TNI Jadikan Poso Lokasi Pelatihan
A
A
A
JAKARTA - Panglima TNI Jenderal Moeldoko berencana menjadikan wilayah Poso sebagai area pelatihan bagi para prajurit. Langkah tersebut untuk mencegah daerah di Provinsi Sulawesi Tengah tersebut dijadikan lokasi persembunyian teroris.
Menurut Panglima, saat ini aparat kepolisian tengah melakukan operasi penangkapan terhadap kelompok teroris Poso. Untuk membantu operasi tersebut, TNI sudah mengerahkan prajuritnya untuk membantu operasi intelijen dan penindakan. Bila operasi tersebut selesai, selanjutnya lokasi itu akan dijadikan lokasi pelatihan bagi personel TNI.
”Di Poso ada sedikit hal-hal yang perlu diselesaikan oleh rekan kepolisian. Kebetulan kita akan melaksanakan pelatihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC), untuk itu Poso kita gunakan sebagai daerah pelatihan bersama,” katanya di Mabes TNI, Jakarta Timur, kemarin. Mantan Pangdam III Siliwangi itu menjelaskan, dari pelatihan itu akan diketahui apakah lokasi tersebut cukup layak untuk dijadikan tempat berlatih berikutnya.
”Kalau dianggap sebagai sasaran basah (oleh teroris), maka lanjut dengan kegiatan pelatihan selanjutnya. Alasannya kenapa di daerah tersebut, sebab Poso selama ini dikembangkan oleh aliran keras yang merasa Poso nyaman,” ujarnya. Saat disinggung apakah aliran keras tersebut terkait dengan gerakan radikal berdasarkan keagamaan seperti ISIS, Panglima tidak membantahnya.
”Iya, bisa menuju ke sana,” katanya. Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya menambahkan, dalam operasi gabungan yang dilakukan bersama kepolisian, TNI hanya membantu memberikan data- data intelijen. Termasuk data dari Badan Intelijen Strategis (BAIS). ”Intelijen kita selama ini sudah bergerak, ditambah BAIS. Sekarang polisi sedang lakukan operasi di sana untuk menyelesaikan masalah,” katanya.
Mengenai pembentukan pasukan elite gabungan, Fuad mengaku TNI memang sudah menyiapkannya sehingga kalau pemerintah menghendaki sewaktu- waktu mereka tinggal masuk. ”Kalau tidak selesai mungkin pemerintah akan mengambil langkah-langkah berikutnya melibatkan TNI dan sudah disiapkan semuanya, kita menunggu payung hukumnya saja. Perintah turun, ya kita langsung jalan,” ujarnya.
Menurut Fuad, sejauh ini kondisi Poso masih biasa dan bagi TNI intensitasnya tidak terlalu besar. Apabila intensitasnya sudah meningkat dan membahayakan kedaulatan negara, TNI akan turun untuk mengatasinya. ”Tugas aparat teritorial melakukan pengamanan dan pengembangan. TNI sudah mendata daerah-daerah rawan. Ada banyak sekali, tinggal intensitasnya seperti apa,” katanya.
Sucipto
Menurut Panglima, saat ini aparat kepolisian tengah melakukan operasi penangkapan terhadap kelompok teroris Poso. Untuk membantu operasi tersebut, TNI sudah mengerahkan prajuritnya untuk membantu operasi intelijen dan penindakan. Bila operasi tersebut selesai, selanjutnya lokasi itu akan dijadikan lokasi pelatihan bagi personel TNI.
”Di Poso ada sedikit hal-hal yang perlu diselesaikan oleh rekan kepolisian. Kebetulan kita akan melaksanakan pelatihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC), untuk itu Poso kita gunakan sebagai daerah pelatihan bersama,” katanya di Mabes TNI, Jakarta Timur, kemarin. Mantan Pangdam III Siliwangi itu menjelaskan, dari pelatihan itu akan diketahui apakah lokasi tersebut cukup layak untuk dijadikan tempat berlatih berikutnya.
”Kalau dianggap sebagai sasaran basah (oleh teroris), maka lanjut dengan kegiatan pelatihan selanjutnya. Alasannya kenapa di daerah tersebut, sebab Poso selama ini dikembangkan oleh aliran keras yang merasa Poso nyaman,” ujarnya. Saat disinggung apakah aliran keras tersebut terkait dengan gerakan radikal berdasarkan keagamaan seperti ISIS, Panglima tidak membantahnya.
”Iya, bisa menuju ke sana,” katanya. Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya menambahkan, dalam operasi gabungan yang dilakukan bersama kepolisian, TNI hanya membantu memberikan data- data intelijen. Termasuk data dari Badan Intelijen Strategis (BAIS). ”Intelijen kita selama ini sudah bergerak, ditambah BAIS. Sekarang polisi sedang lakukan operasi di sana untuk menyelesaikan masalah,” katanya.
Mengenai pembentukan pasukan elite gabungan, Fuad mengaku TNI memang sudah menyiapkannya sehingga kalau pemerintah menghendaki sewaktu- waktu mereka tinggal masuk. ”Kalau tidak selesai mungkin pemerintah akan mengambil langkah-langkah berikutnya melibatkan TNI dan sudah disiapkan semuanya, kita menunggu payung hukumnya saja. Perintah turun, ya kita langsung jalan,” ujarnya.
Menurut Fuad, sejauh ini kondisi Poso masih biasa dan bagi TNI intensitasnya tidak terlalu besar. Apabila intensitasnya sudah meningkat dan membahayakan kedaulatan negara, TNI akan turun untuk mengatasinya. ”Tugas aparat teritorial melakukan pengamanan dan pengembangan. TNI sudah mendata daerah-daerah rawan. Ada banyak sekali, tinggal intensitasnya seperti apa,” katanya.
Sucipto
(bbg)