Munas Golkar Dijaga Ekstraketat

Minggu, 30 November 2014 - 11:03 WIB
Munas Golkar Dijaga Ekstraketat
Munas Golkar Dijaga Ekstraketat
A A A
JAKARTA - Musyawarah Nasional (Munas) IX Partai Golkar di Nusa Dua, Bali, hari ini resmi dibuka Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical). Munas yang digelar di tengah kondisi internal partai yang kisruh ini berlangsung dalam penjagaan ekstraketat.

Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Fadel Muhammad mengaku kemarin telah berada di Bali untuk mengikuti munas yang akan dibuka nanti malam sekitar pukul 20.00 Wita. ”Peserta munas sejauh ini sudah banyak yang datang ke Nusa Dua. Mereka datang lebih awal untuk melakukan pendaftaran,” ujarnya.

Fadel mengaku semua persiapan munas berjalan dengan baik, termasuk pengamanan. Berdasarkan hasil rapat panitia pelaksana munas dengan aparat keamanan, diperoleh informasi bahwa ada lima lapis pengamanan. Lapis pertama, kata Fadel, pengamanan akan diisi satuan tugas (satgas) yang ditempatkan di sejumlah ruangan di dalam gedung.

Lapis kedua akan diisi tokoh-tokoh adat setempat di Bali yang juga ikut membantu pengamanan. Adapun lapis ketiga akan diisi aparat keamanan dari Polri dan TNI. ”Kami belum bisa menyebutkan berapa jumlah personel yang diturunkan kedua institusi tersebut, yang jelas semuanya telah siap. Mereka akan berjaga di sejumlah akses masuk,” ujarnya.

Lapis keempat akan diisi ormas di lingkungan Partai Golkar, sedangkan lapis kelima diisi ormas pendukung lainnya. ”Pemisahan antarormas tersebut untuk mengenal siapa saja yang menghadiri kegiatan munas ini,” kata Fadel. Munas IX Golkar digelar di tengah kemelut yang melanda partai beringin ini.

Sebagian kader yang dimotori Wakil Ketua Umum Agung Laksono menolak Munas Bali. Bahkan kubu Agung yang telah membentuk Presidium Penyelamatan Partai telah menonaktifkan Ical dan Idrus Marham sebagai ketua umum dan sekretaris jenderal DPP Golkar.

Mengenai upaya islah antara kubu Ical dengan kubu Agung yang tengah dibangun Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Golkar Akbar Tanjung, Fadel mengaku sangat mendukung demi menghindari perpecahan partai. Namun upaya islah tersebut menurutnya tidak menghalangi pelaksanaan munas yang akan berlangsung hingga 3 Desember.

”Islah itu bagus, saya mendukungnya. Islah merupakan langkah yang bagus untuk bersatu kembali,” jelasnya. Ketua Wantim Golkar Akbar Tanjung menyatakan, seluruh anggota Wantim akan menghadiri munas di Bali. ”Iya, kawankawan dari Wantim sepakat bahwa sebaiknya kita hadir. Sebelumnya kita menggelar rapat dan membahas soal itu,” ujarnya di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta, Jumat (28/11) malam.

Akbar mengakui, munas di Bali telah dipersiapkan dengan baik dan cukup matang karena sudah direncanakan sejak lama. Termasuk materi-materi yang akan dibahas pada munas tersebut telah siap. Menurut dia, sebelumnya Ical telah mematuhi keinginan agar munas digelar pada 2015, tetapi dalam perkembangannya ada desakan dari dewan pimpinan daerah (DPD) agarmunas dipercepat dengan pertimbangan banyak agenda yang harus diselesaikan pada 2015.

Salah satu calon ketua umum Golkar Hajriyanto Thohari mengaku akan berusaha menghadiri munas di Bali. Hajriyanto termasuk yang berseberangan dengan Ical dan menolak pelaksanaan munas dipercepat. ”Ya, akan diusahakan datang,” ujarnya saat dihubungi lewat telepon kemarin. Adapun Agung Laksono yang juga calon ketua umum menegaskan dirinya tidak akan menghadiri Munas Bali karena menilai tidak sesuai dengan konstitusi partai.

Dia tetap menginginkan penyelenggaraan munas dilakukan pada Januari 2015. ”Tidak, saya tidak akan hadir karena itu ilegal. Tapi saya belum tahu bagaimana dengan calon ketua umum lainnya apakah akan hadir atau tidak,” jelasnya. Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto menilai, jika para calon ketua umum Golkar tidak hadir pada munas di Bali, peluang Ical untuk terpilih sangat besar.

Persoalannya, kata dia, apakah terpilihnya Ical kembali akan menghasilkan rasa kebersamaan terhadap kader lain. Tidak dapat dimungkiri, sambung Gun Gun, Golkar berada di papan atas dalam setiap pemilu karena dimenangkan faktor historis sebagai partai yang berkibar di zaman Orde Baru dan bukan karena identitas kepartaian yang kuat.

Tidak kuatnya identitas tersebut membuat partai rawan konflik sehingga akhirnya memunculkan partai-partai baru seperti Hanura, Gerindra, dan NasDem. Ada dua solusi untuk mengatasi konflik yang terjadi di tubuh Golkar; pertama, dua kubu bersepakat dalam menentukan waktu pelaksanaan munas, kedua, tokoh-tokoh senior Golkar harus turun tangan mengatasi konflik ini.

”Kalau tidak, ini akan menjadi titik didih, sebab semua tokoh Golkar adalah politisi kawakan yang memiliki jejaring yang kuat,” ucapnya.

Sucipto
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1384 seconds (0.1#10.140)