Jembatan TIM Ambruk, 4 Orang Tewas
A
A
A
JAKARTA - Empat pekerja bangunan tewas seketika akibat proyek jembatan penghubung di Kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat tiba-tiba runtuh kemarin pagi. Kecelakaan ini juga melukai lima pekerja lain.
Belum diketahui pasti apa penyebab runtuhnya jembatan yang akan menjadi penghubung antara Gedung Arsip dan Perpustakaan DKI Jakarta tersebut. Namun, jembatan sepanjang 12 meter dan dengan ketinggian 9 meter itu diduga ambrol akibat masih dalam kondisi basah. Sembilan pekerja nahas tersebut diketahui tengah mengecek hasil pengecoran jembatan yang selesai dilakukan sekitar tiga jam sebelumnya atau pukul 03.00 WIB.
Empat pekerja yang tewas adalah Harno,40, Nur Ucup, 38, Arden, 17, dan Budi Utomo, 25. Sementara lima pekerja yang mengalami luka-luka yakni Harto, 36, Darwanto, 31, Imam Kurniawan, 18, Agung Astanto, 24, dan Teguh Bayu Seno, 18. Rata-rata korban luka ini mengalami patah tulang tangan dan kaki. Petugas belum mendapatkan alamat lengkap para korban ini. Namun, mereka diketahui sebagian besar dari Kabupaten Grobogan dan Demak, Jawa Tengah.
Besarnya material cor dan konstruksi jembatan membuat evakuasi para korban tidak mudah dilakukan dan berlangsung lama. Seluruh korban terkubur bersama material cor yang mengeras. Untuk mengangkat mereka, petugas harus mengerahkan crane, bor, palu, gergaji mesin, las, dan alat bantu lain.
Petugas sangat berhati-hati karena ingin mengevakuasi jasad para korban dengan utuh. Korban pertama yang dievakuasi adalah Harno dan Budi Utomo pada pukul 11.15 WIB. Adapun Arden yang merupakan korban terakhir baru dievakuasi tadi malam.
Warno, seorang pekerja, mengatakan, kecelakaan ini bermula ketika sembilan pekerja hendak melakukan pengecekan terhadap beton yang baru dicor sejak Kamis (30/10) pukul 22.00 hingga pukul 03.00 WIB itu. Empat orang pekerja berjalan ke tengah, kemudian lima orang berada di pinggir jembatan. Saat empat orang tersebut berada di tengah, coran yang belum sepenuhnya kering itu mulai runtuh.
“Melihat ini lima orang yang berada di pinggir jembatan berusaha menyelamatkan diri dengan melompat,” ungkapnya.
Empat pekerja yang berada di tengah tidak bisa berbuat apa pun. Ketika bagian tengah jembatan mulai runtuh mereka hanya bisa melindungi kepala. “Kejadiannya cepat sehingga korban hanya berusaha menyelamatkan diri masing-masing,” katanya.
Dia mengungkapkan, pengerjaan proyek pembangunan jembatan ini terbagi dalam tiga shift. Dengan demikian, pengerjaan jembatan tidak pernah berhenti selama sehari penuh. Tiap pekerja dibayar sebesar Rp135.000 per shift -nya. “Setelah kejadian ini, infonya pekerjaan dihentikan, otomatis kita pulang ke Purwodadi, Jawa Tengah,” ujarnya.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta Subejo mengatakan, evakuasi korban tak mudah karena konstruksi sebagian jembatan juga masih menggantung sehingga sangat rentan. “Kita berusaha sebisa mungkin untuk melakukan evakuasi terhadap korban tewas dengan jasad sempurna. Dengan begitu, pengangkatan beton dilakukan manual oleh petugas yang ada,” ungkapnya.
Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Hendro Pandowo mengatakan, pihaknya masih memintai keterangan sembilan orang baik pegawai PT Sartonia Agung selaku pelaksana proyek maupun saksi kejadian. Jika memang ada kelalaian dari pelaksana proyek ini, akan dilakukan penahanan orang yang paling bertanggung jawab. Penyebab musibah ini, dirinya juga belum bisa memberikan penjelasan.
