Kembali Beraktivitas
A
A
A
PADA hari ini umumnya warga kota-kota besar sudah kembali ke rumah masing-masing setelah melakukan ritual tahunan mudik ke kampung halaman.
Selain mudik, banyak juga yang menghabiskan waktu cuti bersama menyambut Lebaran ini dengan berlibur ke berbagai destinasi wisata baik di dalam maupun luar negeri. Setelah menikmati sekitar seminggu masa cuti bersama, hari ini adalah hari mayoritas warga kota-kota besar di Indonesia kembali bekerja.
Sebelumnya kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Pekanbaru, Palembang, Makassar sepi ditinggal penduduknya, hari ini aktivitas akan kembali normal.
Sekalipun energi terkuras setelah mudik, tentunya semangat kita kian meningkat setelah bercengkerama dengan keluarga besar. Ibaratnya baterai, mudik dan aktivitas bercengkerama dengan keluarga besar —baik bagi yang mudik maupun tidak— memberikan kepuasan batin bagi manusia sebagai makhluk sosial.
Berbagai kesenangan dalam kehidupan setahun belakangan sudah dibagi dan berbagai kesulitan sudah dicarikan solusinya. Liburan juga memberikan kesegaran bagi pikiran setelah sehari-hari disibukkan oleh rutinitas yang kadang membawa stres yang akhirnya menurunkan performa dan produktivitas kerja kita.
Bagi pemerintah, setelah sekitar seminggu ini para pelayan rakyat sedikit diberi kelonggaran dalam menyelesaikan berbagai tantangan bangsa ini dengan adanya ritual mudik, mulai hari ini sudah seharusnya mereka mulai kembali berlari kencang untuk membuat Indonesia lebih maju.
Ada beberapa hal krusial yang perlu diperhatikan oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang masa jabatannya hanya tinggal sekitar dua setengah bulan lagi. Sang presiden yang saat ini menjabat pada periode kedua akan lengser pada 20 Oktober tahun ini.
Masalah-masalah ini perlu juga diperhatikan oleh presiden baru yang akan dilantik nanti. Pertama, masalah energi. Selama ini masalah energi selalu menjadi isu seksi, tetapi tak kunjung muncul solusi jitu yang dijadikan dirangkum dalam suatu kebijakan.
Indonesia masih saja berkubang dalam masalah subsidi bahan bakar minyak (BBM) sehingga menyedot perhatian sangat besar dan menjadi isu politik yang sering kali hanya digunakan untuk tarik ulur saja. Energi terbarukan sebagai solusi harus dimaksimalkan pemerintah.
Kedua, problem perumahan. Masalah ini sering kali tidak mendapat porsi yang cukup besar. Namun kalau diperhatikan, masalah perumahan ini cukup mengganggu perekonomian masyarakat kebanyakan. Saat ini backlog (kekurangan) rumah di Indonesia mencapai 15 juta rumah.
Tentu sesuai hukum ekonomi, backlog ini adalah pertanda kelangkaan suplai rumah yang pada akhirnya membuat harga rumah kian meroket. Rumah menjadi kian tak terjangkau.
Ketiga, utang pemerintah. Jika selama ini pemerintah selalu berkelit bahwa angka utang ada pada titik aman, perkembangan belakangan ini menunjukkan bahwa perhatian yang lebih besar harus dialamatkan pada masalah utang ini. Selama ini utang pemerintah dengan rasio utang pada kisaran 25,5% terhadap PDB pada Juni lalu.
Keempat, masalah infrastruktur. Isu infrastruktur ini seperti lagu lama yang kembali diulang, tetapi tak banyak ada perubahan. Masalah kemacetan yang kita lihat saat musim mudik ini adalah cermin masalah infrastruktur negeri ini.
Selain memang volume kendaraan yang sangat padat, ada beberapa penyebab jalur mudik, terutama di Pulau Jawa macet parah. Misalnya banyak ruas di jalur pantura yang hanya dua lajur, padahal untuk kelas jalur tulang punggung seperti pantura harusnya distandarkan minimal 3-4 lajur di tiap arah.
Sayangnya alih-alih menyediakan sarana jalan arteri yang mencukupi, pemerintah sepertinya lebih tertarik pada proyek yang menyedot dana masyarakat melalui program tol trans-Jawa.
Selain itu ada beberapa masalah krusial lainnya yang perlu diperhatikan seperti masalah ketahanan pangan, lingkungan hidup, pengembangan SDM, dan berbagai masalah lain. Semoga kejernihan hati setelah mencapai kefitrian mendorong kita semua untuk lebih bersemangat memajukan negeri tercinta ini.
