Evakuasi Diperpanjang Seminggu
A
A
A
JAKARTA - Tim Badan SAR Nasional (Basarnas) hingga tadi malam baru menemukan 37 korban dari 162 penumpang pesawat AirAsia QZ8501. Pencarian penumpang dan kotak hitam pesawat pun akan diperpanjang selama seminggu ke depan.
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI F Henry Bambang Soelistyo meminta perpanjangan waktu seminggu ini tidak dikonotasikan sebagai batas akhir pencarian. Sesuai pernyataan pemerintah sebelumnya, pencarian dan evakuasi tidak dibatasi oleh waktu. ”Perpanjangan sampai minggu depan, tapi jangan diartikan setelah minggu ini berhenti lho ya, tapi diperpanjang,” ungkap Sulistyo di Jakarta kemarin.
Ketua Komisi V DPR Fary Djemy Francis mendukung perpanjangan waktu selama seminggu yang dilakukan Basarnas untuk mengevakuasi dan mencari jenazah maupun serpihan pesawat AirAsia rute Surabaya-Singapura. ”Melihat situasi dan kondisi saat ini, waktu diperpanjang kepada Basarnas untuk fokus mengevakuasi korban,” kata Fary saat mendatangi Kantor Basarnas di Jalan Angkasa Kemayoran, Jakarta, kemarin.
Komisi V DPR berencana memanggil sejumlah pihak yang terkait jatuhnya pesawat AirAsia. Pemanggilanakandilakukan sehari setelahDPR membuka kembali sidang pertama pada 12 Januari 2015. ”Kita berencana kalau bisa 13 Januari mengundang semua komponen,” kata Fary.
Pihak-pihak yang akan dipanggil di antaranya Kemenhub, BMKG, ATC, pengelola bandara, maskapai AirAsia, serta angkasa pura. Meski begitu, politisi Gerindra tersebut memahami semua pihak saat ini sedang fokus menyelesaikan tugas kemanusiaan. Fary menegaskan bahwa tugas yang diemban Basarnas bersama tim gabungan tidak mudah.
Untuk itu, DPR mengapresiasi hasil yang telah dicapai Basarnas bersama tim yang berhasil menemukan titik lokasi jatuhnya pesawat. ”Basarnas butuh dukungan politis (dan) moril dalam rangka pencarian,” ungkapnya.
Jenazah Mulai Rusak
Kemarin tim Basarnas kembali menemukan tiga jenazah dari perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah. Mereka ditemukan mengapung di area prioritas dan berhasil dievakuasi menuju Pangkalan Bun pada pukul 13.14 WIB.
Dengan temuan baru ini, total jenazah yang berhasil diangkat dari perairan mencapai 37 orang. Mereka langsung menerbangkan tiga jenazah itu ke Surabaya, Jawa Timur seusai menjalani identifikasi awal oleh tim DVI Polri di RSUD Sultan Imanuddin melalui Lanud Iskandar Pangkalan Bun sekitar pukul 16.00 WIB.
Sebelumnya tiga jenazah tersebut ditemukan Kapal Diraja (KD) Kesturi, Malaysia dengan kondisi masih terikat di tiga kursi dan terapung karena ada busa penahan. ”Dari laporan yang diterima dari AirAsia, kemungkinan pesawat pecah. Kursi itu berada di deretan paling depan sebelah kiri. Kursi tersebut diduga terlempar karena hentakan yang keras sehingga patah,” kata Danlanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah Jhonson Simatupang.
Koordinator DVI Mabes Polri Kombes Pol Hariyanto mengatakan, tiga jenazah sudah teridentifikasi, terdiri atas dua jenazah berjenis kelamin lakilaki dan satu jenazah perempuan dewasa. Tiga jenazah tersebut ditemukan dalam kondisi bagian tubuh sudah rusak karena sudah lama berada di tengah laut.
