Mega Ajak Perempuan Terlibat Politik
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri mengajak kaum perempuan untuk berjuang bersama menuntaskan gerakan emansipasi.
Salah satunya melalui keterlibatan dalam kebijakan politik. Megawati mengatakan peringatan Hari Perempuan Sedunia ini sangatlah penting dan menjadi momentum bagi kaum perempuan untuk menelusuri kembali jejak sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Dengan akar sejarah pentingnya kolektivitas, akan disadari dan dipahami bahwa memperjuangkan emansipasi tak akan bisa jika kaum perempuan terjebak pada individualisme.
“Perjuangan gerakan kaum perempuan merupakan potret perjuangan kemanusiaan atas kemerdekaan, kesetaraan, dan kebersamaan di ranah politik, sosial, dan ekonomi. Ini pun tidak cukup. Perjuangan perempuan dengan nilai-nilai di atas hanya berarti apabila kaum perempuan menyatukan diri dengan rakyat, sebab perempuan adalah rakyat itu sendiri,” kata Megawati dalam pidato kebudayaan saat memperingati Hari Perempuan Internasional di Jakarta kemarin.
Menurut Megawati, perjuangan tokoh perempuan seperti Gayatri Radjapadmi yang meletakkan dasar kepemimpinan pemersatuan Nusantara pada zaman Majapahit, perjuangan Laksamana Malahayati yang menggetarkan bala tentara penjajah Portugis dan berdiri sebagai panglima perempuan terkuat di Aceh, serta kepeloporan RA Kartini, Dewi Sartika, dan Christina Martha Tiahahu menunjukkan bahwa negeri ini tidak pernah kering dari hadirnya seorang pemimpin pelopor.
Dalam acara itu, hadir juga beberapa menteri Kabinet Kerja seperti Menko PMK Puan Maharani, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Kesehatan Nila Anfasa Moeloek, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, dan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa.
Presiden RI kelima itu mengungkapkan, dalam konteks emansipasi, tak boleh ada eksklusivitas dengan bersikukuh bahwa emansipasi hanya untuk perempuan. Apalagi sampai membuat garis dikotomi antara laki-laki dan perempuan. Dia lantas mengutip apa yang disampaikan Bung Karno dalam bukunya Sarinah.
Di dalam buku tersebut, Bung Karno menyitir sebuah hadis Nabi Muhammad SAW yang mengatakan betapa pentingnya perempuan bagi negara. Perempuan itu tiang negeri. Manakala baik perempuan, baiklah negeri ini. Manakala buruk perempuan, buruklah negeri ini.
“Ide, semangat, dan landasan perjuangan kaum perempuan Indonesia sebagaimana digambarkan dalam Sarinah menempatkan pentingnya asas kolektivitas. Kolektivitas yang menyatukan kaum perempuan Indonesia dalam gagasan yang sama,” ujarnya.
Bahkan, lanjut Megawati, kekuatan kolektivitas itu hadir sebagai kekuatan perubahan sehingga kaum perempuan menjadi sumber kebudayaan bagi Indonesia yang lebih baik. “Semangat inilah yang saya harapkan muncul kembali sekaligus sebagai antitesis atas menguatnya orientasi individual dalam seluruh bidang kehidupan yang semakin pragmatis” jelasnya.
Megawati juga mengungkapkan bahwa tahun ini adalah tahun penentuan bagi kaum perempuan Indonesia. Tahun dimulainya pemerintahan baru. “Janji-janji politik pada masa kampanye telah disampaikan, termasuk yang terkait dengan isu-isu perempuan. Saya yakin, kita semua berharap adanya pemenuhan janji-janji politik itu,” ucapnya.
Secara terpisah, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) Yohana Yembise mengharapkan perempuan Indonesia harus bangkit dan ikut pembangunan Indonesia. Baik dalam segi ekonomi semisal ikut dalam membangun usaha kecil dan menengah UKM, juga bidang sosial seperti membantu anak-anak yang masih rentan mengalami kesulitan. “Intinya perempuan Indonesia harusbisalintassektor,” katanya.
