Riki Maulana Hanya Bisa Tergolek di Tempat Tidur
A
A
A
KARAWANG - Riki Maulana hanya bisa terbaring di tempat tidur seumur hidupnya. Bocah berusia 14 tahun asal Kabupaten Karawang itu tak bisa melakukan kegiatan apa pun seperti anak-anak lain seusianya menyusul kondisi fisiknya yang tidak normal akibat gizi buruk.
Ya, Riki memang mengalami masalah dengan fisiknya setelah berusia satu tahun. Dua kakinya lumpuh dengan kondisi memprihatinkan. Begitu juga tubuhnya sangat jauh berbeda dari ukuran fisik anak usia 14 tahun. Berat badannya hanya 7 kg dengan tinggi badan yang sangat jauh dari ideal. Tak pelak, dia hanya bisa terkulai lemas di tempat tidurnya.
”Sebetulnya saat dia lahir kondisi fisiknya normal seperti bayi pada umumnya. Tapi, ketika Riki berusia beberapa bulan, ibunya pergi menjadi TKI di Arab Saudi. Sejak itu dia tinggal dan diurus kakek-neneknya dan saya. Ibunya juga hingga kini belum pulang-pulang dari sana, bahkan tidak ada kabar beritanya sama sekali,” ungkap bibi Riki, Ida Rosidah.
Sejak kepergian ibunya ke Arab Saudi menjadi tenaga kerja Indonesia, Riki memang tinggal di rumah kakek-neneknya di Dusun Cibatu, Desa Kutamakmur, Kecamatan Tirtajaya, Karawang, Jawa Barat. Namun, lantaran keterbatasan pengetahuan dan ekonomi, dia tidak dirawat secara maksimal.
”Mereka (kakek-nenek Riki) orang tak punya, jadi sejak bayi, Riki hanya diberi makanan dan susu ala kadarnya. Bahkan susu yang diberikan kepada Riki sejak bayi hanya susu sasetan kental yang biasa dikonsumsi orang dewasa,” lanjut Ida.
Tentu, kakek-nenek Riki bukan tak mau memberi asupan makanan bergizi dan susu formula kepada sang cucu. Mereka memang tidak mampu berbuat banyak karena masalah ekonomi. Pasangan renta ini hanyalah buruh tani yang berpenghasilan sangat minim. Tidur pun hanya beralaskan tikar seadanya. Sementara sang ayah, Junaedi, hanya bekerja serabutan dengan menjadi kernet bus di Jakarta.
”Perubahan kondisi fisik Riki terlihat pada waktu dia berusia satu tahun. Kaki dan tangannya mengecil, tapi kepalanya membesar. Kami juga tak bisa berbuat apa-apa. Jangankan membawa ke rumah sakit, ke puskesmas pun kami tak mampu,” kata Ida. Hingga makin besar, kondisi Riki makin memprihatinkan.
Dia bukan tumbuh normal, malah sebaliknya, tak bisa berjalan dan menggerakkan dua tangan. Yang bisa dikakukan hanyalah tergeletak di atas tempat tidur. Persoalan gizi buruk di Karawang bukan sekali ini terjadi, bahkan berlangsung sejak lama. Dalam catatan Dinas Kesehatan Karawang pada 2013, kasus gizi buruk di daerah itu mencapai 63 kasus. Jumlah itu turun drastis ketimbang 2010 yang mencapai 113 kasus. ?M Bayu hidayah/ant
Ya, Riki memang mengalami masalah dengan fisiknya setelah berusia satu tahun. Dua kakinya lumpuh dengan kondisi memprihatinkan. Begitu juga tubuhnya sangat jauh berbeda dari ukuran fisik anak usia 14 tahun. Berat badannya hanya 7 kg dengan tinggi badan yang sangat jauh dari ideal. Tak pelak, dia hanya bisa terkulai lemas di tempat tidurnya.
”Sebetulnya saat dia lahir kondisi fisiknya normal seperti bayi pada umumnya. Tapi, ketika Riki berusia beberapa bulan, ibunya pergi menjadi TKI di Arab Saudi. Sejak itu dia tinggal dan diurus kakek-neneknya dan saya. Ibunya juga hingga kini belum pulang-pulang dari sana, bahkan tidak ada kabar beritanya sama sekali,” ungkap bibi Riki, Ida Rosidah.
Sejak kepergian ibunya ke Arab Saudi menjadi tenaga kerja Indonesia, Riki memang tinggal di rumah kakek-neneknya di Dusun Cibatu, Desa Kutamakmur, Kecamatan Tirtajaya, Karawang, Jawa Barat. Namun, lantaran keterbatasan pengetahuan dan ekonomi, dia tidak dirawat secara maksimal.
”Mereka (kakek-nenek Riki) orang tak punya, jadi sejak bayi, Riki hanya diberi makanan dan susu ala kadarnya. Bahkan susu yang diberikan kepada Riki sejak bayi hanya susu sasetan kental yang biasa dikonsumsi orang dewasa,” lanjut Ida.
Tentu, kakek-nenek Riki bukan tak mau memberi asupan makanan bergizi dan susu formula kepada sang cucu. Mereka memang tidak mampu berbuat banyak karena masalah ekonomi. Pasangan renta ini hanyalah buruh tani yang berpenghasilan sangat minim. Tidur pun hanya beralaskan tikar seadanya. Sementara sang ayah, Junaedi, hanya bekerja serabutan dengan menjadi kernet bus di Jakarta.
”Perubahan kondisi fisik Riki terlihat pada waktu dia berusia satu tahun. Kaki dan tangannya mengecil, tapi kepalanya membesar. Kami juga tak bisa berbuat apa-apa. Jangankan membawa ke rumah sakit, ke puskesmas pun kami tak mampu,” kata Ida. Hingga makin besar, kondisi Riki makin memprihatinkan.
Dia bukan tumbuh normal, malah sebaliknya, tak bisa berjalan dan menggerakkan dua tangan. Yang bisa dikakukan hanyalah tergeletak di atas tempat tidur. Persoalan gizi buruk di Karawang bukan sekali ini terjadi, bahkan berlangsung sejak lama. Dalam catatan Dinas Kesehatan Karawang pada 2013, kasus gizi buruk di daerah itu mencapai 63 kasus. Jumlah itu turun drastis ketimbang 2010 yang mencapai 113 kasus. ?M Bayu hidayah/ant
(bbg)