Fadli Zon Sebut DPR Tempat Berdebat
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan, DPR sebagai pemegang kedaulatan rakyat memiliki posisi yang sejajar dengan presiden, bukan di bawah presiden.
Menurutnya, kesetaraan posisi membuat DPR bisa mengontrol jalannya pemerintahan, hal ini penting karena jika pemerintah tidak dikontrol, akan muncul pemerintahan yang otoritarian atau dictatorship.
"Itulah sebabnya kami disebut sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)," terang Fadli, dalam kegiatan delegasi yang bertajuk "Temui Wakilmu" yang berlangsung di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis 4 Desember 2014.
Lebih jauh Fadli menjelaskan, munculnya koalisi di DPR merupakan hal yang biasa, karena di DPR sendiri ada fraksi yang berasal dari fraction yang artinya perpecahan.
Serta koalisi atau coallition yang menyatukan fraksi-fraksi itu. Perbedaan pendapat dan perdebatan lumrah terjadi di DPR asalkan itu semua substansial.
"Di sinilah tempat kita berbeda dan memperjuangkan kepentingan masing-masing. Di Inggris bisa sampai tunjuk-tunjukan malah," ungkapnya.
"Yang penting (debat) substansial, tidak sampai balik-balik meja. Karena di DPR menggunakan kelihaian melobi, dan persuasif," tandasnya.
Menurutnya, kesetaraan posisi membuat DPR bisa mengontrol jalannya pemerintahan, hal ini penting karena jika pemerintah tidak dikontrol, akan muncul pemerintahan yang otoritarian atau dictatorship.
"Itulah sebabnya kami disebut sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)," terang Fadli, dalam kegiatan delegasi yang bertajuk "Temui Wakilmu" yang berlangsung di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis 4 Desember 2014.
Lebih jauh Fadli menjelaskan, munculnya koalisi di DPR merupakan hal yang biasa, karena di DPR sendiri ada fraksi yang berasal dari fraction yang artinya perpecahan.
Serta koalisi atau coallition yang menyatukan fraksi-fraksi itu. Perbedaan pendapat dan perdebatan lumrah terjadi di DPR asalkan itu semua substansial.
"Di sinilah tempat kita berbeda dan memperjuangkan kepentingan masing-masing. Di Inggris bisa sampai tunjuk-tunjukan malah," ungkapnya.
"Yang penting (debat) substansial, tidak sampai balik-balik meja. Karena di DPR menggunakan kelihaian melobi, dan persuasif," tandasnya.
(maf)