”Masih ada juga yang memakai pakaian dan kalung,” ucapnya di RSUD Imanuddin, Pangkalan Bun. Memasuki hari kesembilan jatuhnya pesawat QZ8501, kemungkinan kondisi korban sudah mengalami kerusakan. Kondisi ini mengakibatkan proses identifikasi bakal lebih rumit.
Meski demikian, Kapolri Jenderal Polisi Sutarman menegaskan, semua korban yang dievakuasi bakal bisa diidentifikasi oleh tim Disaster and Victim Identification (DVI). Dia pun meminta waktu untuk polisi bekerja lebih keras lagi dalam melakukan identifikasi korban. ”Dalam bentuk apa pun, semua korban yang ditemukan pasti bisa diidentifikasi. Beri waktu polisi untuk bekerja,” kata dia.
Lebih lanjut Sutarman menuturkan, proses identifikasi akan lebih mudah dilakukan jika sidik jari korban masih utuh. Dengan sidik jari, proses identifikasi korban bahkan bisa dilakukan dalam hitungan menit. Terlebih lagi korban sudah terdata pada antemortem kemudian juga ada pada database e-KTP.
Lantas bagaimana dengan korban yang kondisinya sudah tidak baik lagi? Sutarman mengatakan, langkah yang bisa dilakukan adalah tes deoxyribonucleic acid (DNA). Termasuk jika korban yang hanya tinggal kerangka juga dipastikan akan bisa diidentifikasi dengan mencocokkan antara DNA tulang korban dan keluarga korban.
Namun, untuk tes DNA jelas membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan metode identifikasi sidik jari maupun gigi. ”Tim DVI pasti bekerja semaksimal mungkin dan segera mengidentifikasi untuk kemudian diserahkan ke keluarga,” ucapnya. Untuk proses identifikasi, sudah ada 260 dokter ahli tidak hanya dari dalam negeri, namun juga dibantu dari luar negeri di antaranya dari Singapura, Korea Selatan, Australia, dan beberapa lainnya.
Proses identifikasi korban harus sesuai standar internasional berdasarkan protokol Interpol sehingga hasil dari identifikasi para korban itu mampu dipertanggungjawabkan secara hukum dan keilmuan. Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono mengatakan, data antemortem sudah komplet yaitu 162 keluarga korban.
Sedangkan pengambilan sampel DNA sudah 146 keluarga korban dan masih kurang 16 keluarga korban. Tim ahli yang dilibatkan ada 229 ahli yang berasal dari 27 instansi. ”Di antaranya dari Singapura sebanyak 10 orang ahli yang sudah bekerja sejak dua hari lalu. Kemudian dari Australia baru bergabung hari ini (kemarin),” sebut Awi. Jenazah yang sudah diterima di post mortem ada 37 jenazah korban.
Area Diperluas Lagi
Sementara itu, tim Basarnas gabungan juga memperluas area pencarian korban pesawat AirAsia. Itu dilakukan karena mempertimbangkan arus laut yang sangat kencang mencapai 5 knot. Jika kemarin area pencarian 90x230 nautical mile (NM), kini diperluas menjadi 90 x 290 nautical mile.
”Jadi memang ada penambahan sekitar 60 NM sampai ke selatan Banjarmasin. Itu perkiraan-perkiraan yang kita anggap bahwa puing atau jenazah yang terapung karena arus keras ke arah tenggara, kemungkinan besar ke Banjarmasin. Untuk itu, kita perluas area pencariannya,” ungkap Direktur Operasional SAR Posko Pangkalan Bun, Marsma SB Supriyadi, kemarin.
Perluasan area pencarian, sambung Supriyadi, karena arus laut yang sangat deras dan arah angin yang bertiup sangat kencang. ”Kemungkinan masih ada serpihan yang terapung kalau jenazah sulit,” katanya. Menurut Supriyadi, pihaknya telah berkoordinasi dengan bandarabandara dan pelabuhan untuk memperhatikan keamanan terbang pesawat.
