Dinilai Paling Brutal, Pemilu 2014 Harus Jadi Pelajaran
A
A
A
JAKARTA - Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) diminta untuk memperbaiki sistem penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu).
Pemilu 2014 harus menjadi pelajaran bagi penyelenggara pemilu ke depan untuk bekerja maksimal.
"Pemilu 2014 adalah nuansa money politics paling brutal di Indonesia ini," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi dalam seminar Outlook 2015: Refleksi dan Proyeksi di Gedung Auditorium Wicaksana, Lembaga Adminitrasi Negara (LAN), Pejompongan, Jakarta Pusat, Kamis (18/12/2014).
Pada Pemilu 2014, kata dia, pengaduan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu mencapai 1.000 laporan.
Dia mengatakan hasil penelitiannya menunjukkan terdapat beberapa calon anggota legislatif (caleg) melakukan politik uang demi mendapatkan dukungan.
"Contohnya ada satu caleg meminta daftar calon pendukung. Jika ternyata (dalam) daftar itu (ada yang) mendukung caleg lain, ya pendukung itu tidak dikasih uang karena telah mendukung caleg lain," tutur Burhan.
Pemilu 2014 harus menjadi pelajaran bagi penyelenggara pemilu ke depan untuk bekerja maksimal.
"Pemilu 2014 adalah nuansa money politics paling brutal di Indonesia ini," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi dalam seminar Outlook 2015: Refleksi dan Proyeksi di Gedung Auditorium Wicaksana, Lembaga Adminitrasi Negara (LAN), Pejompongan, Jakarta Pusat, Kamis (18/12/2014).
Pada Pemilu 2014, kata dia, pengaduan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu mencapai 1.000 laporan.
Dia mengatakan hasil penelitiannya menunjukkan terdapat beberapa calon anggota legislatif (caleg) melakukan politik uang demi mendapatkan dukungan.
"Contohnya ada satu caleg meminta daftar calon pendukung. Jika ternyata (dalam) daftar itu (ada yang) mendukung caleg lain, ya pendukung itu tidak dikasih uang karena telah mendukung caleg lain," tutur Burhan.
(dam)