Hendrar Akan Terapkan Satu Hari Berbahasa Inggris
A
A
A
SEMARANG - Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menginginkan seluruh pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang bisa menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi.
Minimal penggunaan bahasa asing itu bisa diterapkan satu hari dalam sepekan. “Mungkin kami bisa buat dalam satu minggu ada satu hari harus bicara bahasa Inggris seperti Kamis harus bahasa Jawa (edaran gubernur Jateng). Mungkin bisa Selasa atau Rabu,” kata Hendrar seusai penandatanganan MoU pelatihan kebahasaan dan pendidikan profesional antara Pemkot Semarang dan Yayasan LIA di Balai Kota, Semarang, Jawa Tengah, kemarin.
Menurut wali kota yang biasa disapa Hendi ini, banyak sekali para tamu calon investor yang datang ke Semarang untuk mengembangkan bisnisnya. Apalagi, menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)) akhir 2015 ini, orang-orang asing dari negara-negara ASEAN dipastikan akan banyak masuk ke Kota Semarang untuk berbisnis secara bebas.
Karena itu, Hendi memandang aparatur pemerintah harus menguasai bahasa Inggris. “Saya pikir ini (kerja sama dengan LIA) adalah embrio. Setelah itu, mungkin ada beberapa program yang diselaraskan di internal pemkot,” kata Hendi.
Disisi lain, Ketua Pengurus Yayasan LIA Majyen (Purn) Hendardji Soepandji mengatakan, pihaknya ingin membantu pemkot meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, terutama dalam pengenalan dan penguasaan bahasa Inggris.
Apalagi, menghadapi MEA, bahasa menjadi kata kunci daya saing wilayah, khususnya peningkatan kualitas sumber daya manusia. “Kami ingin membantu agar MEA yang akan dimulai akhir tahun ini bisa menjadi peluang bagi masyarakat Kota Semarang ,” katanya.
Memasuki era MEA yang semua negara bisa masuk, Hendardji berharap masyarakat Kota Semarang bukan hanya jadi penonton, melainkan bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan satu-satunya cara adalah meningkatkan kemampuan berbahasa sehingga bisa menangkap setiap peluang.
M abduh
Minimal penggunaan bahasa asing itu bisa diterapkan satu hari dalam sepekan. “Mungkin kami bisa buat dalam satu minggu ada satu hari harus bicara bahasa Inggris seperti Kamis harus bahasa Jawa (edaran gubernur Jateng). Mungkin bisa Selasa atau Rabu,” kata Hendrar seusai penandatanganan MoU pelatihan kebahasaan dan pendidikan profesional antara Pemkot Semarang dan Yayasan LIA di Balai Kota, Semarang, Jawa Tengah, kemarin.
Menurut wali kota yang biasa disapa Hendi ini, banyak sekali para tamu calon investor yang datang ke Semarang untuk mengembangkan bisnisnya. Apalagi, menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)) akhir 2015 ini, orang-orang asing dari negara-negara ASEAN dipastikan akan banyak masuk ke Kota Semarang untuk berbisnis secara bebas.
Karena itu, Hendi memandang aparatur pemerintah harus menguasai bahasa Inggris. “Saya pikir ini (kerja sama dengan LIA) adalah embrio. Setelah itu, mungkin ada beberapa program yang diselaraskan di internal pemkot,” kata Hendi.
Disisi lain, Ketua Pengurus Yayasan LIA Majyen (Purn) Hendardji Soepandji mengatakan, pihaknya ingin membantu pemkot meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, terutama dalam pengenalan dan penguasaan bahasa Inggris.
Apalagi, menghadapi MEA, bahasa menjadi kata kunci daya saing wilayah, khususnya peningkatan kualitas sumber daya manusia. “Kami ingin membantu agar MEA yang akan dimulai akhir tahun ini bisa menjadi peluang bagi masyarakat Kota Semarang ,” katanya.
Memasuki era MEA yang semua negara bisa masuk, Hendardji berharap masyarakat Kota Semarang bukan hanya jadi penonton, melainkan bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan satu-satunya cara adalah meningkatkan kemampuan berbahasa sehingga bisa menangkap setiap peluang.
M abduh
(ftr)