Mahasiswa S-2 UGM Tewas di Semeru
A
A
A
LUMAJANG - Mahasiswa S-2 Universitas Gadjah Mada (UGM) Achmad Fauzy, 32, ditemukan tewas di kawasan Arcopodo Gunung Semeru, Jawa Timur, Senin (3/11) malam.
Pendaki asal Aceh itu meninggal tertimpa longsoran batu saat menanjak di Watu Gede atau 400 meter dari puncak Mahameru. Berdasarkan informasi yang ada, Fauzy, pendaki asal Desa Tulaan, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh, itu melakukan pendakian bersama rekan-rekan kuliahnya sesama S-2UGM kegunung yang berketinggian 3.676 meter (dpl) pada Minggu (2/11). Salah satu rekannya yangikut pendakian, Dedi, menceritakan, tiga anggota rombongan bermalam di Ranu Kumbolo, yaitu sumber air bersih yang terletak di ketinggian 2.400 meter dpl.
Sementara tiga lainnya meneruskan perjalanan ke Kalimati, yang merupakan batas pendakian terakhir dari puncak Mahameru. Bahkan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan pendakian Semeru hingga Kalimati karena status gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang-Malang itu masih waspada.
Jadi, masyarakat atau pendaki tidak boleh melakukan aktivitas di radius empat kilometer dari Mahameru. “Sesampainya di Kalimati pada Minggu (2/11), dia (Fauzy) bersikeras melanjutkan perjalanan ke puncak Mahameru, meski angin cukup kencang,” ungkap Dedi yang menemani pendakian Fauzy ke Kalimati, kemarin. Menurut Dedi, Fauzy kemudian melanjutkan pendakian ke Mahameru. Saat berada di Watu Gede yang berjarak 400 meter dari puncak Mahameru, terjadi longsoran batu sepanjang satu meterdiatasnya.
Longsoran batu tersebut tepat mengenai leher dan kepala belakang korban (Fauzy), hingga membuatnya terjatuh berguling-guling dan hidungnya mengeluarkan darah. Dedi dan rekan korban lainnya, Ali Akbar Hasibuan, memang berusaha menolong korban. Namun, nyawa Fauzy tidak terselamatkan dan meninggal di tempat kejadian. “Kami sendiri bertahan hingga cuaca reda. Sekitar petang hari, Ali turun dan melaporkan kejadian itu ke petugas di Pos Ranu Pani (Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang),” ungkap Dedi.
Kepala Resort Ranu Pani, Balai Besar Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (TNBTS) Toni Artaka mengaku menerima laporan terkait kejadian ini pada Senin (3/11) sore sekitar pukul 17.00 WIB. “Laporan tersebut disampaikan Ali Akbar Hasibuan, teman mendaki korban. Kami langsung menyiapkan tim melakukan proses evakuasi,” tutur Toni. Tim evakuasi yang beranggotakan 13 orang terdiri dari petugas Balai Besar TNBTS, para porter, dan pecinta alam, berangkat dari Pos Ranu Pani sekitar pukul 17.30 WIB. Beratnya medan yang harus ditempuh dan badai di kawasan puncak membuat proses evakuasi membutuhkan waktu sekitar 15 jam.
Jenazah korban baru berhasil dievakuasi sampai di Ranu Pani pada Selasa (4/11) sekitar pukul 09.00 WIB. Jenazah langsung dibawa ke kamar jenazah Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang dan tiba di kamar jenazah sekitar pukul 13.30 WIB. Rencananya, jenazah akan diterbangkan ke Aceh, hari ini. Salah seorang pendaki Gunung Semeru, Rahardian Septa, mengakusempatbertemu rombongan korban di kawasan Kalimati.
“Saat itu rekan-rekan korban sudah memberitahukan kalau korban telah meninggal dunia dan meminta bantuan menghubungi pos Ranu Pani. Tetapi, karena sulit sinyal, akhirnya kami turun dengan berjalan kaki untuk melaporkan kejadian ini,” ujarnya. Kepala Balai Besar TNBTS Ayu Dewi Utari menambahkan, Fauzy terlalu memaksakan diri untuk naik ke puncak Semeru. Padahal, itu adalah kawasan berbahaya bagi pendaki. “Kami sudah mengimbau kepada seluruh pendaki untuk mematuhi rekomendasi TNBTS dengan batas pendakian di Kalimati saja dan tidak boleh ke Mahameru karena berbahaya.
Namun, hal itu sering diabaikan para pendaki,” kata Ayu. Ayu menambahkan, sejak status Semeru menjadi Waspada II pada dua tahun lalu, pihaknya memang sudah mengingatkan agar pendakian hanya sampai di Kalimati. Jika memaksakan diri tetap naik, risiko akan terjadi. Dan itu memang terjadi dengan Fauzy.
Di sisi lain, Staf Bagian Kemahasiswaan Fakultas Teknik Elektro UGM Yogyakarta Soni Anugrahanto menyampaikan bahwa Fauzy tercatat sebagai mahasiswa Pascasarjana UGM Yogyakarta, Jurusan Teknik Elektro Bidang Chief Information Officer tahun angkatan 2013. “Dia merupakan staf Sekretariat DPRA Aceh Singkil yang mendapat beasiswa (pascasarjana) dari Program Chief Information Office dari Kementerian Komunikasi dan Informatika,” tukasnya.
