Bagikan Puluhan Ribu Sepeda agar Siswa Tak Putus Sekolah
A
A
A
RUDY menilai pendidikan formal sejak usia kanakkanak hingga remaja sangat penting dilakukan. Mengacu hal itu, pihaknya saat ini mewajibkan masyarakat Kota Solo untuk mengenyam pendidikan dasar selama 12 tahun.
Menurutnya, program pendidikan dasar selama sembilan tahun seperti yang dicanangkan pemerintah dinilai sudah tidak sesuai perkembangan zaman. Di zaman sekarang ini masyarakat harus mampu mengenyam pendidikan hingga bangku sekolah menengah atas. Hal itu agar tidak tertinggal dengan masyarakat lain yang lebih maju dan lebih berkembang.
Pria yang pernah menjabat Wakil Wali Kota Solo pada era Jokowi itu mengakui, untuk mewujudkan wajib belajar 12 tahun, banyak kendala besar yang menghadang. Salah satunya adalah kendala dari sektor ekonomi masyarakat. Banyak warganya yang tidak mampu membiayai anak-anaknya untuk bersekolah hingga jenjang SMA. Hal itu terbukti dari banyaknya orang tua wali murid yang sering mengadu kepada Rudy secara langsung. Jumlah warga yang mengadu itu mencapai ribuan.
Dari jumlah itu, semuanya dilayani dengan baik dan diberikan solusi untuk mengatasi masalahmasalah yang diadukan. Untuk mengatasi persoalan itu, Pemkot Solo menerapkan beberapa kebijakan, di antaranya membuat beberapa sekolah plus. Siswa di sekolah plus tidak perlu mengeluarkan uang untuk membayar buku, seragam, SPP, dan biaya lainnya. Siswa mendapatkan semua fasilitas itu secara gratis. Para siswa tinggal datang dan berkonsentrasi untuk belajar di sekolah kategori plus tersebut.
“Wajib belajar itu 12 tahun dan kami harap semua warga Solo bisa melakukan kewajiban itu,” ucap Rudy. Selain menggratiskan biaya sekolah untuk kategori plus, Rudy juga membagi-bagikan sepeda kepada para siswa yang kurang mampu. Hal itu dilakukan agar para siswa itu tetap berangkat sekolah, meskipun tidak memiliki uang saku untuk naik angkutan umum.
Bapak lima anak tersebut menjelaskan bahwa jumlah sepeda yang diberikan kepada siswa kurang mampu itu jumlahnya sudah mencapai puluhan ribu unit. Menurutnya, jumlah itu anak terus bertambah jika ke depan masih ada siswa yang kurang mampu di Kota Solo. “Saya bagikan sepeda itu saat saya keliling kampung atau kadang ada orang tua wali yang datang langsung ke kantor atau ke rumah dinas. Kalau tidak diberikan, ya kasihan nanti bisa putus sekolah garagara tidak punya uang saku untuk naik angkutan umum,” ucapnya.
Dia berharap, dengan mengenyam pendidikan 12 tahun, ke depannya bisa menjadikan masyarakat Kota Solo yang waras (sehat), wasis (pandai), wareg (kenyang) dan mapan (sejahtera). “Kalau orang memiliki ilmu pasti bisa menjadi orang yang waras, wasis, wareg, dan mapan, itu sudah pasti,” tandasnya.
Arief setiadi
Menurutnya, program pendidikan dasar selama sembilan tahun seperti yang dicanangkan pemerintah dinilai sudah tidak sesuai perkembangan zaman. Di zaman sekarang ini masyarakat harus mampu mengenyam pendidikan hingga bangku sekolah menengah atas. Hal itu agar tidak tertinggal dengan masyarakat lain yang lebih maju dan lebih berkembang.
Pria yang pernah menjabat Wakil Wali Kota Solo pada era Jokowi itu mengakui, untuk mewujudkan wajib belajar 12 tahun, banyak kendala besar yang menghadang. Salah satunya adalah kendala dari sektor ekonomi masyarakat. Banyak warganya yang tidak mampu membiayai anak-anaknya untuk bersekolah hingga jenjang SMA. Hal itu terbukti dari banyaknya orang tua wali murid yang sering mengadu kepada Rudy secara langsung. Jumlah warga yang mengadu itu mencapai ribuan.
Dari jumlah itu, semuanya dilayani dengan baik dan diberikan solusi untuk mengatasi masalahmasalah yang diadukan. Untuk mengatasi persoalan itu, Pemkot Solo menerapkan beberapa kebijakan, di antaranya membuat beberapa sekolah plus. Siswa di sekolah plus tidak perlu mengeluarkan uang untuk membayar buku, seragam, SPP, dan biaya lainnya. Siswa mendapatkan semua fasilitas itu secara gratis. Para siswa tinggal datang dan berkonsentrasi untuk belajar di sekolah kategori plus tersebut.
“Wajib belajar itu 12 tahun dan kami harap semua warga Solo bisa melakukan kewajiban itu,” ucap Rudy. Selain menggratiskan biaya sekolah untuk kategori plus, Rudy juga membagi-bagikan sepeda kepada para siswa yang kurang mampu. Hal itu dilakukan agar para siswa itu tetap berangkat sekolah, meskipun tidak memiliki uang saku untuk naik angkutan umum.
Bapak lima anak tersebut menjelaskan bahwa jumlah sepeda yang diberikan kepada siswa kurang mampu itu jumlahnya sudah mencapai puluhan ribu unit. Menurutnya, jumlah itu anak terus bertambah jika ke depan masih ada siswa yang kurang mampu di Kota Solo. “Saya bagikan sepeda itu saat saya keliling kampung atau kadang ada orang tua wali yang datang langsung ke kantor atau ke rumah dinas. Kalau tidak diberikan, ya kasihan nanti bisa putus sekolah garagara tidak punya uang saku untuk naik angkutan umum,” ucapnya.
Dia berharap, dengan mengenyam pendidikan 12 tahun, ke depannya bisa menjadikan masyarakat Kota Solo yang waras (sehat), wasis (pandai), wareg (kenyang) dan mapan (sejahtera). “Kalau orang memiliki ilmu pasti bisa menjadi orang yang waras, wasis, wareg, dan mapan, itu sudah pasti,” tandasnya.
Arief setiadi
(ars)