Di ketinggian berapa posisi aman yang harus dilewati pesawat saat akan masuk atau keluar bandara. ”Terutama bandara di Banjarmasin dan Pangkalan Bun sehingga penerbangan sipil juga berjalan baik. Kita juga memberi tahu kepada para syahbandar agar kapal-kapal yang lewat untuk memperhatikan, barangkali menemukan serpihan, jenazah, dan sebagainya sehingga bisa langsung ditindaklanjuti,” tuturnya.
Dia mengakui proses pencarian seluruh jenazah dan black box hingga kini masih terkendala cuaca buruk sehingga upaya penyelaman yang dilakukan tim selam hanya berlangsung singkat. ”Kita masih terkendala cuaca, hanya 1/4 hari cuaca cerah, pada pukul 10.00 WIB langit sudah mendung, hujan merata di laut. Ditambah awan tebal yang merata dan ombak yang mencapai 2-4 meter sehingga menyulitkan penyelam untuk bekerja,” katanya.
Apalagi, lumpur di dalam sangat pekat sehingga memaksa penyelam kembali ke kapal. Termasuk tim-tim penyelam dari negara lain yang ikut melakukan pencarian. ”Kecepatan angin mencapai 30 knot, peralatan milik Rusia juga sudah diturunkan, namun tetap belum berhasil. Apalagi logistik sudah mulai menipis,” ucapnya.
Danlanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah Jhonson Simatupang menambahkan, pesawat yang dikerahkan untuk melakukan pencarian dari Lanud Iskandar, Pangkalan Bun adalah jenis fixed wing dan rotter wing (helikopter). Pesawat tersebut akan menyusuri pantai-pantai di selatan Kalimantan mulai dari Kalimantan Tengah sampai ke Kalimantan Selatan.
”Arus laut di titik pencarian sangat kencang sehingga diputuskan untuk diperpanjang sebagai antisipasi ada yang terbawa arus,” katanya. Menurut dia, pesawat CN295 akan tetap digunakan untuk membantu penyisiran guna mengantisipasi ditemukan lagi jenazah atau barangbarang milik penumpang AirAsia.
Dian ramdhani/Sucipto/Lutfi yuhandi
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI F Henry Bambang Soelistyo meminta perpanjangan waktu seminggu ini tidak dikonotasikan sebagai batas akhir pencarian. Sesuai pernyataan pemerintah sebelumnya, pencarian dan evakuasi tidak dibatasi oleh waktu. ”Perpanjangan sampai minggu depan, tapi jangan diartikan setelah minggu ini berhenti lho ya, tapi diperpanjang,” ungkap Sulistyo di Jakarta kemarin.
Ketua Komisi V DPR Fary Djemy Francis mendukung perpanjangan waktu selama seminggu yang dilakukan Basarnas untuk mengevakuasi dan mencari jenazah maupun serpihan pesawat AirAsia rute Surabaya-Singapura. ”Melihat situasi dan kondisi saat ini, waktu diperpanjang kepada Basarnas untuk fokus mengevakuasi korban,” kata Fary saat mendatangi Kantor Basarnas di Jalan Angkasa Kemayoran, Jakarta, kemarin.
Komisi V DPR berencana memanggil sejumlah pihak yang terkait jatuhnya pesawat AirAsia. Pemanggilanakandilakukan sehari setelahDPR membuka kembali sidang pertama pada 12 Januari 2015. ”Kita berencana kalau bisa 13 Januari mengundang semua komponen,” kata Fary.
Pihak-pihak yang akan dipanggil di antaranya Kemenhub, BMKG, ATC, pengelola bandara, maskapai AirAsia, serta angkasa pura. Meski begitu, politisi Gerindra tersebut memahami semua pihak saat ini sedang fokus menyelesaikan tugas kemanusiaan. Fary menegaskan bahwa tugas yang diemban Basarnas bersama tim gabungan tidak mudah.
