah diperiksa. Polisi juga sudah menangkap lima orang diduga terlibat kasus ini. ”Kasusnya masih kami dalami. Barang bukti pun sudah diamankan,” kata Kapolsek Sukmajaya Kompol Agus Widodo. Barang bukti yang disita antara lain celurit yang tergeletak di jalanan, kayu, dan sepeda motor Jupiter MX B 3789 EXI yang diduga milik pelaku.
Di bagian lain, penyidik Polresta Depok kemarin memeriksa orang tua Akseyna Ahad Dori, 18, mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Indonesia (UI) yang ditemukan tewas mengambang di Danau Kenanga, UI, 26 Maret lalu.
Bersama istrinya, Kolonel (Sus) Mardoto tiba di Polresta Depok pukul 08.00 WIB. Ketika keluar ruangan seusai pemeriksaan, keduanya tidak banyak berbicara. ”Semua hasilnya sudah disampaikan ke penyidik. Selengkapnya tanya ke penyidik,” kata Mardoto.
R ratna purnama
Polisi biasanya hanya melakukan razia tawuran pada siang atau sore hari. Pada malam hari hingga dini hari sudah tidak lagi dilakukan pemantauan (pengawasan). Melihat celah itu, para remaja pun memanfaatkan waktu saat tidak ada polisi yang melakukan pemantauan. Seperti yang terjadi di Jalan Keadilan, Bakti Jaya, Sukmajaya, Depok pada Jumat (17/4) sekitar pukul 00.30 WIB.
Tawuran ini menyebabkan Agus Ali alias Burno, 15 tewas dengan luka parah di bagian leher. Tawuran terjadi antara dua kubu yang melibatkan puluhan remaja. Dari informasi yang didapat, tawuran ini sudah terjadi selama tiga hari berturut-turut. Pada malam sebelumnya, remaja dari kedua kubu ini sudah terlibat tawuran sejak Rabu (15/4). Pada dini hari kemarin, korban bersama tujuh rekannya melintas dengan menggunakan empat sepeda motor.
”Sudah tiga hari berturut-turut tawuran. Jadi tawuran semalam sepertinya sudah direncanakan,” kata Rudi, tukang sate yang melihat kejadian, kemarin. Ketika Agus dan temantemannya melintas, dari arah berlawanan terlihat segerombolan remaja bersepeda motor juga. Kedua remaja dari kubu berbeda itu langsung terlibat tawuran. Mereka membawa celurit dan kayu.
Mereka saling serang dengan senjata yang mereka bawa. ”Korban kena sabetan celurit di lehernya,” ungkapnya. Korban pun langsung terkapar dan dibiarkan di pinggir jalan. Teman dan lawan korban pun langsung meninggalkan Agus yang bersimbah darah. Tidak diketahui motif kedua kubu remaja itu terlibat tawuran. Namun diduga, mereka terlibat tawuran karena permasalahan sepele.
”Nggak tahu soal apa. Cuma palingan karena saling ejek,” katanya. Melihat korban terkapar, Rudi dan pedagang lainnya menolong Agus. Kemudian warga melapor ke Polsek Sukmajaya. Akibat kehabisan darah, korban pun meregang nyawa di jalan. Korban mengalami luka bacok di leher dekat kepala. ”Lukanya dalam sehingga sampai meninggal karena kehabisan darah,” ungkapnya.
Korban merupakan kuli panggul di Pasar Agung. Korban adalah pelajar yang putus sekolah. Dia bekerja menjadi kuli panggul untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Korban juga dikenal banyak orang mulai dari anak-anak dan remaja seusianya. Korban memiliki banyak teman karena sering mengajari bermain gitar ke anak-anak kecil. ”Suka bercanda orangnya dan suka main gitar sama teman-temannya di Jalan Keadilan,” tuturnya.
Kasus ini masih ditelusuri kepolisian. Sejumlah saksi sudah diperiksa. Polisi juga sudah menangkap lima orang diduga terlibat kasus ini. ”Kasusnya masih kami dalami. Barang bukti pun sudah diamankan,” kata Kapolsek Sukmajaya Kompol Agus Widodo. Barang bukti yang disita antara lain celurit yang tergeletak di jalanan, kayu, dan sepeda motor Jupiter MX B 3789 EXI yang diduga milik pelaku.
Di bagian lain, penyidik Polresta Depok kemarin memeriksa orang tua Akseyna Ahad Dori, 18, mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Indonesia (UI) yang ditemukan tewas mengambang di Danau Kenanga, UI, 26 Maret lalu.
Bersama istrinya, Kolonel (Sus) Mardoto tiba di Polresta Depok pukul 08.00 WIB. Ketika keluar ruangan seusai pemeriksaan, keduanya tidak banyak berbicara. ”Semua hasilnya sudah disampaikan ke penyidik. Selengkapnya tanya ke penyidik,” kata Mardoto.
R ratna purnama
(bbg)