Pendidikan Jadi Kunci Peradaban Umat

Rabu, 11 Februari 2015 - 12:38 WIB
Pendidikan Jadi Kunci...
Pendidikan Jadi Kunci Peradaban Umat
A A A
YOGYAKARTA - Indonesia merupakan bangsa yang besar, baik dari jumlah penduduk maupun wilayahnya. Hanya saja Indonesia hanya menjadi pasar dunia.

Salah satu akar persoalannya adalah sistem pendidikan yang belum mencerdaskan. Padahal pendidikan menjadi kunci peradaban umat. Mantan Rektor UIN Syarief Hidayatullah Komaruddin Hidayat mengatakan, seharusnya sebagai anak bangsa, kita malu dengan kondisi Indonesia yang hanya menjadi pasar dunia.

“Pendidikan itu intinya mencerdaskan, menyejahterakan rakyat dan memberdayakan. Masa Indonesia yang besar penduduk dan wilayahnya hanya jadi market. Masak Indonesia dijajah oleh produk dari negaranegara kecil,” katanya seusai menjadi pembicara pada Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VIdengantema“Penguatan Peran Sosial Umat Islam” kemarin di Yogyakarta.

Menurut dia, ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi pilar penentu peradaban umat, termasuk bagi muslim di Indonesia. Jika umat Islam tidak mampu bersaing, mereka akan tertinggal jauh dari bangsa lain. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dengan harapan bisa mengembangkan peradaban umat. “Teknologi harus baik jika tidak ingin tertinggal dari bangsa lain. Ilmu pengetahuan itu sangat penting, kita hidup dalam panggung persaingan,” paparnya.

Peraih doktor bidang filsafat barat di Middle East Techical University, Ankara, Turki ini menyebutkan, panggung persaingan itu tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi semua lapisan di masyarakat, termasuk umat Islam. Jika umat Islam tak mampu bersaing dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, mereka bakal jauh tertinggal ke belakang. “Santri harus belajar, tidak hanya ilmu agama, tapi juga pengetahuan dan teknologi,” sebutnya.

Pada kesempatan itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, seorang pemimpin harus punya keberanian dalam menata sosial dan budaya menjadi lebih baik. Keberanian itu misalnya dengan menutup penyakitsosialsepertiprostitusi. “Saya tutup 14 lokalisasi, tidak ada gejolak. Di Surabaya menutup 1 saja pada ramai-ramai,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam Kongres Umat Islam Indonesia VI di Inna Garuda Yogyakarta, kemarin.

Menurut dia, tidak sulit dalam menutup lokalisasi selama ada strategi yang tepat. Salah satunya dengan kesadaran serta peran masyarakat dalam memerangi prostitusi. “Sehebat apa pun misi yang besar, tapi kalau strategi yang dipakai tidak tepat akan mandek, tidak jalan. Soal penutupan lokalisasi itu hanya masalah strategi saja,” ungkapnya.

Dia mengakui sudah lebih dari 15 tahun Pemkab Banyuwangi memerangi prostitusi dengan menelurkan peraturan daerah. Hanya saja, selama itu juga selalu gagal karena mendapat penolakan dari beragam masyarakat.

Ridwan Anshori
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3083 seconds (0.1#10.140)