Tokoh Kharismatik Minimalisasi Konflik PAN dan Demokrat
A
A
A
JAKARTA - Pontesi konflik dinilai tetap ada dalam Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN) menjelang kongres 2015.
Namun potensi konflik tersebut tidak sebesar seperti yang menimpa Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Golkar.
Pengamat politik Sinergi untuk Sinergi Masyarakat untuk Demokratsi (Sigma) M Imam Nasef mengatakan ada dua faktor yang membuat potensi konflik di tubuh Demokrat dan PAN tidak setinggi Golkar dan PPP.
Pertama, internal PAN dan Demokrat terbilang cukup solid dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014 lalu.
Berbeda hal dengan internal PPP dan Golkar yang sudah menunjukkan benih-benih perpecahan.
"Di internal PPP misalnya para kadernya terbelah antara kubu yang mendukung Jokowi dan kubu yang mendukung Prabowo, begitu juga dengan internal Golkar," kata Nasef kepada Sindonews, Selasa (23/12/2014).
Menurut Nasef, kesolidan internal PAN dan Demokrat pada Pilpres 2014 menjadi modal yang kuat untuk bisa tetap bersatu dan meminimalisir potensi konflik dalam munas.
Sebab, tidak dapat dimungkiri konflik yang terjadi di PPP dan Golkar terjadi sebagai buntut perpecahan kader pada Pilpres 2014.
Kedua, baik PAN maupun Demokrat masih memiliki sosok kharismatik yang masih mau didengar dan dihormati oleh mayoritas kaderny.
"Di PAN ada Pak Amien Rais misalnya, sementara di Demokrat ada Pak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sosok-sosok yang demikian punya pengaruh besar untuk meminimalisir potensi terjadinya konflik," tutur Nasef.
Namun potensi konflik tersebut tidak sebesar seperti yang menimpa Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Golkar.
Pengamat politik Sinergi untuk Sinergi Masyarakat untuk Demokratsi (Sigma) M Imam Nasef mengatakan ada dua faktor yang membuat potensi konflik di tubuh Demokrat dan PAN tidak setinggi Golkar dan PPP.
Pertama, internal PAN dan Demokrat terbilang cukup solid dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014 lalu.
Berbeda hal dengan internal PPP dan Golkar yang sudah menunjukkan benih-benih perpecahan.
"Di internal PPP misalnya para kadernya terbelah antara kubu yang mendukung Jokowi dan kubu yang mendukung Prabowo, begitu juga dengan internal Golkar," kata Nasef kepada Sindonews, Selasa (23/12/2014).
Menurut Nasef, kesolidan internal PAN dan Demokrat pada Pilpres 2014 menjadi modal yang kuat untuk bisa tetap bersatu dan meminimalisir potensi konflik dalam munas.
Sebab, tidak dapat dimungkiri konflik yang terjadi di PPP dan Golkar terjadi sebagai buntut perpecahan kader pada Pilpres 2014.
Kedua, baik PAN maupun Demokrat masih memiliki sosok kharismatik yang masih mau didengar dan dihormati oleh mayoritas kaderny.
"Di PAN ada Pak Amien Rais misalnya, sementara di Demokrat ada Pak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sosok-sosok yang demikian punya pengaruh besar untuk meminimalisir potensi terjadinya konflik," tutur Nasef.
(dam)