Untuk itu, DPR mengapresiasi hasil yang telah dicapai Basarnas bersama tim yang berhasil menemukan titik lokasi jatuhnya pesawat. ”Basarnas butuh dukungan politis (dan) moril dalam rangka pencarian,” ungkapnya.
Jenazah Mulai Rusak
Kemarin tim Basarnas kembali menemukan tiga jenazah dari perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah. Mereka ditemukan mengapung di area prioritas dan berhasil dievakuasi menuju Pangkalan Bun pada pukul 13.14 WIB.
Dengan temuan baru ini, total jenazah yang berhasil diangkat dari perairan mencapai 37 orang. Mereka langsung menerbangkan tiga jenazah itu ke Surabaya, Jawa Timur seusai menjalani identifikasi awal oleh tim DVI Polri di RSUD Sultan Imanuddin melalui Lanud Iskandar Pangkalan Bun sekitar pukul 16.00 WIB.
Sebelumnya tiga jenazah tersebut ditemukan Kapal Diraja (KD) Kesturi, Malaysia dengan kondisi masih terikat di tiga kursi dan terapung karena ada busa penahan. ”Dari laporan yang diterima dari AirAsia, kemungkinan pesawat pecah. Kursi itu berada di deretan paling depan sebelah kiri. Kursi tersebut diduga terlempar karena hentakan yang keras sehingga patah,” kata Danlanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah Jhonson Simatupang.
Koordinator DVI Mabes Polri Kombes Pol Hariyanto mengatakan, tiga jenazah sudah teridentifikasi, terdiri atas dua jenazah berjenis kelamin lakilaki dan satu jenazah perempuan dewasa. Tiga jenazah tersebut ditemukan dalam kondisi bagian tubuh sudah rusak karena sudah lama berada di tengah laut.
”Masih ada juga yang memakai pakaian dan kalung,” ucapnya di RSUD Imanuddin, Pangkalan Bun. Memasuki hari kesembilan jatuhnya pesawat QZ8501, kemungkinan kondisi korban sudah mengalami kerusakan. Kondisi ini mengakibatkan proses identifikasi bakal lebih rumit.
Meski demikian, Kapolri Jenderal Polisi Sutarman menegaskan, semua korban yang dievakuasi bakal bisa diidentifikasi oleh tim Disaster and Victim Identification (DVI). Dia pun meminta waktu untuk polisi bekerja lebih keras lagi dalam melakukan identifikasi korban. ”Dalam bentuk apa pun, semua korban yang ditemukan pasti bisa diidentifikasi. Beri waktu polisi untuk bekerja,” kata dia.
Lebih lanjut Sutarman menuturkan, proses identifikasi akan lebih mudah dilakukan jika sidik jari korban masih utuh. Dengan sidik jari, proses identifikasi korban bahkan bisa dilakukan dalam hitungan menit. Terlebih lagi korban sudah terdata pada antemortem kemudian juga ada pada database e-KTP.
Lantas bagaimana dengan korban yang kondisinya sudah tidak baik lagi? Sutarman mengatakan, langkah yang bisa dilakukan adalah tes deoxyribonucleic acid (DNA). Termasuk jika korban yang hanya tinggal kerangka juga dipastikan akan bisa diidentifikasi dengan mencocokkan antara DNA tulang korban dan keluarga korban.
Namun, untuk tes DNA jelas membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan metode identifikasi sidik jari maupun gigi. ”Tim DVI pasti bekerja semaksimal mungkin dan segera mengidentifikasi untuk kemudian diserahkan ke keluarga,” ucapnya. Untuk proses identifikasi, sudah ada 260 dokter ahli tidak hanya dari dalam negeri, namun juga dibantu dari luar negeri di antaranya dari Singapura, Korea Selatan, Australia, dan beberapa lainnya.
Proses identifikasi korban harus sesuai standar internasional berdasarkan protokol Interpol sehingga hasil dari identifikasi para korban itu mampu dipertanggungjawabkan secara hukum dan keilmuan. Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono mengatakan, data antemortem sudah komplet yaitu 162 keluarga korban.
