Naik Becak Motor dan Beri Kado Warga Pinggiran
A
A
A
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa melakukan kunjungan kerja sehari di Kota Makassar kemarin. Kedatangannya di Kota Daeng tersebut adalah pertama kalinya sejak dia dipercaya menjadi menteri dalam kabinet pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Meski perdana, Khofifah tak canggung langsung blusukan ke tempat-tempat kumuh. Pilihannya kemarin adalah kawasan permukiman padat di pinggir Sungai Karuwisi. Di tempat ini, tokoh perempuan yang dikenal sederhana ini menemui lima warga sangat miskin penerima kartu Program Keluarga Harapan (PKH).
Khofifah yang diikuti rombongan dari Kementerian Sosial dan Dinas Sosial tiba di Jalan Inspeksi Kanal, Kelurahan Karuwisi, Kecamatan Rappocini sekitar pukul 15.00 Wita. Dengan menggunakan pakaian atasan batik bermotif kembang dengan bawahan celana hitam plus dipadu jilbab kuning, Khofifah memasuki areal kanal Sungai Karuwisi. Untuk masuk dalam gang-gang kawasan ini dia menumpang bentor (becak motor), salah satu moda transportasi umum yang banyak digunakan warga Makassar.
Setiba di dekat rumah yang bakal dikunjungi, warga berebut menyalaminya. Rumah milik Armawati, Hanisa, dan Diana adalah di antara tujuan kunjungannya. Satu per satu rumah yang masuk keluarga prasejahtera ini pun dikunjunginya. Di salah satu rumah, Ketua Umum Muslimat NU ini berdialog langsung dengan penghuni rumah. Bahkan Khofifah tak canggung menggendong balita di salah satu rumah. Tangisan balita yang kencang tak pula menyurutkan untuk cepat-cepat melepaskannya.
Di dalam rumah yang sempit serta penerangan minim tersebut, Mensos terus berbincang hangat menanyakan sejumlah hal, termasuk kemanfaatan dari PKH. Setelah dianggap cukup bisa blusukan langsung dengan penerima PKH, Khofifah pun pamit. Kepada penghuni rumah, dia juga menghadiahi bingkisan kado. Di tengah rasa bahagia bercampur haru, beberapa warga tampak berkaca-kaca matanya.
“Kedatangan saya di Makassar ingin mendengar langsung dari pendamping PKH dalam rangka menyiapkan penyempurnaan variabel PMKS (penyandang masalah kesejahteraan sosial). Mereka akan mendapatkan kartu perlindungan sosial yang akan diberlakukan 2015 mendatang,” terangnya.
Dari pantauannya, Khofifah mengungkapkan masih banyak ditemukan data kategori warga miskin yang tidak tepat sasaran. Dia juga menemukan kategori penerima yang belum memiliki identitas atau KTP, tidak memiliki bantuan sosial, bahkan rumah huniannya tidak layak.
“Penerima PKH yang rumahnya tidak layak huni ini harus menjadi pengawasan. Mereka akan ditindaklanjuti dengan program penyemenan lantai. Sekarang bukan hanya anak-anak yang kena cacingan, tapi orang dewasa juga. Ini penyempurnaan penting program ke depan,” ujar mantan calon gubernur Jawa Timur ini. Menurut Khofifah, data rumah tangga miskin sangat diharapkan bisa tepat sasaran dalam memberikan jaminan kepada penerima kartu yang dalam bahasa publik disebut “kartu sakti”, yakni Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, dan Kartu Keluarga Sejahtera.
“Data valid dinas sosial sangat diharapkan. Selain data yang dilansir bagi penerima kartu sebanyak 86,4 juta. Dinas sosial bisa fokus untuk jumlah yang ditetapkan PMKS yang tidak terdaftar 1,7 juta jiwa,” sebutnya. Menurut Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini, ada tiga grand strategy dalam penanganan kemiskinan, yaitu memberdayakan masyarakat miskin berbasis desa/kelurahan, mengintegrasikan program kemiskinan hingga ke kecamatan, dan memperkuat kapasitas kelembagaan dalam penanganan kemiskinan.
