Mengoptimalkan Industri Kakao

Sabtu, 24 Januari 2015 - 12:09 WIB
Mengoptimalkan Industri...
Mengoptimalkan Industri Kakao
A A A
MUHAMMAD MAHMUDI
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Mahasiswa Peraih Beasiswa Bidikmisi,
UIN Walisongo Semarang

Dewasa ini, prospek industri kakao semakin menjanjikan. Apalagi industri kakao selama ini menghasilkan pangan berbahan dasar cokelat yang sangat digandrungi semua kalangan. Anak-anak biasanya gemar mengonsumsi cokelat karena rasanya yang manis.

Namun, umumnya para remaja dan orang dewasa memanfaatkan cokelat sebagai kado untuk mengungkapkan rasa kasih sayang kepada sesama. Kini, industri kakao menjadi salah satu keunggulan komparatif Indonesia dibandingkan dengan sejumlah negara produsen kakao lainnya. Terbukti dengan beberapa fakta berikut.

Pertama, Indonesia memiliki lahan kakao yang luas. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian tahun 2002, luas area perkebunan nasional mencapai 914.051 ha. Adapun luas area perkebunan yang dikelola rakyat sebesar 87,4%. Sedangkan pihak perkebunan milik negara dan swasta masing-masing mendapat jatah 6,0% dan 6,7%. Kedua, beriklim tropis dan kondisi tanah yang subur.

Dengan kondisi demikian serta letak geografis yang sangat strategis, tanah Indonesia sangat cocok untuk pemanfaatan budi daya kakao. Kakao banyak dibudidayakan di wilayah Sulawesi, Sumatra Utara, Kalimantan Timur, Lampung, serta Jawa yang merupakan wilayah pengolahan biji kakao terbanyak. Ketiga , hasil panen biji kakao di Indonesia melimpah ruah.

Sejak 2010, Indonesia menempati urutan kedua di bawah Pantai Gading sebagai negara penghasil biji kakao terbesar dunia. Pada dasarnya, Indonesia berpeluang besar menjadi produsen terbesar dunia jika perkebunan dan agrobisnis kakao ini bisa dikelola secara profesional. Berawal dari usaha agrobisnis hulu, hal ini mampu memenuhi kebutuhan lapangan pertanian kakao dari segi peralatan beserta sarana dan prasarana.

Usaha agrobisnis hilir juga perlu digarap. Meski demikian, para petani kakao masih mengalami kesulitan dalam budi daya kakao. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya mutu hasil panen kakao. Selain itu, mereka juga kesulitan menghadapi serangan hama Penggerak Buah Kakao (PBK) yang berakibat rendahnya produktivitas kebun kakao.

Seyogianya, pemerintah perlu memberikan pelatihan dan pendampingan secara intensif kepada mereka. Pemerintah perlu mengevaluasi perkembangan industri kakao nasional secara berkala. Diharapkan, pemerintah mampu menganalisa dan menemukan faktor penghambat laju industri kakao. Apabila kedua hal ini mampu dilaksanakan, tidak menutup kemungkinan Indonesia mampu menjadi jawara industri kakao di dalam era MEA 2015. Semoga!
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5977 seconds (0.1#10.140)