BEM Se-Jabodetabek Tuding Burhanudin Mafia Survei
A
A
A
JAKARTA - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) melakukan aksi ke Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU). Mahasiswa meminta Direktur Lembaga Survei Indikator Burhanudin Muhtadi ditangkap lantaran diduga membuat hasil pemilu atau hitung cepat (quick count) mendahului KPU.
"Tangkap mafia survei Burhanudin Muhtadi dan penyalahgunaan quick count oleh lembaga-lembaga survei seperti SMRC, Indikator, LSI dan lain-lain," kata Ketua BEM UNJ Reza Indrawan di Gedung KPU, Jakarta, Senin (14/7/2014).
Menurut Reza, karena ulah hitung cepat Indikator yang dipimpin Burhanudin, masyarakat menjadi bingung. Sebab, klaim dugaan kebenaran sepihak yang dilontarkan Dosen UIN Jakarta itu dinilai manuver politik yang berbahaya.
Reza berpendapat, akibat hitung cepat dengan kebenaran sepihak, membuat kedua kubu pasangan capres dan cawapres berpotensi konflik. Menurutnya, lembaga survei Indikator harus menghargai penghitungan resmi (real count) KPU yang baru dilaksanakan pada 22 Juli mendatang.
"Meminta kepada KPU untuk menjaga integritasnya, transparan, dan akuntabel dalam proses penetapan real count pemilihan presiden," ucap Reza dalam tuntutan lainnya.
Diketahui, para mahasiswa se-Jabodetabek ini menyayangkan sikap dan komentar Burhanudin Muhtadi yang menyatakan hitung cepat yang dilakukan lembaganya sudah benar dan cenderung valid. Bahkan, pakar komunikasi politik tersebut secara lantang menuding KPU salah jika hasil hitung resminya berbeda dengan hasil hitung cepat miliknya.
Dalam hitung cepat yang diumumkan lembaga survei Indikator, pasangan Jokowi-JK unggul atas pasangan Prabowo-Hatta. Jokowi-JK mendapat perolehan suara 52,95 persen. Sementara pasangan Prabowo-Hatta meraih suara 47,05 persen.
"Tangkap mafia survei Burhanudin Muhtadi dan penyalahgunaan quick count oleh lembaga-lembaga survei seperti SMRC, Indikator, LSI dan lain-lain," kata Ketua BEM UNJ Reza Indrawan di Gedung KPU, Jakarta, Senin (14/7/2014).
Menurut Reza, karena ulah hitung cepat Indikator yang dipimpin Burhanudin, masyarakat menjadi bingung. Sebab, klaim dugaan kebenaran sepihak yang dilontarkan Dosen UIN Jakarta itu dinilai manuver politik yang berbahaya.
Reza berpendapat, akibat hitung cepat dengan kebenaran sepihak, membuat kedua kubu pasangan capres dan cawapres berpotensi konflik. Menurutnya, lembaga survei Indikator harus menghargai penghitungan resmi (real count) KPU yang baru dilaksanakan pada 22 Juli mendatang.
"Meminta kepada KPU untuk menjaga integritasnya, transparan, dan akuntabel dalam proses penetapan real count pemilihan presiden," ucap Reza dalam tuntutan lainnya.
Diketahui, para mahasiswa se-Jabodetabek ini menyayangkan sikap dan komentar Burhanudin Muhtadi yang menyatakan hitung cepat yang dilakukan lembaganya sudah benar dan cenderung valid. Bahkan, pakar komunikasi politik tersebut secara lantang menuding KPU salah jika hasil hitung resminya berbeda dengan hasil hitung cepat miliknya.
Dalam hitung cepat yang diumumkan lembaga survei Indikator, pasangan Jokowi-JK unggul atas pasangan Prabowo-Hatta. Jokowi-JK mendapat perolehan suara 52,95 persen. Sementara pasangan Prabowo-Hatta meraih suara 47,05 persen.
(kri)