Bayang-Bayang Amerika

Rabu, 21 Januari 2015 - 11:27 WIB
Bayang-Bayang Amerika
Bayang-Bayang Amerika
A A A
AMALYA RACHMANTI
Mahasiswi Jurusan Administrasi Niaga,
FISIP Universitas Indonesia,
Universitas Indonesia

Indonesia, negara yang merdeka pada 1945, dan hingga sekarang tahun 2015 masih termasuk dalam kategori negara berkembang. Indonesia sempat dijuluki sebagai Macan Asia pada pemerintahan Soeharto.

Kita dapat melaksanakan swasembada pangan dan ditakuti oleh negara lain. Julukan tersebut tidak terlihat sekarang malah hasil pahit yang harus ditanggung pada masa setelahnya. Kebijakan membuka investasi pada perusahaan asing seluas-luasnya yang dilakukan oleh Presiden Soeharto malah membuat produk Indonesia tidak dapat bersaing dengan produk dari negara lain.

Lahan strategis yang seharusnya menjadi sumber pendapatan nasional malah sudah diambil alih oleh asing. Ingatkah pada janji Presiden Jokowi pada saat kampanye menyerukan pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 7%? Pertumbuhan ekonomi merupakan bentuk dari kenaikan pendapatan nasional suatu negara? Apakah itu dapat tercapai dengan pelbagai tantangan yang mengintai ekonomi Indonesia saat ini?

Sebagai negara berkembang, perekonomian di Indonesia masih sangat bergantung pada negara maju, khususnya Amerika Serikat. Inilah tantangan pertama bagi ekonomi Indonesia, membaiknya ekonomi Amerika, dan isu naiknya suku bunga The Fed membuat berkurangnya likuiditas negara-negara berkembang.

Keadaan tersebut disebabkan para investor asing akan menarik modal yang ditanamkan di Indonesia sehingga akan berpengaruh terhadap neraca pembayaran Indonesia. Antisipasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah pada November 2014 kemarin, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan menjadi 7,75% sehingga diharapkan likuiditas tetap terjaga.

Selain itu, membaiknya perekonomian Amerika juga memberi dampak pada nilai tukar rupiah yang terus terdepresiasi. Bank Indonesia mulai menyerukan pada perusahaan maupun institusi untuk melakukan hedging pada transaksi menggunakan mata uang asing. Tantangan yang kedua adalah menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang akan dimulai akhir 2015.

MEA menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia yang dinilai masih belum siap dalam menghadapi persaingan dengan negara ASEAN lain. Salah satunya disebabkan masih mahalnya ongkos produksi atau biaya logistik yang mencapai angka lebih dari 20% PDB Indonesia, kata Rachmat Gobel (Menteri Perdagangan) di acara Economic Outlook Indonesia 2015 and Beyond Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta, Kamis (6/11/2014).

Sebagai contoh, dalam pengiriman cabai dari Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat ke Jakarta memerlukan waktu sampai tiga hari sehingga ada cabai yang sudah busuk saat tiba di Jakarta. Bila tidak dibenahi, jangan heran bila nanti akan ada cabai dari Vietnam yang masuk ke pasar tradisional maupun supermarket di Indonesia dengan harga yang lebih murah dari cabai dari NTB. Dapatkah pemerintah dengan strategi membuka peluang bagi investor asing membuat ekonomi Indonesia membaik.
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5303 seconds (0.1#10.140)