Jokowi Minta Restu & Silaturahmi ke Kiai Cirebon
A
A
A
CIREBON - Calon presiden Jokowi diminta memilih menteri pendidikan dan kebudayaan serta menteri agama dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) profesional jika terpilih kelak.
Permintaan itu disampaikan saat Jokowi melakukan kunjungan silaturahmi dengan para kyai di lingkungan pondok pesantren Buntet di Desa Mertapada, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon. Namun Jokowi meyakinkan, pihaknya tertutup terhadap politik transaksional.
Saat kunjungannya ke Buntet, Jokowi sempat menggelar pertemuan dengan para pemuka agama Islam di Buntet di rumah salah kiai sepuh KH Anas Arsyad. Dalam pertemuan itu, Jokowi dititipi pesantren oleh para kyai.
Gubernur DKI Jakarta ini juga diminta merevolusi mental dalam sistem pemerintahan. Para kiai menilai, kondisi pemerintahan saat ini memprihatinkan karena segala sesuatu diukur dengan uang.
"Kami minta Mendikbud dan menag kelak diisi orang NU profesional, tidak berbasis parpol," ungkap pengasuh Ponpes Annasuha, Kalimukti, Kabupaten Cirebon, KH Usamah Mansyur di hadapan Jokowi, Kamis (29/5/2014).
Namun Jokowi secara diplomatis menyampaikan pihaknya tengah membangun pola politik baru yang tak mengedepankan politik transaksional. Dia mengklaim, hingga kini partai-partai yang berkoalisi dengan PDIP seperti PKB, Nasdem, Hanura, maupun PKPI, tak berkomunikasi mengenai pembagian kursi menteri.
"Ada parpol yang minta jatah delapan menteri juga menteri utama ketika mau mendukung saya. Tapi ini bukan politik dagang sapi," cetus dia.
Menurut dia, hal itu bahkan telah menjadi syarat tertulis antara dirinya dengan parpol-parpol koalisi. Meski begitu, dia meyakinkan NU telah menjadi keluarga besar dan bisa menjadi pegangan dirinya.
Dia pun setuju untuk melakukan revolusi mental dan menunjuk ponpes sebagai garda terdepan untuk itu. Dalam hal ini, pendidikan agama, budi pekerti, moralitas, mental, selayaknya masuk dalam kurikulum di tingkat SD sebesar 80%.
Dalam kunjungannya di Buntet, Jokowi sempat pula menepis isu akan dihapuskannya program raskin maupun sertifikasi guru jika dirinya terpilih kelak. Dia bahkan menjanjikan, baik raskin maupun tunjangan sertifikasi guru bahkan akan ditambah.
"Ini isunya saya belum menyampaikan sudah tersebar, padahal ini bukan pembelajaran politik yang baik. Pengennya saya diam saja, tapi saya sampaikan tidak ada penghapusan raskin dan tunjangan sertifikasi guru," tegas dia.
Jokowi juga menyinggung kemeja kotak-kotak merah-putih yang dikenakannya hari itu. Kemeja yang pernah dikenakannya selama kampanye Pilgub DKI Jakarta itu dipastikannya kembali menjadi identitasnya pada Pilpres mendatang.
Namun lain halnya dengan Jokowi, cawapres pasangannya Jusuf Kalla (JK) mengenakan kemeja putih sebagai identitasnya. "Tadinya saya dan JK mau putih-putih (pakaiannya). Tapi yang di sana (Prabowo-Hatta) juga ternyata putih-putih, jadi kami ganti," tutur dia.
Semula, JK pun hendak mengenakan kemeja kotak-kotak serupa dengannya. "Tapi, Pak JK jadi tampak berusia lebih muda 27 tahun dan khawatir tak dikenali, maka Pak JK tetap pakai putih (kemeja)," selorohnya.
Jokowi pun mengaku dalam kunjungannya kali itu sengaja mengenakan kemeja kotak-kotak sebagai bentuk sosialisasi dirinya pada pilpres mendatang. Kedatangannya ke Cirebon sendiri tanpa didampingi JK.
Sementara itu, salah satu kyai sepuh yang juga pengasuh Ponpes Buntet KH Hasan Triyani mengakui, Jokowi datang meminta restu para kiai dalam pencapresannya. Namun dia menyatakan, mereka tak banyak bicara hal lain di luar itu. "Kami sendiri (para kiai) terbuka untuk semua capres," tegasnya.
