Tebingtinggi Terendam Banjir

Rabu, 14 Januari 2015 - 10:41 WIB
Tebingtinggi Terendam Banjir
Tebingtinggi Terendam Banjir
A A A
TEBINGTINGGI - Banjir kiriman Sungai Padang kembali melanda empat kecamatan di Kota Tebingtinggi, Sumatera Utara (Sumut), kemarin pagi. Tak kurang dari 1.230 rumah penduduk terendam air.

Curah hujan di Sumatera Utara yang masih tinggi memang cukup berdampak terhadap kawasan itu. Terbukti, beberapa kabupaten dan kota di provinsi itu dilanda banjir dan longsor. Bahkan khusus Kota Tebingtinggi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut menyebutnya sebagai kota langganan banjir karena hampir setiap musim hujan, kota tersebut dilanda banjir karena luapan air Sungai Padang, Sungai Deli, dan Sungai Sibarau, ataupun lantaran banjir kiriman.

Banjir yang melanda Tebingtinggi kemarin merupakan banjir keempat kalinya sepanjang Januari 2015. Air menggenangi sekitar 650 rumah di Kecamatan Tebingtinggi Kota, tepatnya Kelurahan Bandar Utama dan Badak Bejuang. Sementara di Kelurahan Tanjung Marulak, Kecamatan Rambutan banjir merendam 110 rumah warga, di Kelurahan Pabatu, Kecamatan Padang Hulu 225 rumah, dan di Kelurahan Bulian, Kecamatan Bajenis 245 rumah.

Banjir paling parah memang terjadi di Kelurahan Bandar Utama dan Badak Bejuang. Bahkan, pasar tradisional inpres lumpuh karena aktivitas perdagangan terhenti setelah para pedagang menutup barang dagangannya, sementara para pembeli beralih ke pasar tradisional lain. Wakil Wali Kota Tebingtinggi Oki Doni Siregar langsung turun ke lapangan memantau banjir bersama Kepala BPBD Wahid Sitorus. Menurutnya, banjir ini memang musiman setiap akhir Desember dan Januari.

”Kami harap air akan cepat surut. Masyarakat juga harus menjaga keselamatan keluarganya dengan mewaspadai banjir lebih besar lagi. Yang jelas, saya harap warga bersabar karena Tebingtinggi akan memiliki Bendung Dam Gerak Bajayu yang pembangunannya selesai pada 2017, sehingga kota ini akan segera terbebas dari banjir,” terang Oki. Oki juga memerintahkan camat dan lurah untuk terus memantau warganya di setiap titik-titik rawan banjir.

Sementara itu, Kepala BPBD diminta melakukan pemantauan air Sungai Padang yang disinyalir akan terus mengalami peningkatan. ”Hasil laporan sementara Kepala BPBD Tebingtinggi, air Sungai Padang terus naik. Kami persiapkan perahu karet untuk mengevakuasi warga nantinya bersama Tagana Tebingtinggi,” ungkap Oki.

Ramli, 49, salah seorang warga Kampung Semut, Kelurahan Bandar Utama, menuturkan bahwa banjir kali ini merupakan yang keempat kalinya selama Januari. Banjir paling parah karena sungai meluap melewati batas tanggul pembatas. ”Tapi warga di sini sudah biasa dengan banjir,” ujar Ramli. Sementara di Langkat, Sumut, empat desa di Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, terisolasi akibat Jembatan Sei Musam terputus diterjang banjir bandang yang melanda kawasan itu.

Keempat desa tersebut adalah Desa Namu Sialang, Desa Sungai Serdang, Desa Tangkahan, dan Desa Sungai Musam. Selain itu, akses jalan menuju lokasi wisata Tangkahan juga tidak bisa dilintasi kendaraan. Putusnya jembatan tersebut terjadi sekitar pukul 05.00 WIB, karena arus banjir bandang yang cukup deras menghantam jembatanitu. Akibatnya sebagian jembatan sepanjang 10 meter runtuh dan memutuskan akses jalan.

Hingga kini akses jalan menuju ke empat desa itu hanya bisadilaluidenganjembatanyang terbuat dari pohon pinang. Selain jembatan runtuh, Jenda Mia Sitepu—warga yang melintas di atas jembatan saat banjir bandang terjadi, juga tercebur ke dalam sungai. Masyarakat hingga kini masih terus mencari korban. ”Yang baru ditemukan sepeda motor korban, sementara jasad korban masih dalam pencarian,” kata Nerina Sembiring, salah satu warga Kuala Musam.

Camat Batang Serangan Resti Yetti menyebutkan ada dua jembatan yang sekarang ini runtuh di daerahnya. Selain Sei Musam, sebelumnya juga sudah runtuh jembatan Sei Glugur yang menyebabkan akses warga menuju ke kota menjadi terkendala. Sementara di Kudus, Jawa Tengah, longsoran badan jalan menuju Dukuh Semlira, Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog yang berbatasan dengan Kabupaten Jepara kian parah.

Longsoran paling parah di tikungan Culo. Jika sebelumnya tepi jalan yang terkikis sekitar 10 meter, kini sudah lebih dari 15 meter. Sedangkan badan jalan yang terkikis dan ambrol ke bawah jurang yang semula 50 cm kini bertambah lebar menjadi sekitar 70 cm. Kepala Desa Rahtawu Sugiyono mengatakan, ada dua titik longsoran yang terjadi di wilayahnya. Dua titik tersebut yakni di Kedung Gong dan Tikungan Culo.

Jika tak segera diperbaiki maka sekitar 250 kepala keluarga yang menghuni dusun tersebut benar-benar terisolasi. Selain itu, bagian tengah badan jalan juga kian bergelombang karena tanah di bawahnya gembur karena guyuran air hujan. Tanah di bawah itu juga mudah bergerak karena ada selontong saluran air.

Perayudi syahputra/ Muhammad oliez/ Wikha setiawan/ant
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3802 seconds (0.1#10.140)