Lebih Dekat Mengenal sang Ideolog

Minggu, 12 April 2015 - 10:56 WIB
Lebih Dekat Mengenal...
Lebih Dekat Mengenal sang Ideolog
A A A
Kongres IV PDI-P yang digelar di Bali kali ini kembali memilih Ibu Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum untuk periode 2015-2020. Kepercayaan ini pantas diberikan kepada Megawati, sang ideolog.

Rekam jejak dalam hal konsistensinya menjaga dan merawat ideologi Pancasila, UUD 45, dan NKRI tak perlu diperdebatkan. Intuisi politiknya sangat tajam.

Cara dia menyatukan kader sangat elegan. Pun keteguhannya untuk tidak terjebak dalam politik syarat transaksional sudah teruji. Semua keutamaan itu sulit dimiliki oleh tokoh senior sekalipun di internal PDI-P khususnya dan elite bangsa ini umumnya. Bila diberi peringkat, barangkali peringkat 1 hingga 10 adalah miliknya.

Sedangkan, peringkat 11 ke atas milik tokoh lain. Itulah sebabnya, para kader PDI-P memilihnya kembali menjadi ketua umum partai. Buku berjudul BU MEGA; Catatan Ringan Keluarga Politik dan Dinamika Kepemimpinannya karya Rahmat Sahid hadir persis saat Kongres IV PDI-P digelar. Penulis tidak bermaksud apa-apa, entah itu sanjung yang melambung atau pembelaan terhadap opini negatif yang sering dialamatkan kepada Bu Mega. Tidak! “Bu Mega tak perlu dibela.

Karena selain intuisi politiknya sudah matang, beliau sudah terbiasa menghadapi tekanan,” tulis Sahid pada catatan pengantar bukunya. Melalui buku ini, penulis hendak mengajak pembaca supaya mengenal lebih dekat lagi dengan sosok sang ideolog sejati. Sebagai wartawan-sama seperti wartawan lain-yang kebetulan dekat dengan keluarga Bu Mega tentu banyak informasi menarik yang diperoleh. Namun, tidak semua informasi itu dimuat di media massa.

Apalagi, jika informasi itu tidak memenuhi unsur bed news. Buku ini sedikit-banyak menyampaikan informasi yang luput dari perhatian media yang mengedepankan prinsip bad news is a good news, mengulas bagaimana Bu Mega memahami dan menghayati ideologi Pancasila dalam keseharian. Dan lebih dari itu, bagaimana dia mewariskan ideologi itu dalam trah Soekarno.

Tugas itu tak mudah. Apa lagi ketika ada kekuatan yang berupaya membenturkan anak cucu biologis-ideologis Soekarno itu. Tatkala muncul isu soal “kubukubuan” antara Puan Maharani dan M Prananda Prabowo menjelang Rakernas III PDI Perjuangan, Mega tidak hanya mengklarifikasinya dengan katakata. Ia menepis isu keretakan generasi ketiga trah Soekarno itu dengan memberikan ruang untuk bersinergi pada Rakernas III.

Puan sebagai ketua panitia didukung penuh oleh Nanan sejak tahap persiapan hingga penyelenggaraan rakernas. Kekompakan keduanya menepis opini publik tentang adanya perseteruan antara kakak beradik itu (halaman 37). Penulis-melalui gaya penuturan yang renyah-menyampaikan pesan bahwa Bu Mega sukses menjaga soliditas atau dalam bahasa ideologis, yaitu persatuan keluarga (miniatur Persatuan Indoesia).

Inilah cara Bu Mega menghayati ideologi dalam keseharian hidup di tengah lingkup komunitas yang lebih kecil, yaitu keluarga, miniatur Indonesia. Pada bagian lain, buku ini menyampaikan pesan bagaimana Bu Mega mewariskan ideologi kepada anak-anaknya dengan cara mengunjungi situs sejarah. Pada 31 Mei 2013, misalnya. Dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni 2013 dua cucu Proklamator, M. Rizky Pratama dan Puti Guntur Soekarno, berziarah ke situs sejarah di Ende, tempat di mana Bung Karno mendapat ilham dalam menyusun Pancasila.

“Perjalanan ke Ende memang cukup melelahkan. Rombongan terlebih dahulu mampir di Kota Kupang NTT, bertemu dengan pejabat provinsi, lalu menginap di Hotel Timor untuk beristirahat. Baru keesokan harinya, pada Sabtu, 1 Juni, rombongan berangkat ke Ende.... Sabtu pagi (1/6) pihak keluarga Bung Karno yang memberikan sambutan adalah Tatam, putra pertama Megawati.

Tatam, yang selama ini terbilang jarang tampil di publik, memberikan sambutan atas nama keluarga sang kakek... Dalam sambutannya, Tatam yang mewakili keluarga berterima kasih atas diresmikannya Monumen Bung Karno yang terletak di Taman Rendo, di bawah pohon sukun bercabang lima. Tempat itu menjadi lokasi Bung Karno merenung dan merefleksikan serta menggali nilai-nilai luhur yang kemudian menginspirasinya dalam menyampaikan Pidato I Juni 1945 tentang Pancasila sebagai dasar dan ideologi bangsa” (halaman 43).

Tatam, dalam sambutannya, mengingatkan bahwa Pancasila merupakan nilai dasar yang disaripatikan dari kegotongroyongan yang tak cukup diartikan dalam konsep semata. “Di sinilah Bung Karno ketika dibuang Belanda melakukan perenungan. Bung Karno bukanlah pencipta dan pembuat Pancasila, apa yang dilakukan Bung Karno mengondisikan perasaan yang ada di kalangan masyarakat,” demikian kata Tatam (halaman 44).

Mengunjungi situs sejarah, tempat lahirnya Pancasila, adalah sebuah cara menanamkan ideologi. Inilah cara yang ditempuh Mega dalam mewariskan ideologi kepada generasi berikutnya. Sejatinya, banyak wartawan telah membukukan catatan mengenai perjumpaan mereka dengan Ibu Mega. Tidak hanya Rahmat Sahid. Namun, tak seperti wartawan lain yang nyaris tak berjarak secara etis dan estetis, Sahid sanggup menjaga jarak itu.

Sehingga, apa yang dia angkat- seremeh temeh apa pun isunya- tetap indah dan mengandung kebenaran yang hampir luput dari perhatian wartawan lainnya. Misalnya pada subjudul Asli Indonesia Itu Sehat dan Bergizi. Penulis pada bagian ini mengangkat soal kecintaan Mega terhadap kuliner Indonesia. Di berbagai kesempatan presiden kelima Indonesia itu selalu menyebutkan keunggulan buah dan kuliner asli Indonesia.

Dengan mencintai makanan asli Indonesia, ekonomi lokal bisa terangkat. Karena itu, dia mengajak semua pihak untuk tetap mengembangkan pasar tradisional sebagai salah satu basis ekonomi masyarakat (halaman 103). Di sinilah tersirat nasionalisme Mega.

Buku setebal 271 halaman ini layak dibaca oleh siapa pun yang ingin mengenal lebih dekat dengan sosok ideolog, Megawati. Melalui kisah-kisah ringan yang disajikan penulis, pembaca bisa mengenal sosok putri Bung Karno itu.

V. Herdiman,
Redaktur Majalah LIDER
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1829 seconds (0.1#10.140)