“Kita masih selidiki. Jika memang ditemukan ada kelalaian, akan ada yang kita tahan,” ujarnya. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Labfor Mabes Polri guna mendapat hasil investigasi.
Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip DKI Jakarta Agus Suradika mengungkapkan, pembangunan jembatan penghubung itu kegiatan 2014 yang menyatu dengan rencana pembangunan Gedung Arsip delapan lantai. Pada 2014 targetnya adalah penyelesaian konstruksi, sedangkan pada 2015 finishing.
“Tahun pertama hanya pembuatan konstruksi gedung, termasuk jembatan penghubung,” katanya.
Penyebab ambruknya jembatan selebar 8 meter ini, dirinya tidak bisa memberikan informasi pasti sebab itu masih menunggu hasil penyelidikan dari pihak kepolisian.
Atas musibah ini, pihaknya mewajibkan pelaksana proyek untuk memberikan uang santunan kepada seluruh korban. Mengenai kerugian, menurutnya, pemerintah tidak mengalami kerugian sebab konstruksi tersebut belum selesai sehingga masih menjadi tanggung jawab pelaksana.
Saat proses evakuasi kemarin, dua petugas Damkar DKI Jakarta Timur, Imam Bukhari dan Supriyanto, terluka setelah berusaha mengambil Jasad Nur Ucup. Dua petugas Damkar itu terkena beton.
Kejadian tersebut berawal ketika alat berat hendak mengangkat beton. Karena tertahan besi, petugas akhirnya mengelas besi tersebut. Setelah besi berhasil diputuskan, beton yang sudah ditarik dengan crane langsung melontar dan mengenai dua petugas tersebut.
Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) BPJS TK DKI Jakarta Hardi Yuliwan mengatakan, seluruh pekerja proyek pembangunan gedung delapan lantai tersebut tidak didaftarkan ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
“Berarti perusahaan tersebut harus menanggung sendiri semua biaya santunan para tenaga kerja yang menjadi korban,” timpal Kepala Kantor Cabang BPJS TK Salemba, Muhammad Akip.
Ridwansyah
Belum diketahui pasti apa penyebab runtuhnya jembatan yang akan menjadi penghubung antara Gedung Arsip dan Perpustakaan DKI Jakarta tersebut. Namun, jembatan sepanjang 12 meter dan dengan ketinggian 9 meter itu diduga ambrol akibat masih dalam kondisi basah. Sembilan pekerja nahas tersebut diketahui tengah mengecek hasil pengecoran jembatan yang selesai dilakukan sekitar tiga jam sebelumnya atau pukul 03.00 WIB.
Empat pekerja yang tewas adalah Harno,40, Nur Ucup, 38, Arden, 17, dan Budi Utomo, 25. Sementara lima pekerja yang mengalami luka-luka yakni Harto, 36, Darwanto, 31, Imam Kurniawan, 18, Agung Astanto, 24, dan Teguh Bayu Seno, 18. Rata-rata korban luka ini mengalami patah tulang tangan dan kaki. Petugas belum mendapatkan alamat lengkap para korban ini. Namun, mereka diketahui sebagian besar dari Kabupaten Grobogan dan Demak, Jawa Tengah.
Besarnya material cor dan konstruksi jembatan membuat evakuasi para korban tidak mudah dilakukan dan berlangsung lama. Seluruh korban terkubur bersama material cor yang mengeras. Untuk mengangkat mereka, petugas harus mengerahkan crane, bor, palu, gergaji mesin, las, dan alat bantu lain.
Petugas sangat berhati-hati karena ingin mengevakuasi jasad para korban dengan utuh. Korban pertama yang dievakuasi adalah Harno dan Budi Utomo pada pukul 11.15 WIB. Adapun Arden yang merupakan korban terakhir baru dievakuasi tadi malam.
