Waspadai Konflik Dua Kubu Capres
A
A
A
JAKARTA - Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 yang hanya diikuti oleh dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dinilai sarat dengan potensi konflik.
Untuk meminimalisasi konflik, kedua kubu diminta untuk senantiasa menahan diri dari aksi-aksi proprovokasi yang mungkin dilakukan oleh pihak ketiga.
Apalagi, pada pilpres kali ini semua kalangan baik para purnawirawan TNI/Polri, tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi terjun langsung dalam persaingan mendukung salah satu pasangan calon presiden.
Pengamat Politik dari Universitas Mercu Buana Heri Budianto menilai, adanya dua kandidat yang akan bertarung menunjukkan bahwa demokrasi Indonesia berjalan dengan baik.
Oleh karena itu, kata dia, baik kedua pasangan calon, pendukung, dan masyarakat harus menjaga keberlangsungan demokrasi yang sudah berjalan.
Meski demikian, dia menyadari potensi konflik kedua kubu pendukung cukup besar. “Karenanya masing-masing pihak harus saling menjaga. Perlu ada komitmen bersama untuk tidak mendukung secara berlebihan agar tidak mengganggu stabilitas negara,” tutur Heri, Kamis 29 Mei 2014.
Menurut dia, deklarasi damai dan komitmen bersama untuk menjaga jalannya pilpres yang tertib sangat penting. Agar tidak dimanfaatkan oleh pihak ketiga untuk memancing di air keruh.
“Bisa jadi bukan bukan salah satu kubu yang melakukan perusakan atau kekerasan melainkan pihak ketiga yang memanfaatkan kedua kubu yang berseberangan,” katanya.
Kedewasaan dalam berfikir dan peran partai politik (parpol) untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat juga sangat penting untuk mencegah terjadinya gesekan.
Dia juga meminta kepada aparat penegak hukum baik KPU, Bawaslu dan
Kepolisian untuk mewaspadai adanya pihak-pihak tertentu yang mendesain agar terjadi konflik.
Untuk meminimalisasi konflik, kedua kubu diminta untuk senantiasa menahan diri dari aksi-aksi proprovokasi yang mungkin dilakukan oleh pihak ketiga.
Apalagi, pada pilpres kali ini semua kalangan baik para purnawirawan TNI/Polri, tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi terjun langsung dalam persaingan mendukung salah satu pasangan calon presiden.
Pengamat Politik dari Universitas Mercu Buana Heri Budianto menilai, adanya dua kandidat yang akan bertarung menunjukkan bahwa demokrasi Indonesia berjalan dengan baik.
Oleh karena itu, kata dia, baik kedua pasangan calon, pendukung, dan masyarakat harus menjaga keberlangsungan demokrasi yang sudah berjalan.
Meski demikian, dia menyadari potensi konflik kedua kubu pendukung cukup besar. “Karenanya masing-masing pihak harus saling menjaga. Perlu ada komitmen bersama untuk tidak mendukung secara berlebihan agar tidak mengganggu stabilitas negara,” tutur Heri, Kamis 29 Mei 2014.
Menurut dia, deklarasi damai dan komitmen bersama untuk menjaga jalannya pilpres yang tertib sangat penting. Agar tidak dimanfaatkan oleh pihak ketiga untuk memancing di air keruh.
“Bisa jadi bukan bukan salah satu kubu yang melakukan perusakan atau kekerasan melainkan pihak ketiga yang memanfaatkan kedua kubu yang berseberangan,” katanya.
Kedewasaan dalam berfikir dan peran partai politik (parpol) untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat juga sangat penting untuk mencegah terjadinya gesekan.
Dia juga meminta kepada aparat penegak hukum baik KPU, Bawaslu dan
Kepolisian untuk mewaspadai adanya pihak-pihak tertentu yang mendesain agar terjadi konflik.
(dam)