Atasi Banjir, DKI Jakarta Kembali Berwacana
A
A
A
JAKARTA - Banjir belum sepenuhnya surut dari Jakarta. Memasuki hari kelima sejak hujan deras mengguyur Senin (9/2) dini hari lalu, sejumlah wilayah di Ibu Kota masih tergenang kemarin.
Sekitar 815 warga terpaksa tinggal di pengungsian. Pemprov DKI Jakarta mengakui kesulitan mengatasi persoalan ini. “Tidakmungkindalamwaktu dekat Jakarta 100% betul-betul bebas dari banjir,” kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat di Balai Kota Jakarta kemarin.
Meskipun sulit, dia menegaskan bahwa Pemprov DKI terus berupaya keras untuk menuntaskan problem ini. Salah satunya dengan mewacanakan pembangunan terowongan bawah tanah (deep tunnel). Kepala Dinas Tata Air DKi Jakarta Agus Priyono memperkirakan persoalan banjir Jakarta baru benar-benar terselesaikan pada 2035. Menurutnya, membebaskan Jakarta dari banjir tidak mudah dan cepat.
“Dibutuhkan strategi tepat dan waktu yang panjang,” katanya. Banjir merendam sebagian besarwilayahJakartasejakSenin lalu. Kendati curah hujan dalam beberapa hari terakhir menurun, beberapa titik belum sepenuhnya bebas dari genangan air. Dari pantauan KORAN SINDO kemarin, wilayah yang masih terendam itu tersebar di Jakarta Barat, Utara, dan Timur. Di Jakarta Barat, banjir merendam Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng; Kelurahan Grogol, Kecamatan Grogol Petamburan dan Kelurahan Tegal Alur, Kecamatan Kali Deres. Ketinggian air saat ini antara 10-50 cm.
Jumlah warga yang terdampak banjir mencapai 384 kepala keluarga (KK) atau 1.479 jiwa. “Dari jumlah tersebut yang masih mengungsi sebanyak 250 jiwa. Adapun lokasi pengungsian berada diRS IbnuSinadanKantor Kelurahan Tegal Alur,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Tri Indrawan.
Tri menuturkan, berdasarkan data terakhir, dari 6.569 warga yang terkena dampak banjir, saat ini tak kurang dari 815 warga yang masih tinggal di pengungsian. Mereka yang terdampak banjir berada di 19 RW, 10 kelurahan, dan 8 kecamatan. “Sedangkan banjir di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan sudah surut,” ujarnya. Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebelumnya mengumbar tudingan ke sejumlah pihak atas banjir yang melumpuhkan Jakarta.
Dia menuduh banjir dipicu PLN yang lalai mematikan aliran listrikdiPluit. Akibatnya, pompapompa penyedot air tak berfungsi. Pengamat lingkungan JJ Rizal menilai Ahok sebenarnya sangat paham bahwa mengatasi banjir di Jakarta tidak bisa hanya mengandalkan pompa.
Terpenting adalah melakukan pengerukan, normalisasi kali, memperbaiki dan merawat drainase, serta mengevaluasi persyaratan gedung dalam pembuatan ruang terbuka hijau (RTH) dan sumur-sumur resapan.
Wacana Deep Tunnel
Berbeda dengan Ahok yang berulang kali menyatakan akan mengamankan tiga aliran sungai (barat, tengah, dan timur) demi membebaskan Jakarta dari banjir, Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat kembali menghidupkan wacana proyek deep tunnel. Menurut Djarot, terowongan bawah tanah akan menjadi terobosan baru Jakarta.
Terowongan semacam ini sudah dibangun di banyak negara. Tidak saja membantu mengalirkan debit air yang berlipat saat musim hujan, deep tunnel juga dapat digunakan untuk transportasi, pengolahan air limbah, dan penyediaan air bawah tanah. “Multifungsi. Untuk mengatasi banjir, deep tunnel akan membantu aliran Kanal Banjir Barat (KBB) dan Kanal Banjir Timur (KBT) yang saat ini belum berfungsi maksimal lantaran sodetan Kali Ciliwung ke KBT baru 20-30%,” kata dia.
Djarot menerangkan, studi kajian pembangunan proyek itu sudah ada. Bahkan ada beberapa perusahaan swasta yang menyampaikan ketertarikannya untuk membangun deep tunnel itu. “Sekarang sedang dikaji rencana teknik dan bisnisnya yang ditargetkan rampung April mendatang,” kata mantan Wali Kota Blitar itu.
Pakar manajemen inovasi dari Universitas Indonesia (UI) Mohammed Ali Berawi mengatakan, persoalan banjir di Jakarta bisa diselesaikan dengan konsep public railways and stormwater infrastructure (PRASTI) tunnel. Konsep ini sekaligus bisa mengatasi kemacetan lalu lintas.
“Saat ini upaya Pemprov DKI sudah baik dengan melakukan normalisasi sungai, sodetan, dan perbaikan drainase, tapi dengan PRASTI tunnel air yang dikendalikan bisa lebih banyak lagi,” katanya.
Sementara itu, pemerintah pusat menganggarkan Rp 1,2 triliun untuk menangani banjir di Jakarta tahun ini. Alokasi ini termasuk yang terbesar dibandingkan anggaran untuk penanganan banjir di daerah lain di 2015.