Warno, seorang pekerja, mengatakan, kecelakaan ini bermula ketika sembilan pekerja hendak melakukan pengecekan terhadap beton yang baru dicor sejak Kamis (30/10) pukul 22.00 hingga pukul 03.00 WIB itu. Empat orang pekerja berjalan ke tengah, kemudian lima orang berada di pinggir jembatan. Saat empat orang tersebut berada di tengah, coran yang belum sepenuhnya kering itu mulai runtuh.
“Melihat ini lima orang yang berada di pinggir jembatan berusaha menyelamatkan diri dengan melompat,” ungkapnya.
Empat pekerja yang berada di tengah tidak bisa berbuat apa pun. Ketika bagian tengah jembatan mulai runtuh mereka hanya bisa melindungi kepala. “Kejadiannya cepat sehingga korban hanya berusaha menyelamatkan diri masing-masing,” katanya.
Dia mengungkapkan, pengerjaan proyek pembangunan jembatan ini terbagi dalam tiga shift. Dengan demikian, pengerjaan jembatan tidak pernah berhenti selama sehari penuh. Tiap pekerja dibayar sebesar Rp135.000 per shift -nya. “Setelah kejadian ini, infonya pekerjaan dihentikan, otomatis kita pulang ke Purwodadi, Jawa Tengah,” ujarnya.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta Subejo mengatakan, evakuasi korban tak mudah karena konstruksi sebagian jembatan juga masih menggantung sehingga sangat rentan. “Kita berusaha sebisa mungkin untuk melakukan evakuasi terhadap korban tewas dengan jasad sempurna. Dengan begitu, pengangkatan beton dilakukan manual oleh petugas yang ada,” ungkapnya.
Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Hendro Pandowo mengatakan, pihaknya masih memintai keterangan sembilan orang baik pegawai PT Sartonia Agung selaku pelaksana proyek maupun saksi kejadian. Jika memang ada kelalaian dari pelaksana proyek ini, akan dilakukan penahanan orang yang paling bertanggung jawab. Penyebab musibah ini, dirinya juga belum bisa memberikan penjelasan.
“Kita masih selidiki. Jika memang ditemukan ada kelalaian, akan ada yang kita tahan,” ujarnya. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Labfor Mabes Polri guna mendapat hasil investigasi.
Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip DKI Jakarta Agus Suradika mengungkapkan, pembangunan jembatan penghubung itu kegiatan 2014 yang menyatu dengan rencana pembangunan Gedung Arsip delapan lantai. Pada 2014 targetnya adalah penyelesaian konstruksi, sedangkan pada 2015 finishing.
“Tahun pertama hanya pembuatan konstruksi gedung, termasuk jembatan penghubung,” katanya.
Penyebab ambruknya jembatan selebar 8 meter ini, dirinya tidak bisa memberikan informasi pasti sebab itu masih menunggu hasil penyelidikan dari pihak kepolisian.
Atas musibah ini, pihaknya mewajibkan pelaksana proyek untuk memberikan uang santunan kepada seluruh korban. Mengenai kerugian, menurutnya, pemerintah tidak mengalami kerugian sebab konstruksi tersebut belum selesai sehingga masih menjadi tanggung jawab pelaksana.
Saat proses evakuasi kemarin, dua petugas Damkar DKI Jakarta Timur, Imam Bukhari dan Supriyanto, terluka setelah berusaha mengambil Jasad Nur Ucup. Dua petugas Damkar itu terkena beton.
Kejadian tersebut berawal ketika alat berat hendak mengangkat beton. Karena tertahan besi, petugas akhirnya mengelas besi tersebut. Setelah besi berhasil diputuskan, beton yang sudah ditarik dengan crane langsung melontar dan mengenai dua petugas tersebut.
Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) BPJS TK DKI Jakarta Hardi Yuliwan mengatakan, seluruh pekerja proyek pembangunan gedung delapan lantai tersebut tidak didaftarkan ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
“Berarti perusahaan tersebut harus menanggung sendiri semua biaya santunan para tenaga kerja yang menjadi korban,” timpal Kepala Kantor Cabang BPJS TK Salemba, Muhammad Akip.
Ridwansyah
(bbg)