Kunci Stabilitas Politik
A
A
A
Stabilitas politik merupakan aspek penting untuk pertumbuhan ekonomi yang stabil. Pertumbuhan ekonomi yang diiringi dengan pemerataan akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan menimbulkan ketenteraman di tataran akar rumput.
Seymour Martin Lipset dalam buku Political Man mengatakan bahwa kestabilan sistem politik akan meningkatkanpertumbuhanekonomi. Akan tetapi, yang terjadi pada saat ini adalah politik yang terus menimbulkan kegaduhan bahkan sejak awal pemerintahan, alhasil beberapa program pemerintah tidak dapat dicapai sesuai target, dan stabilitas ekonomi tidak terlalu baik.
Untuk itu, penulis mengajukan empat kunci sebagai upaya mencapai stabilitas politik dan ketenteraman di masyarakat, yaitu. Pertama, hadirnya kepemimpinan nasional yang kuat dan tegas. Sistem presidensialisme yang diterapkan di Indonesia memberikan otoritas yang besar kepada presiden yang dijamin oleh konstitusi. Otoritas tersebut dapat menjadi sarana bagi presiden untuk menggalang rekonsiliasi nasional.
Kedua, hadirnya media massa yang mengawasi dan berimbang. Reformasi telah membawa iklim demokrasi bagi hadirnya media massa yang bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan konstitusi. Namun, media justru menjadi aktor dari sumber kegaduhan politik tersebut. Diangkatnya berita kegaduhan politik selama berbulanbulan oleh media mainstream telah menjadi konsumsi nasional. Hal tersebut telah membentuk opini masyarakat dan menimbulkan efek kekhawatiran.
Ketiga, hadirnya masyarakat sipil yang aktif dan progresif. Dalam iklim demokrasi perannya sangat dibutuhkan, karena sebuah negara dikatakan demokratis jika pemerintah dapat diawasi oleh masyarakat. Kegaduhan politik juga menuntut peran dari masyarakat untuk aktif memberikan masukan ekstraparlemen bagi pemerintah.
Terakhir, jika kita menggunakan analisis pembagian kelas ala Max Weber (1960) maka instabilitas politik lebih banyak mempengaruhi kelas bawah dengan penghasilan dan derajat sosial yang lebih rendah, sementara kelas menengah tidak terlalu terpengaruh oleh hal tersebut. Maka di sinilah diperlukan hadirnya kelas menengah yang bertugas mengawasi negara terutama dalam negara modern.
Jika kelas menengah tidak mampu mengambil perannya sebagai pengawas negara, sudah saatnyalah mahasiswa mengambil alih peran.
Faizal Akbar
Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM, Aktivis HMI Universitas Gadjah Mada
Seymour Martin Lipset dalam buku Political Man mengatakan bahwa kestabilan sistem politik akan meningkatkanpertumbuhanekonomi. Akan tetapi, yang terjadi pada saat ini adalah politik yang terus menimbulkan kegaduhan bahkan sejak awal pemerintahan, alhasil beberapa program pemerintah tidak dapat dicapai sesuai target, dan stabilitas ekonomi tidak terlalu baik.
Untuk itu, penulis mengajukan empat kunci sebagai upaya mencapai stabilitas politik dan ketenteraman di masyarakat, yaitu. Pertama, hadirnya kepemimpinan nasional yang kuat dan tegas. Sistem presidensialisme yang diterapkan di Indonesia memberikan otoritas yang besar kepada presiden yang dijamin oleh konstitusi. Otoritas tersebut dapat menjadi sarana bagi presiden untuk menggalang rekonsiliasi nasional.
Kedua, hadirnya media massa yang mengawasi dan berimbang. Reformasi telah membawa iklim demokrasi bagi hadirnya media massa yang bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan konstitusi. Namun, media justru menjadi aktor dari sumber kegaduhan politik tersebut. Diangkatnya berita kegaduhan politik selama berbulanbulan oleh media mainstream telah menjadi konsumsi nasional. Hal tersebut telah membentuk opini masyarakat dan menimbulkan efek kekhawatiran.
Ketiga, hadirnya masyarakat sipil yang aktif dan progresif. Dalam iklim demokrasi perannya sangat dibutuhkan, karena sebuah negara dikatakan demokratis jika pemerintah dapat diawasi oleh masyarakat. Kegaduhan politik juga menuntut peran dari masyarakat untuk aktif memberikan masukan ekstraparlemen bagi pemerintah.
Terakhir, jika kita menggunakan analisis pembagian kelas ala Max Weber (1960) maka instabilitas politik lebih banyak mempengaruhi kelas bawah dengan penghasilan dan derajat sosial yang lebih rendah, sementara kelas menengah tidak terlalu terpengaruh oleh hal tersebut. Maka di sinilah diperlukan hadirnya kelas menengah yang bertugas mengawasi negara terutama dalam negara modern.
Jika kelas menengah tidak mampu mengambil perannya sebagai pengawas negara, sudah saatnyalah mahasiswa mengambil alih peran.
Faizal Akbar
Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM, Aktivis HMI Universitas Gadjah Mada
(ftr)