Rahmat sahid
Salah satunya melalui keterlibatan dalam kebijakan politik. Megawati mengatakan peringatan Hari Perempuan Sedunia ini sangatlah penting dan menjadi momentum bagi kaum perempuan untuk menelusuri kembali jejak sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Dengan akar sejarah pentingnya kolektivitas, akan disadari dan dipahami bahwa memperjuangkan emansipasi tak akan bisa jika kaum perempuan terjebak pada individualisme.
“Perjuangan gerakan kaum perempuan merupakan potret perjuangan kemanusiaan atas kemerdekaan, kesetaraan, dan kebersamaan di ranah politik, sosial, dan ekonomi. Ini pun tidak cukup. Perjuangan perempuan dengan nilai-nilai di atas hanya berarti apabila kaum perempuan menyatukan diri dengan rakyat, sebab perempuan adalah rakyat itu sendiri,” kata Megawati dalam pidato kebudayaan saat memperingati Hari Perempuan Internasional di Jakarta kemarin.
Menurut Megawati, perjuangan tokoh perempuan seperti Gayatri Radjapadmi yang meletakkan dasar kepemimpinan pemersatuan Nusantara pada zaman Majapahit, perjuangan Laksamana Malahayati yang menggetarkan bala tentara penjajah Portugis dan berdiri sebagai panglima perempuan terkuat di Aceh, serta kepeloporan RA Kartini, Dewi Sartika, dan Christina Martha Tiahahu menunjukkan bahwa negeri ini tidak pernah kering dari hadirnya seorang pemimpin pelopor.
Dalam acara itu, hadir juga beberapa menteri Kabinet Kerja seperti Menko PMK Puan Maharani, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Kesehatan Nila Anfasa Moeloek, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, dan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa.
Presiden RI kelima itu mengungkapkan, dalam konteks emansipasi, tak boleh ada eksklusivitas dengan bersikukuh bahwa emansipasi hanya untuk perempuan. Apalagi sampai membuat garis dikotomi antara laki-laki dan perempuan. Dia lantas mengutip apa yang disampaikan Bung Karno dalam bukunya Sarinah.
Di dalam buku tersebut, Bung Karno menyitir sebuah hadis Nabi Muhammad SAW yang mengatakan betapa pentingnya perempuan bagi negara. Perempuan itu tiang negeri. Manakala baik perempuan, baiklah negeri ini. Manakala buruk perempuan, buruklah negeri ini.
“Ide, semangat, dan landasan perjuangan kaum perempuan Indonesia sebagaimana digambarkan dalam Sarinah menempatkan pentingnya asas kolektivitas. Kolektivitas yang menyatukan kaum perempuan Indonesia dalam gagasan yang sama,” ujarnya.
Bahkan, lanjut Megawati, kekuatan kolektivitas itu hadir sebagai kekuatan perubahan sehingga kaum perempuan menjadi sumber kebudayaan bagi Indonesia yang lebih baik. “Semangat inilah yang saya harapkan muncul kembali sekaligus sebagai antitesis atas menguatnya orientasi individual dalam seluruh bidang kehidupan yang semakin pragmatis” jelasnya.
Megawati juga mengungkapkan bahwa tahun ini adalah tahun penentuan bagi kaum perempuan Indonesia. Tahun dimulainya pemerintahan baru. “Janji-janji politik pada masa kampanye telah disampaikan, termasuk yang terkait dengan isu-isu perempuan. Saya yakin, kita semua berharap adanya pemenuhan janji-janji politik itu,” ucapnya.
Secara terpisah, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) Yohana Yembise mengharapkan perempuan Indonesia harus bangkit dan ikut pembangunan Indonesia. Baik dalam segi ekonomi semisal ikut dalam membangun usaha kecil dan menengah UKM, juga bidang sosial seperti membantu anak-anak yang masih rentan mengalami kesulitan. “Intinya perempuan Indonesia harusbisalintassektor,” katanya.
Rahmat sahid
(ftr)