Peluang Industri Packaging

Minggu, 16 November 2014 - 08:18 WIB
Peluang Industri Packaging
Peluang Industri Packaging
A A A
Prospek industri packaging bakal terus bersinar seiring gaya hidup masyarakat yang terus berubah. Prospek cerah tersebut ditopang pula oleh prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin baik yakni rata-rata 5,9% pada 10 tahun terakhir masa pemerintahan SBY.

Sementara pemerintahan baru Presiden Joko Widodo mematok pencapaian 7% pada 2015, sebuah optimisme yang melebihi target pertumbuhan 6% yang dicanangkan pemerintahan sebelumnya.

Harapan pencapaian 7% bukan isapan jempol mengingat visi pembangunan pemerintahan baru yang ingin menggenjot pembangunan infrastruktur. Pembangunan tol laut (pembangunan lima pelabuhan besar) salah satu contohnya akan membuka akses hingga ke daerah-daerah terisolasi. Menurut teori, peningkatan pembangunan infrastruktur akan memacu pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya pertumbuhan ekonomi akan menggairahkan dunia usaha, baik usaha skala rumahan, kecil, maupun menengah. Dengan begitu, pada ujungnya terjadi peningkatan kesejahteraan, daya beli, serta berimplikasi pada perubahan gaya hidup masyarakat.

Buku The Art of Packaging: Mengenal Metode, Teknik dan Strategi Pengemasan Produk untuk Branding dengan Hasil Maksimal karya Sri Julianti menegaskan bahwa prospek industri packaging ke depan akan terus meningkat seiring pertumbuhan industri manufaktur. Tak hanya itu, sektor lain yang terus bertumbuh seperti industri kreatif, industri rumahan untuk makanan siap saji, pertanian, perkebunan buah-buahan, dan sayur-sayuran juga akan mendorong pertumbuhan industri packaging.

Menurut data Indonesian Packaging Directory, di Indonesia saat ini terdapat industri skala kecil seperti penggilingan beras sebanyak 8.302, kerupuk sebanyak 5.471, dan pabrik kedelai lebih kurang 3.011. Perusahaan makanan yang terbanyak dan menduduki urutan pertama adalah pengolahan ikan sebanyak 649, disusul oleh minyak goreng sebanyak 477.

Dengan pertumbuhan industri skala kecil, menengah, dan rumahan tersebut, prospek industri packaging juga akan terus meningkat. (halaman 26) Hanya, persoalannya –sekaligus menjadi tantangan- pertama, pelaku usaha di sektor informal, industri kecil, menengah, dan industri rumahan belum menyadari sepenuhnya peran dan fungsi strategis packaging. Kedua, ketersediaan tenaga ahli yang belum mencukupi.

Saat ini, menurut Julianti, para pelaku industri masih berjuang keras untuk meningkatkan pengetahuan, teknologi, fasilitas, dan kualitas sesuai standar. Ketiga, modal untuk mengembangkan industri tersebut supaya mencapai standar internasional. Harapannya, dengan tenaga ahli yang memiliki pengetahuan dan praktik lapangan yang memadai industri skala rumahan, kecil, dan menengah dapat tumbuh menjadi industri skala besar. Akhirnya kebangkitan industri skala kecil dan menengah mendorong pertumbuhan ekonomi.

Buku ini sesungguhnya tidak hanya memperlihatkan prospek industri packaging. Lebih dari itu, The Art of Packaging memberikan sumbangan berharga yakni berupaya menjawab tantangan di atas. Buku ini membuka mata dan pikiran mengenai peluang besar di bidang industri packaging. Negara kelautan yang ditaburi 17.000 pulau dengan mobilitas penduduk yang tinggi, warisan kekayaan kuliner, serta tradisi mudik, kebiasaan saling mengunjung dan tukar kado merupakan anugerah tak ternilai.

Industri packaging, dengan demikian, akan hidup di tengah masyarakat Indonesia meski saat ini belum disadari betul perannya. Karena itu, mula-mula penulis mengurai secara garis besar tentang packaging dan sejarahnya. Diuraikan pula bagaimana mendisain kemasan hingga bagaimana memasarkannya.

Hal penting lain yang juga diulas Julianti adalah bagaimana proses printing serta mendisain kemasan agar lebih cantik dan menarik. Tak hanya dari sisi menarik, tapi aspek kualitas juga diuraikan dalam bab bertajuk Quality Management (bab 14). Keselamatan konsumen juga diurai dalam buku ini.

Dengan prinsip konsumen adalah ‘raja’, penyelamatan dan pemuliaan terhadap sang ‘raja’ itu diutamakan. Packaging, dalam hal ini berkaitan dengan tanggung jawab terhadap dampak kemasan terhadap lingkungan. Topik ini dibahas dalam bab 16. Sementara pada bab 17 penulis menjabarkan ihwal yang sangat teknis dan detil yakni mengenai pengetahuan praktis yang dapat menunjang bisnis.

Julianti menguraikan bagaimana proses penentuan harga kemasan sebagai bekal usaha dalam menentukan dan memilih harga kemasan produk-produk. Lalu bab 18 –bertajuk Mempersiapkan Tenaga Ahli Packaging memberikan solusi untuk mengatasi tantangan ketidaktersediaan tenaga ahli di bidang packaging. Bab ini membahas cara-cara pelatihan dan profesi ahli kemasan. Bab 19 menegaskan bahwa dunia packaging memiliki prospek sangat besar ke depannya.

Bab ini fokus mengurai peluang dan bagai-mana menjadi pemasok atau contract manufacturing bagi perusahaan yang membutuhkan layanan kemasan. Konten dan uraian dalam buku ini begitu menarik karena ditulis oleh orang yang memang sudah mengetahui seluk beluk dunia packaging. Pengetahuan teoretisnya ditopang oleh pengalaman empirisnya.

“Saya sudah menjadikan semua hasil pengamatan selama berpuluh tahun dan penguat atas teori-teori dan strategi pengemasan yang saya dapatkan dari berbagai pelatihan baik dalam maupun di luar negeri,” tulisnya dalam bagian pembukaan buku ini.
Donatus Nador
Wartawan KORAN SINDO
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6525 seconds (0.1#10.140)