Permintaan itu disampaikan saat Jokowi melakukan kunjungan silaturahmi dengan para kyai di lingkungan pondok pesantren Buntet di Desa Mertapada, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon. Namun Jokowi meyakinkan, pihaknya tertutup terhadap politik transaksional.
Saat kunjungannya ke Buntet, Jokowi sempat menggelar pertemuan dengan para pemuka agama Islam di Buntet di rumah salah kiai sepuh KH Anas Arsyad. Dalam pertemuan itu, Jokowi dititipi pesantren oleh para kyai.
Gubernur DKI Jakarta ini juga diminta merevolusi mental dalam sistem pemerintahan. Para kiai menilai, kondisi pemerintahan saat ini memprihatinkan karena segala sesuatu diukur dengan uang.
"Kami minta Mendikbud dan menag kelak diisi orang NU profesional, tidak berbasis parpol," ungkap pengasuh Ponpes Annasuha, Kalimukti, Kabupaten Cirebon, KH Usamah Mansyur di hadapan Jokowi, Kamis (29/5/2014).
Namun Jokowi secara diplomatis menyampaikan pihaknya tengah membangun pola politik baru yang tak mengedepankan politik transaksional. Dia mengklaim, hingga kini partai-partai yang berkoalisi dengan PDIP seperti PKB, Nasdem, Hanura, maupun PKPI, tak berkomunikasi mengenai pembagian kursi menteri.
"Ada parpol yang minta jatah delapan menteri juga menteri utama ketika mau mendukung saya. Tapi ini bukan politik dagang sapi," cetus dia.
Menurut dia, hal itu bahkan telah menjadi syarat tertulis antara dirinya dengan parpol-parpol koalisi. Meski begitu, dia meyakinkan NU telah menjadi keluarga besar dan bisa menjadi pegangan dirinya.
Dia pun setuju untuk melakukan revolusi mental dan menunjuk ponpes sebagai garda terdepan untuk itu. Dalam hal ini, pendidikan agama, budi pekerti, moralitas, mental, selayaknya masuk dalam kurikulum di tingkat SD sebesar 80%.
Dalam kunjungannya di Buntet, Jokowi sempat pula menepis isu akan dihapuskannya program raskin maupun sertifikasi guru jika dirinya terpilih kelak. Dia bahkan menjanjikan, baik raskin maupun tunjangan sertifikasi guru bahkan akan ditambah.
"Ini isunya saya belum menyampaikan sudah tersebar, padahal ini bukan pembelajaran politik yang baik. Pengennya saya diam saja, tapi saya sampaikan tidak ada penghapusan raskin dan tunjangan sertifikasi guru," tegas dia.
Jokowi juga menyinggung kemeja kotak-kotak merah-putih yang dikenakannya hari itu. Kemeja yang pernah dikenakannya selama kampanye Pilgub DKI Jakarta itu dipastikannya kembali menjadi identitasnya pada Pilpres mendatang.
Namun lain halnya dengan Jokowi, cawapres pasangannya Jusuf Kalla (JK) mengenakan kemeja putih sebagai identitasnya. "Tadinya saya dan JK mau putih-putih (pakaiannya). Tapi yang di sana (Prabowo-Hatta) juga ternyata putih-putih, jadi kami ganti," tutur dia.
Semula, JK pun hendak mengenakan kemeja kotak-kotak serupa dengannya. "Tapi, Pak JK jadi tampak berusia lebih muda 27 tahun dan khawatir tak dikenali, maka Pak JK tetap pakai putih (kemeja)," selorohnya.
Jokowi pun mengaku dalam kunjungannya kali itu sengaja mengenakan kemeja kotak-kotak sebagai bentuk sosialisasi dirinya pada pilpres mendatang. Kedatangannya ke Cirebon sendiri tanpa didampingi JK.
Sementara itu, salah satu kyai sepuh yang juga pengasuh Ponpes Buntet KH Hasan Triyani mengakui, Jokowi datang meminta restu para kiai dalam pencapresannya. Namun dia menyatakan, mereka tak banyak bicara hal lain di luar itu. "Kami sendiri (para kiai) terbuka untuk semua capres," tegasnya.
(lns)