Bekasi Tunggu Realisasi APTB-Transjakarta
A
A
A
BEKASI - Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi menunggu realisasi penggabungan Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway (APTB) dengan Transjakarta.
Masyarakat commuter menantikan moda transportasi massal yang memadai. Menurut Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bekasi Sopandi Budiman, integrasi moda transportasi tersebut mampu menarik minat masyarakat beralih ke APTB.
Setelah Pemkot Bekasi mengetahui kelanjutan penggabungan APTB-Transjakarta, pihaknya akan membangun shelter yang di dalamnya terdapat operator penjualan tiket sehingga tidak ada lagi penumpang yang naik di luar shelter . ”Harus lebih tertib, ada peraturan waktu dan tidak ngetem ,” ujarnya kemarin.
Dia menyebutkan, peminat APTB di Bekasi cukup tinggi. Dalam sehari terdapat 6.000 orang yang menggunakan APTB tiga trayek yakni Terminal Bekasi-Tanah Abang, Terminal Bekasi-Dukuh Atas, serta Terminal Bekasi-Bundaran HI. Sedangkan satu trayek lainnya yaitu Terminal Bekasi-Pulogadung tidak berjalan karena ditolak oleh sopir angkutan umum.
Tiga trayek yang masih beroperasi tersebut dilayani 30 armada bus dari dua operator, Mayasari Bhakti dan Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD). ”Setiap operator menjalankan 15 unit bus dengan enam shelter yang kami sediakan,” kata Sopandi. Enam shelter itu terdapat di Terminal Bekasi satu titik, di Jalan Joyo Martono tiga titik, di Rawapanjang satu titik, dan di Jalan Ahmad Yani, dekat tol Bekasi Barat satu titik.
Kabid Angkutan Dishub Kota Bekasi Erwin mengungkapkan, beroperasinya APTB mulai mengurangi tingkat kepadatan lalu lintas kendaraan di jalan penghubung Bekasi dengan DKI Jakarta. Dari 430.000 perjalanan, sekitar 52% didominasi kendaraan pribadi. ”Kalau bagus, nyaman, dan tepat waktu, pasti orang akan pilih APTB,” katanya.
Namun, sejak rencana penggabungan dengan Transjakarta hingga saat ini shelter yang ada belum diperbaiki dan ditata. Untuk itu, perlu ada kejelasan agar shelter tidak terbengkalai.
Abdullah m surjaya
Masyarakat commuter menantikan moda transportasi massal yang memadai. Menurut Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bekasi Sopandi Budiman, integrasi moda transportasi tersebut mampu menarik minat masyarakat beralih ke APTB.
Setelah Pemkot Bekasi mengetahui kelanjutan penggabungan APTB-Transjakarta, pihaknya akan membangun shelter yang di dalamnya terdapat operator penjualan tiket sehingga tidak ada lagi penumpang yang naik di luar shelter . ”Harus lebih tertib, ada peraturan waktu dan tidak ngetem ,” ujarnya kemarin.
Dia menyebutkan, peminat APTB di Bekasi cukup tinggi. Dalam sehari terdapat 6.000 orang yang menggunakan APTB tiga trayek yakni Terminal Bekasi-Tanah Abang, Terminal Bekasi-Dukuh Atas, serta Terminal Bekasi-Bundaran HI. Sedangkan satu trayek lainnya yaitu Terminal Bekasi-Pulogadung tidak berjalan karena ditolak oleh sopir angkutan umum.
Tiga trayek yang masih beroperasi tersebut dilayani 30 armada bus dari dua operator, Mayasari Bhakti dan Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD). ”Setiap operator menjalankan 15 unit bus dengan enam shelter yang kami sediakan,” kata Sopandi. Enam shelter itu terdapat di Terminal Bekasi satu titik, di Jalan Joyo Martono tiga titik, di Rawapanjang satu titik, dan di Jalan Ahmad Yani, dekat tol Bekasi Barat satu titik.
Kabid Angkutan Dishub Kota Bekasi Erwin mengungkapkan, beroperasinya APTB mulai mengurangi tingkat kepadatan lalu lintas kendaraan di jalan penghubung Bekasi dengan DKI Jakarta. Dari 430.000 perjalanan, sekitar 52% didominasi kendaraan pribadi. ”Kalau bagus, nyaman, dan tepat waktu, pasti orang akan pilih APTB,” katanya.
Namun, sejak rencana penggabungan dengan Transjakarta hingga saat ini shelter yang ada belum diperbaiki dan ditata. Untuk itu, perlu ada kejelasan agar shelter tidak terbengkalai.
Abdullah m surjaya
(ftr)