Punya Tiga Modal, Jokowi Dinilai Tak Emosional

Rabu, 04 Juni 2014 - 02:35 WIB
Punya Tiga Modal, Jokowi...
Punya Tiga Modal, Jokowi Dinilai Tak Emosional
A A A
JAKARTA - Menjadi pemimpin itu perlu keseimbangan antara intelektual (IQ), emosional (EQ) dan spiritual (SQ). Tiga hal itu menjadi penting bagi pemimpin Indonesia kedepan.

"Apabila IQ dan EQ saja yang dominan, tanpa SQ, maka yang terjadi adalah praktik tak benar seperti mendapatkan dana kampanye melalui korupsi impor daging sapi," sindir Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-JK, Hasto Kristiyanto di Jakarta, Selasa 3 Juni 2014.

Pernyataan Hasto tersebut merespon klaim dari politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah yang menyatakan, IQ Prabowo angkanya mencapai 155 sehingga Fahri menyebutnya pantas menjadi presiden.

Menurut Hasto, pernyataan Fahri tersebut bisa jadi membuka kelemahan calon yang diusungnya. Karena itu, dia menyarankan Fahri untuk menyadari bahwa manusia terdiri dari raga, pikiran, dan perasaan. Semuanya harus diolah seimbang, tidak seharusnya berat sebelah.

"Jika EQ saja yang dominan, akan melahirkan gejala split of personality. Bisa saja seorang tiba-tiba emosi dan memukul orang lain, ataupun melakukan perbuatan tercela," pungkasnya.

Selain itu, kata dia, Fahri juga harus paham bahwa manusia diberi akal dan pikiran, hati dan perasaan. Jika manusia hanya mengolah intelektualnya saja, tanpa bisa mengendalikan emosinya maka akan lahir manusia pintar tetapi sewenang-wenang. Jika manusia hanya mengandalkan emosinya saja, tanpa mengembangkan inteletualnya juga tidak akan maksimal dalam menjalani kehidupannya.

"Demikian juga dengan spiritual, sebagai manifestasi hubungan manusia dengan Tuhannya," terangnya.

Jadi, lanjut Hasto, seorang pemimpin tidak cukup pintar, tetapi harus berkepala dingin, bijaksana dan rendah hati. Jika pintar tetapi tidak bijak, maka hanya akan melahirkan keputusan-keputusan pragmatis, instan, dan bersifat jangka pendek. Keputusan bersifat material dan tidak humanis.

"Atas dasar hal tersebut, Fahri jangan terlalu bangga lah dengan data yang belum jelas asal-usulnya, bahwa pemimpin itu hanya mengandalkan IQ tinggi saja," pungkasnya.

Terlepas dari itu semua, Hasto menilai, pernyataan Fahri Hamzah yang menggunakan segala cara untuk memukul Jokowi, meski harus menggunakan dokumen yang seharusnya bersifat rahasia sangatlah disesalkan.

"Selain melanggar hukum, tindakan Fahri tersebut tidak etis dan hanya digerakkan oleh ambisi untuk menang dengan menghalalkan segala cara," pungkasnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7163 seconds (0.1#10.140)