Bima setiyadi/R ratna purnama/ichsan amin
Sekitar 815 warga terpaksa tinggal di pengungsian. Pemprov DKI Jakarta mengakui kesulitan mengatasi persoalan ini. “Tidakmungkindalamwaktu dekat Jakarta 100% betul-betul bebas dari banjir,” kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat di Balai Kota Jakarta kemarin.
Meskipun sulit, dia menegaskan bahwa Pemprov DKI terus berupaya keras untuk menuntaskan problem ini. Salah satunya dengan mewacanakan pembangunan terowongan bawah tanah (deep tunnel). Kepala Dinas Tata Air DKi Jakarta Agus Priyono memperkirakan persoalan banjir Jakarta baru benar-benar terselesaikan pada 2035. Menurutnya, membebaskan Jakarta dari banjir tidak mudah dan cepat.
“Dibutuhkan strategi tepat dan waktu yang panjang,” katanya. Banjir merendam sebagian besarwilayahJakartasejakSenin lalu. Kendati curah hujan dalam beberapa hari terakhir menurun, beberapa titik belum sepenuhnya bebas dari genangan air. Dari pantauan KORAN SINDO kemarin, wilayah yang masih terendam itu tersebar di Jakarta Barat, Utara, dan Timur. Di Jakarta Barat, banjir merendam Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng; Kelurahan Grogol, Kecamatan Grogol Petamburan dan Kelurahan Tegal Alur, Kecamatan Kali Deres. Ketinggian air saat ini antara 10-50 cm.
Jumlah warga yang terdampak banjir mencapai 384 kepala keluarga (KK) atau 1.479 jiwa. “Dari jumlah tersebut yang masih mengungsi sebanyak 250 jiwa. Adapun lokasi pengungsian berada diRS IbnuSinadanKantor Kelurahan Tegal Alur,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Tri Indrawan.
Tri menuturkan, berdasarkan data terakhir, dari 6.569 warga yang terkena dampak banjir, saat ini tak kurang dari 815 warga yang masih tinggal di pengungsian. Mereka yang terdampak banjir berada di 19 RW, 10 kelurahan, dan 8 kecamatan. “Sedangkan banjir di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan sudah surut,” ujarnya. Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebelumnya mengumbar tudingan ke sejumlah pihak atas banjir yang melumpuhkan Jakarta.
Dia menuduh banjir dipicu PLN yang lalai mematikan aliran listrikdiPluit. Akibatnya, pompapompa penyedot air tak berfungsi. Pengamat lingkungan JJ Rizal menilai Ahok sebenarnya sangat paham bahwa mengatasi banjir di Jakarta tidak bisa hanya mengandalkan pompa.
Terpenting adalah melakukan pengerukan, normalisasi kali, memperbaiki dan merawat drainase, serta mengevaluasi persyaratan gedung dalam pembuatan ruang terbuka hijau (RTH) dan sumur-sumur resapan.
Wacana Deep Tunnel
Berbeda dengan Ahok yang berulang kali menyatakan akan mengamankan tiga aliran sungai (barat, tengah, dan timur) demi membebaskan Jakarta dari banjir, Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat kembali menghidupkan wacana proyek deep tunnel. Menurut Djarot, terowongan bawah tanah akan menjadi terobosan baru Jakarta.
Terowongan semacam ini sudah dibangun di banyak negara. Tidak saja membantu mengalirkan debit air yang berlipat saat musim hujan, deep tunnel juga dapat digunakan untuk transportasi, pengolahan air limbah, dan penyediaan air bawah tanah. “Multifungsi. Untuk mengatasi banjir, deep tunnel akan membantu aliran Kanal Banjir Barat (KBB) dan Kanal Banjir Timur (KBT) yang saat ini belum berfungsi maksimal lantaran sodetan Kali Ciliwung ke KBT baru 20-30%,” kata dia.
Djarot menerangkan, studi kajian pembangunan proyek itu sudah ada. Bahkan ada beberapa perusahaan swasta yang menyampaikan ketertarikannya untuk membangun deep tunnel itu. “Sekarang sedang dikaji rencana teknik dan bisnisnya yang ditargetkan rampung April mendatang,” kata mantan Wali Kota Blitar itu.
Pakar manajemen inovasi dari Universitas Indonesia (UI) Mohammed Ali Berawi mengatakan, persoalan banjir di Jakarta bisa diselesaikan dengan konsep public railways and stormwater infrastructure (PRASTI) tunnel. Konsep ini sekaligus bisa mengatasi kemacetan lalu lintas.
“Saat ini upaya Pemprov DKI sudah baik dengan melakukan normalisasi sungai, sodetan, dan perbaikan drainase, tapi dengan PRASTI tunnel air yang dikendalikan bisa lebih banyak lagi,” katanya.
Sementara itu, pemerintah pusat menganggarkan Rp 1,2 triliun untuk menangani banjir di Jakarta tahun ini. Alokasi ini termasuk yang terbesar dibandingkan anggaran untuk penanganan banjir di daerah lain di 2015.
Bima setiyadi/R ratna purnama/ichsan amin
(ars)