Yuswantoro/Sindonews/ant
Pendaki asal Aceh itu meninggal tertimpa longsoran batu saat menanjak di Watu Gede atau 400 meter dari puncak Mahameru. Berdasarkan informasi yang ada, Fauzy, pendaki asal Desa Tulaan, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh, itu melakukan pendakian bersama rekan-rekan kuliahnya sesama S-2UGM kegunung yang berketinggian 3.676 meter (dpl) pada Minggu (2/11). Salah satu rekannya yangikut pendakian, Dedi, menceritakan, tiga anggota rombongan bermalam di Ranu Kumbolo, yaitu sumber air bersih yang terletak di ketinggian 2.400 meter dpl.
Sementara tiga lainnya meneruskan perjalanan ke Kalimati, yang merupakan batas pendakian terakhir dari puncak Mahameru. Bahkan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan pendakian Semeru hingga Kalimati karena status gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang-Malang itu masih waspada.
Jadi, masyarakat atau pendaki tidak boleh melakukan aktivitas di radius empat kilometer dari Mahameru. “Sesampainya di Kalimati pada Minggu (2/11), dia (Fauzy) bersikeras melanjutkan perjalanan ke puncak Mahameru, meski angin cukup kencang,” ungkap Dedi yang menemani pendakian Fauzy ke Kalimati, kemarin. Menurut Dedi, Fauzy kemudian melanjutkan pendakian ke Mahameru. Saat berada di Watu Gede yang berjarak 400 meter dari puncak Mahameru, terjadi longsoran batu sepanjang satu meterdiatasnya.
Longsoran batu tersebut tepat mengenai leher dan kepala belakang korban (Fauzy), hingga membuatnya terjatuh berguling-guling dan hidungnya mengeluarkan darah. Dedi dan rekan korban lainnya, Ali Akbar Hasibuan, memang berusaha menolong korban. Namun, nyawa Fauzy tidak terselamatkan dan meninggal di tempat kejadian. “Kami sendiri bertahan hingga cuaca reda. Sekitar petang hari, Ali turun dan melaporkan kejadian itu ke petugas di Pos Ranu Pani (Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang),” ungkap Dedi.
Kepala Resort Ranu Pani, Balai Besar Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (TNBTS) Toni Artaka mengaku menerima laporan terkait kejadian ini pada Senin (3/11) sore sekitar pukul 17.00 WIB. “Laporan tersebut disampaikan Ali Akbar Hasibuan, teman mendaki korban. Kami langsung menyiapkan tim melakukan proses evakuasi,” tutur Toni. Tim evakuasi yang beranggotakan 13 orang terdiri dari petugas Balai Besar TNBTS, para porter, dan pecinta alam, berangkat dari Pos Ranu Pani sekitar pukul 17.30 WIB. Beratnya medan yang harus ditempuh dan badai di kawasan puncak membuat proses evakuasi membutuhkan waktu sekitar 15 jam.
Jenazah korban baru berhasil dievakuasi sampai di Ranu Pani pada Selasa (4/11) sekitar pukul 09.00 WIB. Jenazah langsung dibawa ke kamar jenazah Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang dan tiba di kamar jenazah sekitar pukul 13.30 WIB. Rencananya, jenazah akan diterbangkan ke Aceh, hari ini. Salah seorang pendaki Gunung Semeru, Rahardian Septa, mengakusempatbertemu rombongan korban di kawasan Kalimati.
“Saat itu rekan-rekan korban sudah memberitahukan kalau korban telah meninggal dunia dan meminta bantuan menghubungi pos Ranu Pani. Tetapi, karena sulit sinyal, akhirnya kami turun dengan berjalan kaki untuk melaporkan kejadian ini,” ujarnya. Kepala Balai Besar TNBTS Ayu Dewi Utari menambahkan, Fauzy terlalu memaksakan diri untuk naik ke puncak Semeru. Padahal, itu adalah kawasan berbahaya bagi pendaki. “Kami sudah mengimbau kepada seluruh pendaki untuk mematuhi rekomendasi TNBTS dengan batas pendakian di Kalimati saja dan tidak boleh ke Mahameru karena berbahaya.
Namun, hal itu sering diabaikan para pendaki,” kata Ayu. Ayu menambahkan, sejak status Semeru menjadi Waspada II pada dua tahun lalu, pihaknya memang sudah mengingatkan agar pendakian hanya sampai di Kalimati. Jika memaksakan diri tetap naik, risiko akan terjadi. Dan itu memang terjadi dengan Fauzy.
Di sisi lain, Staf Bagian Kemahasiswaan Fakultas Teknik Elektro UGM Yogyakarta Soni Anugrahanto menyampaikan bahwa Fauzy tercatat sebagai mahasiswa Pascasarjana UGM Yogyakarta, Jurusan Teknik Elektro Bidang Chief Information Officer tahun angkatan 2013. “Dia merupakan staf Sekretariat DPRA Aceh Singkil yang mendapat beasiswa (pascasarjana) dari Program Chief Information Office dari Kementerian Komunikasi dan Informatika,” tukasnya.
Yuswantoro/Sindonews/ant
(bbg)