Saat Pakaian Berfungsi Layaknya Smartphone
A
A
A
Fashion mungkin hanya sekadar fashion bagi kebanyakan orang. Tapi, tidak bagi sejumlah perancang yang selalu haus akan inovasi dalam rancangannya. Kini, pakaian Anda bisa memiliki fungsi lainnya, layaknya smartphone atau telepon pintar berkat inovasi.
Smart dress atau pakaian pintar, akan memiliki fungsinya dengan ponsel pintar. Hanya, kalau ponsel hanya ponsel, tapi pakaian pintar menggabungkan antara pakaian sebagai penutup tubuh dan beragam aplikasi teknologi. ”Saya selalu membawa tujuh hingga delapan peralatan elektronik dan ponsel. Itulah kenapa saya membutuhkan pakaian pintar,” kata Bruce Bateman, teknisi desain, dikutip ABC News .
”Saya tidak membutuhkan pakaian yang fashionable , tetapi saya membutuhkan pakaian yang dapat cocok dengan gaya hidup saya.” Gaya hidup masyarakat saat ini tidak bisa dilepaskan dari teknologi. Hampir sebagian besar manusia modern yang hidup di perkotaan membutuhkan peranti teknologi yang dibawa sehari-hari. Peranti teknologi itu melekat dan tidak dapat dipisahkan.
Pakaian pintar, dalam pandangan Bateman, juga disebut sebagai baju robot. Hanya, baju robot yang diusung ke publik bukanlah seperti baju robot pada film animasi. ”Kami ingin menunjukkan kepada dunia kalau teknologi dapat fashionable ,” tutur Bateman. Tak heran pula ketika para inovator dan teknisi di Silicon Valley berlombalomba dalam mengembangkan berbagai jenis pakaian pintar.
Ada juga inovator yangbekerjasamadengandesainerpakaian, ada juga yang mengembangkan sendiri. Semuanya bertujuan untuk merebut tren mendatang, yakni penggabungan antara pakaian dan peranti teknologi. ”Apa yang ada dibalik rok saya? Ada enam motor servo . Itu adalah chip komputer,” kata CEO 360 Fashion Network, Anina Net.
Meskipun memiliki chip , rok yang dikenakan Net itu tidak terdeteksi oleh pendeteksi logam. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana industri fashion dengan teknologi dapat bersatu?. Banyak juga yang percaya kalau teknologi dapat menyelesaikan permasalahan utama dalam industri pakaian. ”Masalah utama yang jarang dibicarakan adalah produksi yang berlimpah,” kata Net.
Diharapkan dengan teknologi, pakaian cerdas tidak lagi diproduksi massal, tetapi terbatas dan bermutu. Selain itu, Net berharap pakaian berbalut teknologi canggih itu mampu memberikan manfaat langsung bagi pemakainya. Seperti mengisi ulang baterai ponsel dan menjadikan tubuh pemakaian tetap kering meskipun hujan.
Kemudian, pengembangan teknologi jugamengarahkepada halyangbersifat privasi. Bra merupakan pakaian yang memiliki privasi tersembunyi. Kini, para ilmuwan telah mengembangkan bra biometrik yang mampu terkoneksi dengan internet setiap hari. Nantinya, bra bukan hanya sekedar kelengkapan dalam berpakaian, tetapi juga menjadi kebutuhan dalam berteknologi.
Seperti diungkapkan Stephane Marceau, pendiri dan CEO OMsignal, perusahaan yang memproduksi ”smartwear” untuk atlet. Marceau mengungkapkan bra pintar itu nantinya akan memonitor denyut jantung dan temperatur tubuh. ”Target utamanya adalah perempuan yang suka berolahraga. Nantinya produk ini juga akan dijual bebas,” kata Marceau.
Sebagai dukungan utama, perlunya server utama yang terkoneksi dengan bra pintar itu. Seperti diungkapkan oleh para analis teknologi dari Forrester, sebagian besar para pengguna pakaian pintar menginginkan masuknya teknologi dalam pakaian yang dikenakan manusia.
45% pengguna teknologi di AS dan 32% pengguna teknologi di Eropa berharap prospek yang lebih baik dalam hal penggabungan antara teknologi dan pakaian. Sebagian besar pengguna teknologi juga meminta agar penggabungan teknologi dan pakaian memperhatikan privasi. ”Privasi merupakan isu utama bagi seorang yang terkait dengan gaya,” kata analis dari Forrester, JP Gownder, dikutip TechWorld.
