Nyali Hatta Diuji Jika Berani 'Telikung' Amien Rais
A
A
A
JAKARTA - Suhu politik Kongres Partai Amanat Nasional (PAN) mendatang sangat bergantung dari keberanian Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa, untuk berseberangan dengan Ketua MPP PAN Amien Rais.
Hal itu dikatakan Direktur Eksekutif PolcoMM Institute, Heri Budianto. Menurutnya, jika Hatta memberanikan diri untuk maju kembali, peluang Hatta memimpin PAN semakin besar.
"Seberapa besar Hatta Rajasa untuk berseberangan dengan Amien, kalau Hatta berani head to head dan menang, ini menarik di PAN, dominasi Amien bisa kalah kali ini," kata Heri Budianto ketika dihubungi KORAN SINDO, di Jakarta, Jumat 9 Januari 2015.
Heri menjelaskan, situasi politik yang ditunjukan PAN selama ini membuktikan tokoh yang didukung Amien kenyataannya akan menang dalam kongres.
Tapi, situasi kongres kali ini akan berbeda dengan tahun lalu, di mana Hatta maju tanpa adanya Soetrisno Bachir yang ikut bertarung, dan Drajad Wibowo mundur.
"Situasi sekarang berbeda, apakah Hatta rela melepas jabatan itu dan memberikan pada Zulkifli," jelas pakar komunikasi politik Universitas Mercu Buana itu.
"Kalau lihat sekarang sih engga, karena kepentingan KMP dan tokoh-tokoh lain jadi ancaman sendiri," imbuhnya.
Hal itu dikatakan Direktur Eksekutif PolcoMM Institute, Heri Budianto. Menurutnya, jika Hatta memberanikan diri untuk maju kembali, peluang Hatta memimpin PAN semakin besar.
"Seberapa besar Hatta Rajasa untuk berseberangan dengan Amien, kalau Hatta berani head to head dan menang, ini menarik di PAN, dominasi Amien bisa kalah kali ini," kata Heri Budianto ketika dihubungi KORAN SINDO, di Jakarta, Jumat 9 Januari 2015.
Heri menjelaskan, situasi politik yang ditunjukan PAN selama ini membuktikan tokoh yang didukung Amien kenyataannya akan menang dalam kongres.
Tapi, situasi kongres kali ini akan berbeda dengan tahun lalu, di mana Hatta maju tanpa adanya Soetrisno Bachir yang ikut bertarung, dan Drajad Wibowo mundur.
"Situasi sekarang berbeda, apakah Hatta rela melepas jabatan itu dan memberikan pada Zulkifli," jelas pakar komunikasi politik Universitas Mercu Buana itu.
"Kalau lihat sekarang sih engga, karena kepentingan KMP dan tokoh-tokoh lain jadi ancaman sendiri," imbuhnya.
(maf)