Untuk membantu mengangkat derajat mereka, pemerintah bertekad secara bertahap memberikan bantuan. Jumriati, 24, salah satu penerima PKH, mengaku bantuan dari program ini sangat membantunya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dia mengaku sudah menerima bantuan ini sejak 2000 dengan kategori bantuan anak balita, kesehatan, dan pendidikan. ●
Andi Ilham
Makassar
Meski perdana, Khofifah tak canggung langsung blusukan ke tempat-tempat kumuh. Pilihannya kemarin adalah kawasan permukiman padat di pinggir Sungai Karuwisi. Di tempat ini, tokoh perempuan yang dikenal sederhana ini menemui lima warga sangat miskin penerima kartu Program Keluarga Harapan (PKH).
Khofifah yang diikuti rombongan dari Kementerian Sosial dan Dinas Sosial tiba di Jalan Inspeksi Kanal, Kelurahan Karuwisi, Kecamatan Rappocini sekitar pukul 15.00 Wita. Dengan menggunakan pakaian atasan batik bermotif kembang dengan bawahan celana hitam plus dipadu jilbab kuning, Khofifah memasuki areal kanal Sungai Karuwisi. Untuk masuk dalam gang-gang kawasan ini dia menumpang bentor (becak motor), salah satu moda transportasi umum yang banyak digunakan warga Makassar.
Setiba di dekat rumah yang bakal dikunjungi, warga berebut menyalaminya. Rumah milik Armawati, Hanisa, dan Diana adalah di antara tujuan kunjungannya. Satu per satu rumah yang masuk keluarga prasejahtera ini pun dikunjunginya. Di salah satu rumah, Ketua Umum Muslimat NU ini berdialog langsung dengan penghuni rumah. Bahkan Khofifah tak canggung menggendong balita di salah satu rumah. Tangisan balita yang kencang tak pula menyurutkan untuk cepat-cepat melepaskannya.
Di dalam rumah yang sempit serta penerangan minim tersebut, Mensos terus berbincang hangat menanyakan sejumlah hal, termasuk kemanfaatan dari PKH. Setelah dianggap cukup bisa blusukan langsung dengan penerima PKH, Khofifah pun pamit. Kepada penghuni rumah, dia juga menghadiahi bingkisan kado. Di tengah rasa bahagia bercampur haru, beberapa warga tampak berkaca-kaca matanya.
“Kedatangan saya di Makassar ingin mendengar langsung dari pendamping PKH dalam rangka menyiapkan penyempurnaan variabel PMKS (penyandang masalah kesejahteraan sosial). Mereka akan mendapatkan kartu perlindungan sosial yang akan diberlakukan 2015 mendatang,” terangnya.
Dari pantauannya, Khofifah mengungkapkan masih banyak ditemukan data kategori warga miskin yang tidak tepat sasaran. Dia juga menemukan kategori penerima yang belum memiliki identitas atau KTP, tidak memiliki bantuan sosial, bahkan rumah huniannya tidak layak.
“Penerima PKH yang rumahnya tidak layak huni ini harus menjadi pengawasan. Mereka akan ditindaklanjuti dengan program penyemenan lantai. Sekarang bukan hanya anak-anak yang kena cacingan, tapi orang dewasa juga. Ini penyempurnaan penting program ke depan,” ujar mantan calon gubernur Jawa Timur ini. Menurut Khofifah, data rumah tangga miskin sangat diharapkan bisa tepat sasaran dalam memberikan jaminan kepada penerima kartu yang dalam bahasa publik disebut “kartu sakti”, yakni Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, dan Kartu Keluarga Sejahtera.
“Data valid dinas sosial sangat diharapkan. Selain data yang dilansir bagi penerima kartu sebanyak 86,4 juta. Dinas sosial bisa fokus untuk jumlah yang ditetapkan PMKS yang tidak terdaftar 1,7 juta jiwa,” sebutnya. Menurut Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini, ada tiga grand strategy dalam penanganan kemiskinan, yaitu memberdayakan masyarakat miskin berbasis desa/kelurahan, mengintegrasikan program kemiskinan hingga ke kecamatan, dan memperkuat kapasitas kelembagaan dalam penanganan kemiskinan.
Untuk membantu mengangkat derajat mereka, pemerintah bertekad secara bertahap memberikan bantuan. Jumriati, 24, salah satu penerima PKH, mengaku bantuan dari program ini sangat membantunya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dia mengaku sudah menerima bantuan ini sejak 2000 dengan kategori bantuan anak balita, kesehatan, dan pendidikan. ●
Andi Ilham
Makassar
(ars)