Warung Penggerak Ekonomi Mikro
A
A
A
Muhammad Luthfi Ersa
Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Jakarta
Masih banyak pusat perbelanjaan di sejumlah kota besar yang dibangun berlogokan produk asing. Pun konsumen yang lebih senang mengonsumsi merek luar negeri.
Ini membuktikan masyarakat Indonesia cenderung konsumtif daripada produktif. Secara filosofis dan historis, kita bahkan bisa mempertanyakan apa sebetulnya yang menjadi identitas ekonomi Indonesia yang khas. Lantas, apakah ada role model ekonomi khas Indonesia? Maka itu, jawabannya adalah warung.
Warung merupakan konsep yang menjadi ciri khas pertokoan Indonesia. Dari kacamata sosiologis, ini labeling masyarakat terhadap definisi pertokoan di Indonesia. Contohnya, orang asing tentu akan menamakan labeling sebuah toko dengan nama ”kafe”, orang Malaysia memiliki definisi toko bernama ”kedai”, sedangkan di Indonesia, sejatinya memiliki konsep yang sangat unik yakni ”warung”.
Sayangnya, masih banyak yang belum melihat bahwa warung merupakan penggerak ekonomi mikro di Indonesia. Selain karena terbentur labeling masyarakat, pun karena rendahnya rasa kebanggaan menggunakan produk lokal, terkesan tidak stylish atau gaul. Ini disebabkan dua hal. Pertama , masyarakat kurang peka bahwa warung dapat menjadi potensi ekonomi yang besar. Kedua , masyarakat memang tidak mengabaikan sebuah orisinalitas sejarah ekonomi Indonesia.
Maka itu, ada dua solusi yang dapat ditawarkan untuk membantu membangun ekonomi Indonesia dengan memanfaatkan konsep warung. Pertama , perlu keberanian, sikap optimistis, dan kesadaran historis untuk mengangkat warung sebagai identitas produk lokal oleh para pengusaha bermodal besar.
Kedua, melalui Kementerian Koperasi dan UMKM dapat menjalankan suatu strategi pemberian dana yang tidak hanya memberikan modal usaha, tetapi juga merangsang daya kreatif para pengusaha di daerah.
Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Jakarta
Masih banyak pusat perbelanjaan di sejumlah kota besar yang dibangun berlogokan produk asing. Pun konsumen yang lebih senang mengonsumsi merek luar negeri.
Ini membuktikan masyarakat Indonesia cenderung konsumtif daripada produktif. Secara filosofis dan historis, kita bahkan bisa mempertanyakan apa sebetulnya yang menjadi identitas ekonomi Indonesia yang khas. Lantas, apakah ada role model ekonomi khas Indonesia? Maka itu, jawabannya adalah warung.
Warung merupakan konsep yang menjadi ciri khas pertokoan Indonesia. Dari kacamata sosiologis, ini labeling masyarakat terhadap definisi pertokoan di Indonesia. Contohnya, orang asing tentu akan menamakan labeling sebuah toko dengan nama ”kafe”, orang Malaysia memiliki definisi toko bernama ”kedai”, sedangkan di Indonesia, sejatinya memiliki konsep yang sangat unik yakni ”warung”.
Sayangnya, masih banyak yang belum melihat bahwa warung merupakan penggerak ekonomi mikro di Indonesia. Selain karena terbentur labeling masyarakat, pun karena rendahnya rasa kebanggaan menggunakan produk lokal, terkesan tidak stylish atau gaul. Ini disebabkan dua hal. Pertama , masyarakat kurang peka bahwa warung dapat menjadi potensi ekonomi yang besar. Kedua , masyarakat memang tidak mengabaikan sebuah orisinalitas sejarah ekonomi Indonesia.
Maka itu, ada dua solusi yang dapat ditawarkan untuk membantu membangun ekonomi Indonesia dengan memanfaatkan konsep warung. Pertama , perlu keberanian, sikap optimistis, dan kesadaran historis untuk mengangkat warung sebagai identitas produk lokal oleh para pengusaha bermodal besar.
Kedua, melalui Kementerian Koperasi dan UMKM dapat menjalankan suatu strategi pemberian dana yang tidak hanya memberikan modal usaha, tetapi juga merangsang daya kreatif para pengusaha di daerah.
(ars)