Plus Minus Gaya Bicara Capres Cawapres
A
A
A
JAKARTA - Persaingan merebut kursi presiden dan wakil presiden RI 2014-2019 dinilai akan berlangsung sengit. Selain hanya diikuti dua pasang calon, karakter masing masing kandidat membuat kontestasi lima tahunan di negeri ini menjadi lebih menarik.
Karakter para calon presidan (capres) dan calon wakil presiden (cawapes) inilah yang bukan mustahil akan menjadi bahan bagi publik untuk menjatuhkan pilihan.
Pengamat Politik dari Universitas Parahyangan (Unpar) Asep Warlan Yusuf menilai kedua pasang kandidat presiden dan wakil presiden ini memiliki karakter yang kontras.
Karakter yang dimaksud Asep ialah gaya berbicara atau cara berkomunikasi para kandidat. "Jokowi cenderung pendiam. Kalau berbicara cenderung sedikit. Jawaban-jawabannya (dilihat dan didengar di media) tidak tuntas," kata Asep kepada Sindonews, Rabu 21 Mei 2014.
Asep menilai gaya seperti itu menjadi kekurangan Jokowi. Kendati begitu, diakuinya, gaya itu bisa dipersepsikan lain oleh sebagian publik. Menurut dia, Jokowi yang dikenal sedikit bicara bisa dipersepsikan sebagai figur yang polos dan sederhana. "Sehingga muncul kesan gaya bahasa Jokowi sesuai logika rakyat," ujarnya.
Dia mengatakan, kekuaragan Jokowi bisa diimbangi oleh Jusuf Kalla (JK) yang lebih lugas dibandingkan Jokowi. Meski begitu, dia menilai artikulasi JK dalam mengungkapkan gagasan tidak terlalu baik.
Asep menilai pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa lebih unggul dibandingkan Jokowi-JK dalam soal gaya berbicara. "Cara berbicara Prabowo tegas, jelas dan penuh konsep. Ditambah Hatta yang memiliki karakter tenang, lugas dan substantif. Dalam hal
ini, Prabowo dan Hatta lebih unggul," tutur Asep.
Namun, kata dia, bukan mustahil Prabowo akan dipersepsikan publik sebagai sosok yang terlalu ekspresif karena gaya berbicaranya yang bersemangat.
Menurut Asep, gaya berkomunikasi merupakan aspek yang dapat menjadi ukuran dalam menilai kapasitas seseorang. Terutama terkait kemampuan mengungkapkan suatu gagasan. "Kombinasi (karakter) Prabowo-Hatta lebih kuat," ujarnya.
Asep menegaskan, kapasitas para kandidat akan terlihat saat debat capres cawapres nanti. "Dua pasang capres ini menarik karena karakternya yang kontras," katanya.
Kendati begitu, dia tidak terkejut seandainyakelak gaya berbicara kandidat berubah. Sebab kedua pasangan itu tentu sudah mempunyai konsultan politik untuk membantu memenangkan pemilu presiden (pilpres).
Karakter para calon presidan (capres) dan calon wakil presiden (cawapes) inilah yang bukan mustahil akan menjadi bahan bagi publik untuk menjatuhkan pilihan.
Pengamat Politik dari Universitas Parahyangan (Unpar) Asep Warlan Yusuf menilai kedua pasang kandidat presiden dan wakil presiden ini memiliki karakter yang kontras.
Karakter yang dimaksud Asep ialah gaya berbicara atau cara berkomunikasi para kandidat. "Jokowi cenderung pendiam. Kalau berbicara cenderung sedikit. Jawaban-jawabannya (dilihat dan didengar di media) tidak tuntas," kata Asep kepada Sindonews, Rabu 21 Mei 2014.
Asep menilai gaya seperti itu menjadi kekurangan Jokowi. Kendati begitu, diakuinya, gaya itu bisa dipersepsikan lain oleh sebagian publik. Menurut dia, Jokowi yang dikenal sedikit bicara bisa dipersepsikan sebagai figur yang polos dan sederhana. "Sehingga muncul kesan gaya bahasa Jokowi sesuai logika rakyat," ujarnya.
Dia mengatakan, kekuaragan Jokowi bisa diimbangi oleh Jusuf Kalla (JK) yang lebih lugas dibandingkan Jokowi. Meski begitu, dia menilai artikulasi JK dalam mengungkapkan gagasan tidak terlalu baik.
Asep menilai pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa lebih unggul dibandingkan Jokowi-JK dalam soal gaya berbicara. "Cara berbicara Prabowo tegas, jelas dan penuh konsep. Ditambah Hatta yang memiliki karakter tenang, lugas dan substantif. Dalam hal
ini, Prabowo dan Hatta lebih unggul," tutur Asep.
Namun, kata dia, bukan mustahil Prabowo akan dipersepsikan publik sebagai sosok yang terlalu ekspresif karena gaya berbicaranya yang bersemangat.
Menurut Asep, gaya berkomunikasi merupakan aspek yang dapat menjadi ukuran dalam menilai kapasitas seseorang. Terutama terkait kemampuan mengungkapkan suatu gagasan. "Kombinasi (karakter) Prabowo-Hatta lebih kuat," ujarnya.
Asep menegaskan, kapasitas para kandidat akan terlihat saat debat capres cawapres nanti. "Dua pasang capres ini menarik karena karakternya yang kontras," katanya.
Kendati begitu, dia tidak terkejut seandainyakelak gaya berbicara kandidat berubah. Sebab kedua pasangan itu tentu sudah mempunyai konsultan politik untuk membantu memenangkan pemilu presiden (pilpres).
(dam)