Andika hendra m
Smart dress atau pakaian pintar, akan memiliki fungsinya dengan ponsel pintar. Hanya, kalau ponsel hanya ponsel, tapi pakaian pintar menggabungkan antara pakaian sebagai penutup tubuh dan beragam aplikasi teknologi. ”Saya selalu membawa tujuh hingga delapan peralatan elektronik dan ponsel. Itulah kenapa saya membutuhkan pakaian pintar,” kata Bruce Bateman, teknisi desain, dikutip ABC News .
”Saya tidak membutuhkan pakaian yang fashionable , tetapi saya membutuhkan pakaian yang dapat cocok dengan gaya hidup saya.” Gaya hidup masyarakat saat ini tidak bisa dilepaskan dari teknologi. Hampir sebagian besar manusia modern yang hidup di perkotaan membutuhkan peranti teknologi yang dibawa sehari-hari. Peranti teknologi itu melekat dan tidak dapat dipisahkan.
Pakaian pintar, dalam pandangan Bateman, juga disebut sebagai baju robot. Hanya, baju robot yang diusung ke publik bukanlah seperti baju robot pada film animasi. ”Kami ingin menunjukkan kepada dunia kalau teknologi dapat fashionable ,” tutur Bateman. Tak heran pula ketika para inovator dan teknisi di Silicon Valley berlombalomba dalam mengembangkan berbagai jenis pakaian pintar.
Ada juga inovator yangbekerjasamadengandesainerpakaian, ada juga yang mengembangkan sendiri. Semuanya bertujuan untuk merebut tren mendatang, yakni penggabungan antara pakaian dan peranti teknologi. ”Apa yang ada dibalik rok saya? Ada enam motor servo . Itu adalah chip komputer,” kata CEO 360 Fashion Network, Anina Net.
Meskipun memiliki chip , rok yang dikenakan Net itu tidak terdeteksi oleh pendeteksi logam. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana industri fashion dengan teknologi dapat bersatu?. Banyak juga yang percaya kalau teknologi dapat menyelesaikan permasalahan utama dalam industri pakaian. ”Masalah utama yang jarang dibicarakan adalah produksi yang berlimpah,” kata Net.
Diharapkan dengan teknologi, pakaian cerdas tidak lagi diproduksi massal, tetapi terbatas dan bermutu. Selain itu, Net berharap pakaian berbalut teknologi canggih itu mampu memberikan manfaat langsung bagi pemakainya. Seperti mengisi ulang baterai ponsel dan menjadikan tubuh pemakaian tetap kering meskipun hujan.
Kemudian, pengembangan teknologi jugamengarahkepada halyangbersifat privasi. Bra merupakan pakaian yang memiliki privasi tersembunyi. Kini, para ilmuwan telah mengembangkan bra biometrik yang mampu terkoneksi dengan internet setiap hari. Nantinya, bra bukan hanya sekedar kelengkapan dalam berpakaian, tetapi juga menjadi kebutuhan dalam berteknologi.
Seperti diungkapkan Stephane Marceau, pendiri dan CEO OMsignal, perusahaan yang memproduksi ”smartwear” untuk atlet. Marceau mengungkapkan bra pintar itu nantinya akan memonitor denyut jantung dan temperatur tubuh. ”Target utamanya adalah perempuan yang suka berolahraga. Nantinya produk ini juga akan dijual bebas,” kata Marceau.
Sebagai dukungan utama, perlunya server utama yang terkoneksi dengan bra pintar itu. Seperti diungkapkan oleh para analis teknologi dari Forrester, sebagian besar para pengguna pakaian pintar menginginkan masuknya teknologi dalam pakaian yang dikenakan manusia.
45% pengguna teknologi di AS dan 32% pengguna teknologi di Eropa berharap prospek yang lebih baik dalam hal penggabungan antara teknologi dan pakaian. Sebagian besar pengguna teknologi juga meminta agar penggabungan teknologi dan pakaian memperhatikan privasi. ”Privasi merupakan isu utama bagi seorang yang terkait dengan gaya,” kata analis dari Forrester, JP Gownder, dikutip TechWorld.
Andika hendra m
(bbg)