Sedangkan pengambilan sampel DNA sudah 146 keluarga korban dan masih kurang 16 keluarga korban. Tim ahli yang dilibatkan ada 229 ahli yang berasal dari 27 instansi. ”Di antaranya dari Singapura sebanyak 10 orang ahli yang sudah bekerja sejak dua hari lalu. Kemudian dari Australia baru bergabung hari ini (kemarin),” sebut Awi. Jenazah yang sudah diterima di post mortem ada 37 jenazah korban.
Area Diperluas Lagi
Sementara itu, tim Basarnas gabungan juga memperluas area pencarian korban pesawat AirAsia. Itu dilakukan karena mempertimbangkan arus laut yang sangat kencang mencapai 5 knot. Jika kemarin area pencarian 90x230 nautical mile (NM), kini diperluas menjadi 90 x 290 nautical mile.
”Jadi memang ada penambahan sekitar 60 NM sampai ke selatan Banjarmasin. Itu perkiraan-perkiraan yang kita anggap bahwa puing atau jenazah yang terapung karena arus keras ke arah tenggara, kemungkinan besar ke Banjarmasin. Untuk itu, kita perluas area pencariannya,” ungkap Direktur Operasional SAR Posko Pangkalan Bun, Marsma SB Supriyadi, kemarin.
Perluasan area pencarian, sambung Supriyadi, karena arus laut yang sangat deras dan arah angin yang bertiup sangat kencang. ”Kemungkinan masih ada serpihan yang terapung kalau jenazah sulit,” katanya. Menurut Supriyadi, pihaknya telah berkoordinasi dengan bandarabandara dan pelabuhan untuk memperhatikan keamanan terbang pesawat.
Di ketinggian berapa posisi aman yang harus dilewati pesawat saat akan masuk atau keluar bandara. ”Terutama bandara di Banjarmasin dan Pangkalan Bun sehingga penerbangan sipil juga berjalan baik. Kita juga memberi tahu kepada para syahbandar agar kapal-kapal yang lewat untuk memperhatikan, barangkali menemukan serpihan, jenazah, dan sebagainya sehingga bisa langsung ditindaklanjuti,” tuturnya.
Dia mengakui proses pencarian seluruh jenazah dan black box hingga kini masih terkendala cuaca buruk sehingga upaya penyelaman yang dilakukan tim selam hanya berlangsung singkat. ”Kita masih terkendala cuaca, hanya 1/4 hari cuaca cerah, pada pukul 10.00 WIB langit sudah mendung, hujan merata di laut. Ditambah awan tebal yang merata dan ombak yang mencapai 2-4 meter sehingga menyulitkan penyelam untuk bekerja,” katanya.
Apalagi, lumpur di dalam sangat pekat sehingga memaksa penyelam kembali ke kapal. Termasuk tim-tim penyelam dari negara lain yang ikut melakukan pencarian. ”Kecepatan angin mencapai 30 knot, peralatan milik Rusia juga sudah diturunkan, namun tetap belum berhasil. Apalagi logistik sudah mulai menipis,” ucapnya.
Danlanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah Jhonson Simatupang menambahkan, pesawat yang dikerahkan untuk melakukan pencarian dari Lanud Iskandar, Pangkalan Bun adalah jenis fixed wing dan rotter wing (helikopter). Pesawat tersebut akan menyusuri pantai-pantai di selatan Kalimantan mulai dari Kalimantan Tengah sampai ke Kalimantan Selatan.
”Arus laut di titik pencarian sangat kencang sehingga diputuskan untuk diperpanjang sebagai antisipasi ada yang terbawa arus,” katanya. Menurut dia, pesawat CN295 akan tetap digunakan untuk membantu penyisiran guna mengantisipasi ditemukan lagi jenazah atau barangbarang milik penumpang AirAsia.
Dian ramdhani/Sucipto/Lutfi yuhandi
(bbg)