Manusia Pertama Ditemukan di Etiopia

Minggu, 08 Maret 2015 - 10:34 WIB
Manusia Pertama Ditemukan di Etiopia
Manusia Pertama Ditemukan di Etiopia
A A A
Para peneliti telah menemukan tulang rahang yang diklaim sebagai salah satu tulang manusia paling pertama.

Sampel berusia 2,8 juta tahun itu 400.000 tahun lebih tua dibandingkan semua fosil yang pernah ditemukan para peneliti sebelumnya. Penemuan di Etiopia itu menunjukkan perubahan iklim mengakibatkan transisi dari penghuni pohon menjadi pejalan tegak.

”Temuan ini memberi pengetahuan pertama dalam transisi paling penting dalam evolusi manusia,” kata kepala tim riset Prof Brian Villmoare menjelaskan pada BBC News . Menurut Villmoare dari University of Nevada di Las Vegas, penemuan ini menciptakan kaitan jelas antara penemuan fosil primata mirip manusia (hominin) yang berusia 3,2 juta tahun di lokasi yang sama pada 1974 yang disebut Lucy.

Apakah Lucy yang berasal dari spesies Australopithecus afarensis itu telah berevolusi menjadi manusia paling primitif pertama? ”Itulah yang kami perdebatkan,” tutur Prof Villmoare. Fosil itu di atas periode antara saat Lucy serta kerabatnya masih hidup dan kemunculan Homo erectus yang memiliki otak lebih besar dan proporsi tubuhnya seperti manusia, dua juta tahun silam. Tulang rahang bawah berusia 2,8 juta tahun itu ditemukan di daerah riset Ledi-Geraru, Afar Regional State, oleh pelajar Ethiopia Chalachew Seyoum.

Dia mengaku terkejut saat dia melihat fosil tersebut. ”Saat saya menemukannya, saya sadar bahwa ini penting, karena ini mewakili periode waktu oleh sejumlah fosil manusia di Afrika Timur,” ujarnya. Fosil itu merupakan rahang bawah bagian kiri, dengan lima gigi. ”Gigi geraham belakang lebih kecil dibandingkan hominin lain yang tinggal di daerah itu dan salah satu fitur yang membedakan manusia dari nenek moyang yang lebih primitif,” ungkap Profesor William Kimbel, direktur Institute of Human Origins di Arizona State University.

”Sebelumnya, fosil tertua dimasukkan dalam genus Homo dengan tulang rahang bagian atas dari Hadar, Etiopia, yang berasal dari era 2,35 juta tahun silam,” katanya. ”Jadi penemuan baru ini mendorong manusia kembali 400.000 tahun atau lebih, sangat dekat pada nenek moyang pramanusia. Ini percampuran bentuk primitif dan maju yang menjadikan tulang rahang Ledi ini bentuk transisi bagus antara Lucy dan manusia selanjutnya.

” Rekonstruksi komputer tengkorak pada spesies Homo habilis yang dipublikasikan di jurnal Nature , mengindikasikan ini mungkin merupakan keturunan evolusi spesies yang diumumkan saat ini. Riset ini melibatkan Prof Fred Spoor dari University College London. Menurut Spoor, temuan baru ini membuka tabir periode kunci dalam evolusi spesies kita. ”Dengan menemukan fosil baru dan menganalisis lagi fosil tertua, kita telah mengontribusikan pengetahuan kita pada periode evolusi kita sendiri, membentang hingga satu juta tahun yang selama ini terselubungi misteri,” tuturnya.

Perubahan Iklim

Umur fosil tulang rahang itu mungkin membantu menjawab salah satu pertanyaan kunci dalam evolusi manusia. Apa yang menyebabkan sejumlah nenek moyang primitif turun dari pohon dan membuat rumah mereka di tanah.

Studi terpisah di Science menyebutkan bahwa perubahan iklim mungkin menjadi salah satu faktor transisi tersebut. Analisis dari fosil tanaman dan binatang yang hidup di wilayah itu menunjukkan bahwa wilayah yang dulunya hutan lebat menjadi padang rumput kering. Saat pohon-pohon berkurang menjadi padang rumput, primata seperti manusia kuno menemukan cara memanfaatkan lingkungan baru, mengembangkan otak yang lebih besar, dan menjadi tidak terlalu tergantung pada memiliki rahang dan gigi yang besar dengan menggunakan berbagai peralatan.

Prof Chris Stringer dari Natural History Museum di London menyebut penemuan ini merupakan cerita besar. Dia menjelaskan, spesies baru ini secara jelas menunjukkan tahap paling awal menuju karakteristik manusia, tapi dia menekankan bahwa bagian dari tulang rahang itu tidak cukup untuk menjelaskan bagaimana bentuk dan perilaku manusia karena tidak cukup bukti untuk menunjukkan bahwa spesies ini merupakan bagian dari nenek moyang kita.

Dia menjelaskan, munculnya karakteristik seperti manusia bukan sesuatu yang aneh di Etiopia. ”Bentuk seperti manusia ditunjukkan oleh Australopithecus sediba di Afrika Selatan sekitar 1,95 juta tahun silam yang tampaknya telah mengembangkan proses terpisah yang menghasilkan manusia di Afrika Timur, menunjukkan asal yang mirip itu kemungkinan yang berbeda,” tutur Prof Stringer.

Ini akan menunjukkan beberapa spesies berbeda manusia yang ada di Afrika sekitar dua juta tahun silam yang hanya satu dari mereka selamat dan berevolusi menjadi spesies kita, Homo sapiens . Ini jika alam bereksperimen dengan berbagai versi berbeda pada konfigurasi evolusi yang sama hingga ada satu yang sukses.

”Studi baru ini memberi kita gambaran yang lebih kompleks tentang manusia awal dibandingkan yang kita pikirkan, dan mereka menantang kita untuk mempertimbangkan berbagai definisi tentang apa yang menjadi manusia. Apakah kita didefinisikan oleh gigi dan rahang kecil kita, otak besar kita, kaki panjang kita, pembuatan peralatan, atau beberapa kombinasi dari itu semua?” ungkap Prof Stringer.

Syarifudin
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5811 seconds (0.1#10.140)