KPU Diminta Tanggapi Soal Dugaan Sedot Data Pemilu 2014
A
A
A
JAKARTA - Komisi Pemilihan Umum (KPU) diminta menanggapi dugaan adanya sedot data-data pemilu 2014 seperti pengakuan Politikus Nasdem Akbar Faisal kepada Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan.
"KPU salah satunya sebagai pemegang otoritas data-data hasil pemilu sudah sepatutnya memberi penjelasan," kata Ray ketika dihubungi Sindonews, Selasa (7/4/2015).
Ray mengatakan, selama perhelatan Pemilu 2014, KPU kerap mengklaim datanya tak bisa diretas atau bocor ke publik. Sehingga ketika muncul soal 'sedot' data-data pemilu tersebut, KPU diminta tak tinggal diam.
"Apakah mungkin data yang mereka miliki masih dapat dengan mudah diterobos oleh sistem IT lain," ujarnya.
Sejauh ini, kata Ray, teknologi yang dipakai KPU saat Pemilu 2014 dianggap masih aman dari aksi pembocoran atau tindakan oknum yang diduga berkepentingan dalam data-data pemilu. Kendati begitu, munculnya pengakuan Akbar bisa disikapi lembaga pimpinan Husni Kamil Manik tersebut.
Karena, menurut Ray, jika terbukti benar soal adanya dugaan 'sedot' data-data pemilu, maka hal itu masuk pada pidana pemilu. "Oleh sebab itu, ada baiknya ketiga pihak untuk berterus terang, baik kepada AF (Akbar Faisal) sebagai sumber pertama, KPU sebagai objek, dan LBP (Luhut) yang disebut-sebut sebagai orang yang memiliki teknologi tersebut," ungkapnya.
"Termasuk penjelasan apakah AF yang asli benar menulis surat itu atau itu surat palsu," tukasnya.
Ikhwal beredarnya pengakuan Akbar Faisal terkait dugaan sedot data-data KPU yang diduga dilakukan Luhut Panjaitan bermula dari 'bocornya' pesan pribadi Akbar kepada Deputi II Kantor Staf Kepresidenan, Yanuar Nugroho.
Sejumlah pesan diutarakan dalam surat tersebut seperti rekrutmen lulusan Harvard hingga soal peran relawan. Dalam pesannya juga Akbar menyebut Luhut menggunakan teknologi untuk menyedot data-data dari KPU dengan memarkirkan mobil.
Berikut kutipan lengkap Akbar soal penggunaan teknologi yang digunakan Luhut dan beredar sekira dua hari yang lalu tepatnya Minggu 5 April 2015.
"Juga proposal beliau tentang sistem IT beliau yang cukup memarkir mobil di depan KPU dan seluruh data-data bisa tersedot. Kami di Jl. Subang 3A --itu markas utama pemenangan Jokowi Mas-- terkagum-kagum membayangkan kehebatan teknologi Pak LBP sekaligus mengernyitkan dahi tentang proses kerja penyedotan data tadi. Saya yang pernah menjadi wartawan senyum-senyum saja sebab sedikit paham soal IT. Senyumanku semakin melebar saat membaca jumlah dan yang dibutuhkan untuk pengadaan teknologi sedot-menyedot tadi," tulis Akbar dalam pesan itu.
"KPU salah satunya sebagai pemegang otoritas data-data hasil pemilu sudah sepatutnya memberi penjelasan," kata Ray ketika dihubungi Sindonews, Selasa (7/4/2015).
Ray mengatakan, selama perhelatan Pemilu 2014, KPU kerap mengklaim datanya tak bisa diretas atau bocor ke publik. Sehingga ketika muncul soal 'sedot' data-data pemilu tersebut, KPU diminta tak tinggal diam.
"Apakah mungkin data yang mereka miliki masih dapat dengan mudah diterobos oleh sistem IT lain," ujarnya.
Sejauh ini, kata Ray, teknologi yang dipakai KPU saat Pemilu 2014 dianggap masih aman dari aksi pembocoran atau tindakan oknum yang diduga berkepentingan dalam data-data pemilu. Kendati begitu, munculnya pengakuan Akbar bisa disikapi lembaga pimpinan Husni Kamil Manik tersebut.
Karena, menurut Ray, jika terbukti benar soal adanya dugaan 'sedot' data-data pemilu, maka hal itu masuk pada pidana pemilu. "Oleh sebab itu, ada baiknya ketiga pihak untuk berterus terang, baik kepada AF (Akbar Faisal) sebagai sumber pertama, KPU sebagai objek, dan LBP (Luhut) yang disebut-sebut sebagai orang yang memiliki teknologi tersebut," ungkapnya.
"Termasuk penjelasan apakah AF yang asli benar menulis surat itu atau itu surat palsu," tukasnya.
Ikhwal beredarnya pengakuan Akbar Faisal terkait dugaan sedot data-data KPU yang diduga dilakukan Luhut Panjaitan bermula dari 'bocornya' pesan pribadi Akbar kepada Deputi II Kantor Staf Kepresidenan, Yanuar Nugroho.
Sejumlah pesan diutarakan dalam surat tersebut seperti rekrutmen lulusan Harvard hingga soal peran relawan. Dalam pesannya juga Akbar menyebut Luhut menggunakan teknologi untuk menyedot data-data dari KPU dengan memarkirkan mobil.
Berikut kutipan lengkap Akbar soal penggunaan teknologi yang digunakan Luhut dan beredar sekira dua hari yang lalu tepatnya Minggu 5 April 2015.
"Juga proposal beliau tentang sistem IT beliau yang cukup memarkir mobil di depan KPU dan seluruh data-data bisa tersedot. Kami di Jl. Subang 3A --itu markas utama pemenangan Jokowi Mas-- terkagum-kagum membayangkan kehebatan teknologi Pak LBP sekaligus mengernyitkan dahi tentang proses kerja penyedotan data tadi. Saya yang pernah menjadi wartawan senyum-senyum saja sebab sedikit paham soal IT. Senyumanku semakin melebar saat membaca jumlah dan yang dibutuhkan untuk pengadaan teknologi sedot-menyedot tadi," tulis Akbar dalam pesan itu.
(kri)