Yapto Kembali Pimpin Pemuda Pancasila
A
A
A
JAKARTA - Ketum Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila (PP), Yapto S Soerjosemarno kembali terpilih sebagai Ketua Umum MPN periode 2014-2019. Dalam Musyawarah Besar (Mubes) IX PP yang dihadiri lebih kurang 1400 utussan se-Indonesia.
Peserta Mubes terdiri dari Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW), Majelis Pimpinan Cabang (MPC) seluruh Indonesia dan Perwakilan Luar Negeri secara aklamasi meminta kembali Yapto untuk kembali memimpin PP.
Setelah Yapto ditetapkan melalui Sidang Majelis Pleno yang dipimpin oleh Ketua MPN PP, Gunung Hutapea melalui Keputusan Nomor 10/KPTS/MUBES-IX PP/XI/2014 tentang Masa Bhakti 2014-2019.
"Saya hormati keputusan demokratis ini, meski di sisi lain mungkin ada persoalan soal kaderisasi," ujar Yapto dalam rilisnya yang diterima Sindonews, Minggu 9 November 2014.
"Sejak tahun 1990 sebenarnya saya sudah meminta adanya pergantian kepemimpinan di PP. Sayangnya, gagasan itu tidak direspon secara positif oleh kader PP dan hal itu berlangsung hingga pada pemilihan Mubes ke- IX di Kota Batu, Malang ini yang akhirnya meminta kembali saya memimpin PP," imbuhnya.
Pria yang hobby berburu dan diving ini mengakui sedih dan senang memimpin kembali PP. Sedihnya, karena orang luar akan menilai PP belum jalan dengan baik sistem kaderisasinya. Apalagi Ketumnya, sudah tidak muda lagi dan usianya sudah di atas 40 tahun yang memimpin Ormas berbasis kepemudaan.
"Senangnya, saya selalu berada dengan keluarga besar PP dan saya berjanji tidak akan mengecewakan anda," ujar Yapto.
Kepada ribuan peserta Mubes, Yapto minta syarat untuk memimpin. Syaratnya yaitu, kepemimpinannya ini merupakan yang terakhir kalinya. Dan sepanjang kepemimpinan ini dirinya minta untuk dinilai.
"Pemimpin organisasi merupakan guru, murid, pengawas, dan keberhasilannya bukan hasil dari kepentingan politik karena seringnya bertemu dengan pejabat," katanya.
Yapto juga meminta, agar ke depan, PP harus bisa menonjolkan kader-kader yang memiliki reputasi di bidang ilmu pengetahuan, tokoh-tokoh pengusaha, dan bukan melulu menampilkan kader PP yang jadi bupati, wali kota atau anggota legislatif.
Dia berpesan, manusia mati akan meninggalkan amal dan amal itu harus ditulis dengan tinta emas. Yapto meminta agar seluruh jenjang organisasi di level manapun perjalanan organisasinya ditulis dengan tinta emas.
"Jangan jadi pengekor atau penjilat. Saya juga meminta, agar kader PP agar bersikap tegas kepada pemerintah, pengganggu keamanan bangsa, para kapitalis yang merusak, aliran yang menganggu ketentraman, dan ilmu yang menjerumuskan. Saya menerima amanah ini den gan penuh tanggungjhawab, dan akan menyusun kepengurusan MPN dalam tempo 1 bulan," katanya.
Peserta Mubes terdiri dari Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW), Majelis Pimpinan Cabang (MPC) seluruh Indonesia dan Perwakilan Luar Negeri secara aklamasi meminta kembali Yapto untuk kembali memimpin PP.
Setelah Yapto ditetapkan melalui Sidang Majelis Pleno yang dipimpin oleh Ketua MPN PP, Gunung Hutapea melalui Keputusan Nomor 10/KPTS/MUBES-IX PP/XI/2014 tentang Masa Bhakti 2014-2019.
"Saya hormati keputusan demokratis ini, meski di sisi lain mungkin ada persoalan soal kaderisasi," ujar Yapto dalam rilisnya yang diterima Sindonews, Minggu 9 November 2014.
"Sejak tahun 1990 sebenarnya saya sudah meminta adanya pergantian kepemimpinan di PP. Sayangnya, gagasan itu tidak direspon secara positif oleh kader PP dan hal itu berlangsung hingga pada pemilihan Mubes ke- IX di Kota Batu, Malang ini yang akhirnya meminta kembali saya memimpin PP," imbuhnya.
Pria yang hobby berburu dan diving ini mengakui sedih dan senang memimpin kembali PP. Sedihnya, karena orang luar akan menilai PP belum jalan dengan baik sistem kaderisasinya. Apalagi Ketumnya, sudah tidak muda lagi dan usianya sudah di atas 40 tahun yang memimpin Ormas berbasis kepemudaan.
"Senangnya, saya selalu berada dengan keluarga besar PP dan saya berjanji tidak akan mengecewakan anda," ujar Yapto.
Kepada ribuan peserta Mubes, Yapto minta syarat untuk memimpin. Syaratnya yaitu, kepemimpinannya ini merupakan yang terakhir kalinya. Dan sepanjang kepemimpinan ini dirinya minta untuk dinilai.
"Pemimpin organisasi merupakan guru, murid, pengawas, dan keberhasilannya bukan hasil dari kepentingan politik karena seringnya bertemu dengan pejabat," katanya.
Yapto juga meminta, agar ke depan, PP harus bisa menonjolkan kader-kader yang memiliki reputasi di bidang ilmu pengetahuan, tokoh-tokoh pengusaha, dan bukan melulu menampilkan kader PP yang jadi bupati, wali kota atau anggota legislatif.
Dia berpesan, manusia mati akan meninggalkan amal dan amal itu harus ditulis dengan tinta emas. Yapto meminta agar seluruh jenjang organisasi di level manapun perjalanan organisasinya ditulis dengan tinta emas.
"Jangan jadi pengekor atau penjilat. Saya juga meminta, agar kader PP agar bersikap tegas kepada pemerintah, pengganggu keamanan bangsa, para kapitalis yang merusak, aliran yang menganggu ketentraman, dan ilmu yang menjerumuskan. Saya menerima amanah ini den gan penuh tanggungjhawab, dan akan menyusun kepengurusan MPN dalam tempo 1 bulan," katanya.
(mhd)