Indonesia Butuh Orang Jujur

Kamis, 02 April 2015 - 11:57 WIB
Indonesia Butuh Orang Jujur
Indonesia Butuh Orang Jujur
A A A
Rahmat Mustakim
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi,
Pengurus Lembaga Kajian Mahasiswa (LKM)

Jauh sebelum tubuh kenegaraan ini terbaring sakit diserang penyakit komplikasi politik yang tak kunjung sehat, pujangga besar Ronggowarsito sudah meramalkan lahirnya kutukan zaman.

”Hidup di zaman edan, gelap jiwa bingung pikiran, batin merana dan penasaran, tertindas dan kelaparan,” tulisnya (Zaman Edan , 2013). Ramalan itu bisa dibilang memang terjadi di era kapitalisme sekarang. Makin maju ke depan, godaan penyakit-penyakit politik terus menggerogoti hati para penguasa.

Jika tidak dikontrol, nafsu besar terhadap kepemilikan harta, takhta, dan wanita bisa mengalahkan kesehatan logika. Populasi orang jujur dan bersih pun menjadi langka. Uang terus dihambakan sebagai tolok ukur dari kesejahteraan secara ekonomi. Para penguasa dengan akal piciknya terus menimbun rupiah dengan berbagai cara. Anis Matta (2004) menerjemahkan orang jujur itu sebagai pahlawan.

Dalam buku Mencari Pahlawan Indonesia , pahlawan disebutnya sebagai orangorang biasa yang melakukan kerja besar, bukan orang yang tampak besar tapi hanya melakukan kerja kecil lalu ditulis dalam autobiografinya. Menurut Anis, para pahlawan itu selalu muncul di saat ataupun sengaja dilahirkan di tengah situasi yang sulit. Mereka datang untuk membawa beban yang tidak dipikul oleh manusia-manusia di zamannya.

Orang jujur di negara Bhinneka Tunggal Ika ini kerap dimusuhi atas nama suku, agama, ras dan agama (SARA) yang dianggap minoritas. Caci maki kerap dilemparkan dalam komentar di banyak media sosial. Tanpa perlu disebut namanya, para pemimpin di era kepemerintahan baru tengah mengalami masa sulit itu.

Rakyat mudah terpancing emosi hanya dengan membaca sebaran berita fitnah, padahal para pemimpin kita tengah bekerja keras untuk bertindak jujur. Bagaimana Indonesia mau maju bila rakyatnya terus mendengungkan suara pesimisme terhadap para pemimpinnya dan mudah tergoda dengan rayuan berita fitnah. Meski begitu, apa pun kebijakan pemerintah tetap harus dikawal. Pluralisme harus ditegakkan. Orang jujur harus diselamatkan!
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6456 seconds (0.1#10.140)