Selain mudik, banyak juga yang menghabiskan waktu cuti bersama menyambut Lebaran ini dengan berlibur ke berbagai destinasi wisata baik di dalam maupun luar negeri. Setelah menikmati sekitar seminggu masa cuti bersama, hari ini adalah hari mayoritas warga kota-kota besar di Indonesia kembali bekerja.
Sebelumnya kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Pekanbaru, Palembang, Makassar sepi ditinggal penduduknya, hari ini aktivitas akan kembali normal.
Sekalipun energi terkuras setelah mudik, tentunya semangat kita kian meningkat setelah bercengkerama dengan keluarga besar. Ibaratnya baterai, mudik dan aktivitas bercengkerama dengan keluarga besar —baik bagi yang mudik maupun tidak— memberikan kepuasan batin bagi manusia sebagai makhluk sosial.
Berbagai kesenangan dalam kehidupan setahun belakangan sudah dibagi dan berbagai kesulitan sudah dicarikan solusinya. Liburan juga memberikan kesegaran bagi pikiran setelah sehari-hari disibukkan oleh rutinitas yang kadang membawa stres yang akhirnya menurunkan performa dan produktivitas kerja kita.
Bagi pemerintah, setelah sekitar seminggu ini para pelayan rakyat sedikit diberi kelonggaran dalam menyelesaikan berbagai tantangan bangsa ini dengan adanya ritual mudik, mulai hari ini sudah seharusnya mereka mulai kembali berlari kencang untuk membuat Indonesia lebih maju.
Ada beberapa hal krusial yang perlu diperhatikan oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang masa jabatannya hanya tinggal sekitar dua setengah bulan lagi. Sang presiden yang saat ini menjabat pada periode kedua akan lengser pada 20 Oktober tahun ini.
Masalah-masalah ini perlu juga diperhatikan oleh presiden baru yang akan dilantik nanti. Pertama, masalah energi. Selama ini masalah energi selalu menjadi isu seksi, tetapi tak kunjung muncul solusi jitu yang dijadikan dirangkum dalam suatu kebijakan.
Indonesia masih saja berkubang dalam masalah subsidi bahan bakar minyak (BBM) sehingga menyedot perhatian sangat besar dan menjadi isu politik yang sering kali hanya digunakan untuk tarik ulur saja. Energi terbarukan sebagai solusi harus dimaksimalkan pemerintah.
Kedua, problem perumahan. Masalah ini sering kali tidak mendapat porsi yang cukup besar. Namun kalau diperhatikan, masalah perumahan ini cukup mengganggu perekonomian masyarakat kebanyakan. Saat ini backlog (kekurangan) rumah di Indonesia mencapai 15 juta rumah.
Tentu sesuai hukum ekonomi, backlog ini adalah pertanda kelangkaan suplai rumah yang pada akhirnya membuat harga rumah kian meroket. Rumah menjadi kian tak terjangkau.
Ketiga, utang pemerintah. Jika selama ini pemerintah selalu berkelit bahwa angka utang ada pada titik aman, perkembangan belakangan ini menunjukkan bahwa perhatian yang lebih besar harus dialamatkan pada masalah utang ini. Selama ini utang pemerintah dengan rasio utang pada kisaran 25,5% terhadap PDB pada Juni lalu.
Keempat, masalah infrastruktur. Isu infrastruktur ini seperti lagu lama yang kembali diulang, tetapi tak banyak ada perubahan. Masalah kemacetan yang kita lihat saat musim mudik ini adalah cermin masalah infrastruktur negeri ini.
Selain memang volume kendaraan yang sangat padat, ada beberapa penyebab jalur mudik, terutama di Pulau Jawa macet parah. Misalnya banyak ruas di jalur pantura yang hanya dua lajur, padahal untuk kelas jalur tulang punggung seperti pantura harusnya distandarkan minimal 3-4 lajur di tiap arah.
Sayangnya alih-alih menyediakan sarana jalan arteri yang mencukupi, pemerintah sepertinya lebih tertarik pada proyek yang menyedot dana masyarakat melalui program tol trans-Jawa.
Selain itu ada beberapa masalah krusial lainnya yang perlu diperhatikan seperti masalah ketahanan pangan, lingkungan hidup, pengembangan SDM, dan berbagai masalah lain. Semoga kejernihan hati setelah mencapai kefitrian mendorong kita semua untuk lebih bersemangat memajukan negeri tercinta ini.
(hyk)