Perangi ISIS, Prancis Kerahkan Kapal Induk

Selasa, 24 Februari 2015 - 10:51 WIB
Perangi ISIS, Prancis...
Perangi ISIS, Prancis Kerahkan Kapal Induk
A A A
PARIS - Pemerintah Prancis mulai mengerahkan kapal induk Charles de Gaulle ke daerah Teluk sebagai bagian dari serangan militer yang dipimpin Amerika Serikat (AS) terhadap kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Staf Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian mengungkapkan, kapal Charles de Gaulle mulai beroperasi sejak kemarin. Selain itu, jet tempur Rafale juga mencoba lepas landas dari atas kapal. Kapal induk tersebut berlayar sejauh 200 kilometer (km) sebelah utara Bahrain menuju Irak.

Hadirnya Charles de Gaulle membuat jarak tempuh pesawat tempur tujuan Irak menjadi lebih singkat dibanding jika berangkat dari pangkalan sebelumnya yakni di Uni Emirat Arab (UEA). Charles de Gaulle tidak hanya menjadi tempat landasan berbagai pesawat tempur, namun juga memuat bahan bakar dan menampung kapal selam penyerang, kapal antikapal dan kapal-kapal selam Inggris.

Charles de Gaulle dapat menampung 23-25 jet tempur dengan 2.700 pelaut yang terlibat dalam misi ini. Total awak kapal induk ini mencapai 2.000 termasuk operator kapal. “Masuknya Charles de Gaulle dalam operasi di Irak sudah dimulai sejak pagi (kemarin),” kata Drian dilansir AFP.

Kapal ini mulai meninggalkan markasnya di Toulon, Prancis sejak 13 Januari dan menjalani misi latihan selama lima bulan. Latihan perang tersebut dilakukan beberapa minggu di Teluk berkerja sama dengan USS Carl Vinson sebagai bagian dari koalisi.

Setelah menjalani percobaan, Charles de Gaulle akan melakukan perjalanan ke India untuk melakukan latihan sampai pertengahan April dengan membawa 12 jet Rafale dan sembilan Dassault-Breguet super Etendard. Latihan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan angakatan udara Prancis.

Sejak September 2014, Prancis mulai melancarkan Operasi Chammal, operasi yang dibuat untuk mendukung koalisi anti-ISIS yang beranggotakan 32 negara dengan AS sebagai pimpinan. Prancis memiliki sembilan jet tempur Rafale dan enam pesawat perang Mirage yang beroperasi di Irak.

Sebagian besar bertolak dari pangkalan- pangkalan di Yordania dan UAE. Sejauh ini Prancis bersama dengan anggota koalisi terutama dari negara Arab telah melakukan lebih dari 2.000 serangan sejak Agustus 2014. Seluruh anggota bekerja sama untuk melawan ISIS serta mendukung perjuangan para pemberontak dari pasukan Kurdi untuk merebut kembali Suriah serta beberapa pangkalan minyak di Irak yang sudah banyak dikuasai ISIS.

Selain mengerahkan pasukan tempur darat dan udara, seluruh koalisi juga sepakat mengirim orang untuk melatih pasukan Irak. AS dan 32 anggota lainnya menginginkan pasukan darat yang kuat dan mengerti medan pertempuran. Karena itu, jalan terbaik yang bisa dilakukan adalah melatih dan meningkatkan kemampuan tentara lokal.

Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang memonitor perang di Suriah dan Irak, koalisi pimpinan AS sejauh ini berhasil menewaskan 1.465 militan ISIS dan 73 pejuang Al-Qaeda. Sementara, korban tewas dari kalangan sipil mencapai 62 orang. Lembaga monitor yang berbasis di Inggris ini mengatakan, serangan yang dilakukan koalisi sejak 23 September silam tersebut, sebagian besar korbannya bukan warga Suriah.

Para pejabat militer AS menginginkan pasukan Irak untuk melancarkan serangan kepada ISIS dan merebut kembali Kota Mosul utara yang sudah dikuasai ISIS sejak April tahun lalu.

Rini agustina
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1294 seconds (0.1#10.140)